“Bahagiakanlah orang atau pihak lain untuk meraih kebahagiaan diri sendiri” Teori ini dikemukakan oleh F.X. Oerip Poerwopoespito, yang sebenarnya jika dijalankan, akan begitu banyak/cepat permasalahan bangsa (sebagai problem makro) atau masalah keluarga-perusahaan-organisasi dan institusi (sebagai problem mikro) yang akan terselesaikan.
Mengapa? Tidakkah itu tampak terlalu menyederhanakan masalah? Justru tidak. Jika semua orang mau menggunakan konsep membahagiakan orang lain, maka akhirnya semua elemen akan saling berlomba untuk membantu/mendukung/melengkapi elemen yang lain, sehingga efek kerjasama atau gotong-royong diantaranya menjadi jauh lebih baik. Minimal, berusaha agar tidak menyusahkan elemen lain tersebut.
Tetapi jika niatnya adalah hanya untuk membahagiakan diri sendiri, maka kita cenderung tidak peduli, menafikan ide atau pendapat orang lain, enggan melakukan kerjasama dan gotong royong untuk menyelesaikan masalah. Terlebih jika sikap mementingkan diri sendiri sudah mengarah kepada urusan uang! Yang terjadi akhirnya adalah seperti bangsa ini, dimana semua pihak akhirnya hanya berpikir membahagiakan diri sendir dengan segala cara. Bahkan kalau perlu, ‘memakan’ orang lain sebagai korbannya.
Dan ternyata, teori ini sesuai dengan teori dari Immanuel Kant yang Ke III yang mengatakan: “Jangan perlakukan orang lain sebagai alat, tetapi perlakukanlah mereka sebagai tujuan!” Mari, kita mulai mengusahakan agar setiap tindak dan langkah kita (sesederhana apapun) adalah to make other people happy....
Salam membahagiakan orang lain….
Drg. T.A. Tatag Utomo, MM., ASM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H