Mohon tunggu...
Tata Indira
Tata Indira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menuju Generasi Sehat: Menggali Akar Masalah Gizi Kurang pada Remaja

25 Januari 2024   15:40 Diperbarui: 25 Januari 2024   15:42 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pola makan yang kurang tepat pada remaja telah menjadi perhatian serius dalam kesehatan masyarakat. Fenomena kekurangan gizi tidak hanya memengaruhi kesejahteraan fisik, tetapi juga menimbulkan dampak jangka panjang terhadap masa depan generasi yang sedang tumbuh seperti gangguan pada organ tubuh, perkembangan fisik, bahkan penyakit kronis. Tidak hanya soal fisik, aspek lain pun dapat terkena dampak dari tubuh yang kekurangan gizi mulai dari kesehatan mentalnya hingga menurunnya produktivitas dan kualitas hidup. Maka dari itu, pentingnya memahami kompleksitas permasalahan kurang gizi pada remaja tak hanya sebatas upaya pencegahan, tetapi juga keterlibatan semua pihak dalam memberikan solusi yang holistik. Kesadaran bersama akan peran penting gizi dalam pembentukan masa depan generasi muda menjadi kunci utama dalam membangun masyarakat yang sehat dan produktif.

Dalam konteks menuju generasi sehat, memahami akar masalah gizi kurang pada remaja memerlukan pemahaman mendalam terhadap konsep kurang gizi itu sendiri. Gizi kurang didefinisikan sebagai keadaan di mana tubuh mengalami kekurangan nutrisi dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan pemecahan cadangan makanan yang terdapat di bawah lapisan lemak dan organ tubuh. Hal ini biasanya terjadi akibat rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari selama periode yang cukup lama. Anak dengan status gizi kurang ditandai oleh ketidakmampuan mengalami kenaikan berat badan setiap bulan atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali dalam enam bulan, dengan penurunan berkisar antara 20-30% di bawah berat badan ideal. Gizi kurang memiliki potensi untuk berkembang menjadi gizi buruk, yaitu keadaan kurang gizi yang berlangsung lama, menyebabkan pemecahan cadangan lemak terus-menerus dengan dampak yang semakin kompleks terhadap kesehatan anak, bahkan dapat menyebabkan kematian. Definisi ini mencakup aspek defisiensi vitamin, mineral, serta kekurangan asupan nutrisi makro seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang diperlukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Adapun remaja yang kurang nutrisi bisa menunjukkan tanda-tanda yang serius pada pertumbuhan badan dan pikiran mereka. Tanda-tanda fisik termasuk mudah lelah dan turun berat badan yang banyak. Mereka juga bisa kesulitan berkonsentrasi, yang bisa mengganggu belajar dan menyelesaikan masalah. Ada juga perubahan di luar, seperti rambut rontok atau berubah warna, serta kulit yang kering, pucat, dan bercak-bercak. Otot yang lemah dan menyusut juga bisa jadi tanda remaja kurang nutrisi. Penting untuk kenali gejalanya untuk bisa deteksi masalah gizi mereka sedini mungkin agar pemulihan bisa segera dilakukan. 

 Data statistik yang mencakup rentang usia remaja menunjukkan keadaan yang mendesak terkait masalah gizi di Indonesia. Dari informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja, baik dalam kategori usia 13-15 tahun maupun 16-18 tahun, mengalami berbagai masalah gizi yang mencemaskan. Persentase yang mencolok menunjukkan bahwa sekitar 25,7% hingga 26,9% remaja memiliki status gizi pendek dan sangat pendek. Sementara itu, sekitar 8,7% hingga 8,1% remaja mengalami kurang gizi, termasuk kategori kurus dan sangat kurus. Bahkan, terdapat sekitar 16,0% hingga 13,5% remaja yang mengalami berat badan lebih dan obesitas. Data ini juga terkait dengan temuan Riskesdas tahun 2013 yang mencatat tingginya prevalensi underweight dan overweight di Indonesia, serta data lebih spesifik dari provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Sejumlah besar remaja yang mengalami status gizi kurang, baik dari aspek kurang maupun lebih, menegaskan urgensi perhatian serius terhadap isu gizi dalam populasi remaja.

