Semua anak akan senang mendapatkan hadiah. Apalagi ketika belajar di kelas, "diberi hadiah?" wah bahagia deh. Meskipun hadiah yang diberikan tidak seberapa atau biasa diperoleh setiap hari, seperti permen atau sekeping roti. Alasan guru memberikan hadiah bisa jadi karena dalam skenario rancangan belajar ada fase perlu memberikan reward atau hadiah. Salah satu teori belajar perilaku atau behaviourisme menempatkan pemberian hadiah merupakan salah satu stimulus yang mendorong respons positif. Sebaliknya punishment (hukuman) memberikan efek jera yang harapannya agar siswa mengubah perilaku negatifnya.Â
Teori ini berkembang sejak tahun 1950an dan populer menguasai kurikulum pendidikan di dunia pada tahun 1980an. Guru saat ini sejatinya adalah siswa-siswa dari guru pada era tahun 80an. Umumnya guru meskipun diajarkan berbagai teori lain, keyakinan dan pengetahuannya mengikuti "guru"-nya terdahulu. Jadi wajar dalam praktek, guru menggunakan teori belajar perilaku. Â Saat ini teori ini sudah kalah pomor dengan teori belajar kognitif. Teori ini memberikan peran yang besar terhadap kemampuan berpikir seseorang.Â
Belajar merupakan aktivitas kognitif yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pengetahuan terbentuk bukan karena dorongan eksternal berupa stimulus-respons, tetapi kesadaran berpikir menerima informasi dari luar, mengolah dan menyimpan informasi tersebut. Informasi-informasi ditempatkan dalam rak-rak imajiner yang ada dalam otak dan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pemberian hadiah dalam kacamata teori ini merupakan bagian motivasi internal.Â
Kesadaran, perhatian, dan persepsi terhadap situasi-situasi, benda-benda, atau aktivitas-aktivitas akan menginduksi pengalaman-pengalaman yang terekam dalam pikiran sebelumnya menjadi suatu pengetahuan baru. Jadi pemberian hadiah dapat juga diterima dalam pembelajaran yang mendasarkan pada teori belajar kognitif.Â
Pemberian hadiah dalam konteks teori ini dikatakan sebagai pemberian penghargaan, seperti pada pembelajaran kooperatif. Pemberian hadiah atau penghargaan tidak harus berupa benda atau barang yang konsumtif. Penghargaan dapat berupa piagam, tanda bintang, ucapan yang membangkitkan semangat, atau gestur-gestur seperti jempol atau wajah WOW. Masalahnya, penghargaan yang mudah dilakukan guru dan diharapkan siswa adalah penghargaan langsung berupa benda-benda atau makanan. Adakah efeknya di masa depan siswa?
Banyak yang mengkhawatirkan tentang pemberian hadiah berupa makanan atau benda-benda yang konsumtif itu. Pemberian tersebut justru mendestruksi tujuannya untuk memotivasi siswa tetapi justru ketergantungan siswa. Siswa akan belajar, melakukan suatu aktivitas tertentu, karena terpicu dengan hadiah bukan karena kesadarannya.Â
Kondisi ini melemahkan ketercapaian tujuan belajarnya. Bahkan yang lebih menonjok lagi, pemberian hadiah dianggap akan melanggengkan budaya gratifikasi sebagai hilir dari budaya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Memberikan hadiah barang juga dianggap pemborosan, guru belum tentu mampu memberikan semua pada setiap skenario pembelajaran. Siswa dapat berharap cemas tetapi tidak mendapatkan hadiah. Kondisi ini melemahkan motivasi siswa untuk belajar.
 Pengaruh langsung memberikan hadiah dapat menjadikan keceriaan belajar, menggairahkan belajar. Menghidupkan suasana belajar untuk senang dan gembira. Bahkan mungkin menumbuhkan tantangan-tantangan tertentu. Di masa mendatang bila berpikir positif akan memicu kepercayaan diri dan semangat berkompetisi. Pengaruh tidak langsung diduga bisa menyuburkan budaya gratifikasi. Diberikan suatu hadiah, maka suatu sistem akan bekerja. Siapa yang tahu?
 Alasan lain guru mungkin ingin menumbuhkan kebiasaan positif seperti berbagi, maka cara mudah yang dilakukan adalah dengan saling memberi, berbagi hadiah. Guru memberi contoh terbaik sebagai pembiasaan karakter positif dengan berbagi. Memberi adalah suatu sikap positif  yang nantinya akan kembali kepada yang memberi. Pemberi dan penerima sebenarnya bekerja seperti yang harus dilakukan. Hadiah hanya akibat dari sesuatu yang tidak terduga. Kalau begini yang diyakini, maka tidak perlu ragu memberi hadiah. Hadiah yang bervariasi dan tidak selalu barang konsumtif. Bahkan senyum yang manispun dapat menjadi hadiah terindah dari guru. Siapa yang tahu???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H