Faktor-faktor penyebab masalah gizi pada remaja dapat bervariasi dan melibatkan sejumlah aspek yang saling terkait. Konsumsi makanan memegang peranan sentral, di mana kurangnya asupan makanan pokok, lauk, serta buah dan sayur dapat mengarah pada status gizi yang kurang baik. Infeksi juga menjadi faktor penting, karena adanya penyakit dapat mengurangi nafsu makan dan menghambat penyerapan nutrisi. Selain itu, masalah gizi pada remaja sering kali terkait dengan perilaku gizi yang tidak seimbang, seperti ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan rekomendasi yang dianjurkan. Kondisi ini mencakup status gizi kurang atau undernutrition, yang terjadi ketika jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan, serta status gizi lebih atau overnutrition, di mana masukan energi lebih besar dari pengeluaran. Faktor lingkungan, seperti harga sayur dan buah yang dianggap mahal, juga dapat mempengaruhi kecenderungan remaja untuk mengonsumsi makanan kurang bernutrisi. Aspek psikis, seperti citra tubuh yang negatif, dan faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendapatan keluarga, juga turut memainkan peran dalam membentuk status gizi remaja. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor ini menjadi kunci untuk merancang intervensi yang efektif dalam meningkatkan kondisi gizi remaja secara menyeluruh.

Kekurangan gizi pada remaja dapat memberikan dampak serius pada berbagai aspek kesehatan dan perkembangan mereka. Pertumbuhan fisik terhambat, karena kurangnya asupan gizi mengakibatkan anak tidak tumbuh secara optimal, dengan otot yang lembek dan rambut yang mudah rontok akibat kekurangan protein. Selain itu, kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga dapat membuat remaja merasa lelah, malas, dan mengalami penurunan produktivitas dalam aktivitas sehari-hari. Sistem pertahanan tubuh juga terpengaruh, dimana kurangnya protein dapat menurunkan keefektifan antibodi dan sistem kekebalan tubuh, membuat remaja rentan terhadap berbagai penyakit. Kekurangan gizi juga dapat berdampak pada struktur dan fungsi otak, terutama pada pertumbuhan otak yang optimal pada usia dini. Perilaku remaja juga dipengaruhi, ditandai dengan ketidaktenangan, kecengan, dan pada tahap yang lebih lanjut dapat muncul sifat apatis. Oleh karena itu, keadaan kesehatan dan status gizi remaja menjadi krusial, dengan perlunya perhatian terhadap asupan gizi yang memadai untuk mendukung pertumbuhan, energi, kekebalan tubuh, dan kesejahteraan psikologis mereka.

Pencegahan gizi kurang pada remaja memerlukan edukasi gizi yang memegang peran krusial. Pentingnya penyuluhan gizi terutama terkait prinsip gizi seimbang dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang kebutuhan tubuh dan dampak perilaku makan yang tidak sesuai. Remaja perlu diberi pemahaman tentang pentingnya pola makan yang benar untuk mendukung tahap tumbuh kembang mereka. Edukasi gizi tidak hanya berfokus pada menghilangkan rasa lapar, melainkan juga memastikan pemenuhan asupan gizi makro dan mikro yang seimbang. Melalui penggunaan media edukasi, seperti leaflet, remaja dapat diberikan informasi yang mudah dipahami dan memotivasi mereka untuk memilih makanan sehat sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Selain itu, konsep self-efficacy juga memiliki peran dalam pencegahan gizi kurang pada remaja. Dengan meningkatkan self-efficacy, remaja dapat lebih efektif dalam mengatur pola makan mereka, termasuk konsumsi sayuran dan buah. Perencanaan (planning) dan peningkatan keterampilan self-regulatory juga dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan buah. Melalui intervensi yang melibatkan peningkatan self-efficacy, seperti yang dijelaskan dalam Program Gizi Seimbang (PGS), remaja dapat lebih mampu mengatasi tantangan dalam memilih dan mengonsumsi makanan sehat, sehingga pencegahan gizi kurang dapat tercapai secara holistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun