Berbicara di hadapan wanita tentang bagaimana menghias rumah dengan panorama hijau bukan saja ibarat mengajari bebek berenang, tapi seolah mengursus ikan menyelam. Wanita, dengan intuisi yang dimiliki, umumnya lebih cekatan dan telaten dalam seluk beluk tanam-menanam, terutama yang memproduksi segala eksotisme. Mereka seolah secara inheren terlahir sebagai seorang florist. Anggrek yang menggelayut, Anthurium yang melambai-lambai, Mawar-Melati yang tertata rapi, dan bunga-bunga lain yang menghiasi dinding atau menggantung di sana-sini.
Seiring perjalanan waktu, kematangan berpikir, dan tuntutan hidup, orientasi botani kaum hawa lebih menjurus pada ekonomis. Alasan ini menjadi pertimbangan utama bagi sang bendahara keluarga. Tanaman Obat Keluarga (Toga) yang berupa rimpang-rimpangan di pekarangan keluarga mulai mendominasi. Dalam Toga itu, betapa seorang ibu mendemonstrasikan watak cinta alam, keindahan, kasih sayang pada keluarga, juga pertimbangan akan kantong suami.
Tanaman penghias pagar mereka bukan cuma memancarkan suasana permai, tapi lebih pada tanaman pagar hidup yang menghidupi, alias produktif, siap petik.
Alternatif pagar hidup yang menghidupi itu: Beluntas untuk disayur, Singkong untuk disayur daunnya dan diambil umbinya, Pepaya Jepang untuk disayur daunnya, Adas untuk disayur, untuk melancarkan ASI, Kemangi untuk lalapan, Sereh untuk minuman dan bumbu, Pandan untuk bumbu, Teh Rosella untuk minuman kesehatan, bukan lagi Teh-Tehan, Cabai dan Tomat untuk bumbu, Terong, dan sebagainya.
Bila memungkinkan, disisipkan pula berberapa tanaman menggantung atau merambat seperti Markisa, Labu Siam, Binahong, Sirih, dan sejenisnya yang bisa menjadi atap hijau. Kalau mau sekalian indah dan prolifik, Anggur yang dirambatkan di gapura rumah dengan bentuk pelangi juga oke.
Yang lebih modern, minimalis, tapi tak kalah eksotis juga ada, bertanam sayur mayur dengan sistem hidroponik, aquaponik, aeroponik, dan metode tanam minim media lainnya. Silakan cari referensinya di situs-situs terkait. Salah satu grup FB yang bisa dijadikan rujukan adalah Komunitas Hidroponik Indonesia (Kohindo). Di sana akan Anda temukan berbagai media dan instalasi hidroponik yang mengundang decak kagum. Indah dan bermanfaat. “BERTANI ITU INDAH DAN IBADAH,” tulis Ustaz Salman Aljabali, pembina pertanian hortikultura Ponpes Al-Kirom, Pandeglang, Banten, dalam akunnya (https://www.facebook.com/groups/998883700497691/permalink/1116643492055044).
Sebagai seorang istri, lahan utamanya adalah dirinya sendiri yang hadir dalam balutan wanita salehah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS An-Nisa: 34).
Saat itulah wanita dituntut menjadi seorang florist sekaligus bunga itu sendiri. Itulah sebagian ejawantah dari hadis, “Sebaik-baik wanita adalah yang jika kau memandangnya, ia membuatmu senang, jika kau memerintahnya, ia mematuhimu, dan jika kau tidak di sisinya, ia jaga dirinya dan hartanya (dalam riwayat lain: hartamu)” (HR Thayalisi, 2444 , Al-Bazzar, 8537, Al-Hakim, 2682, dan yang lain. Dihukumi sahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/454, no. 1838).
Lalu, dengan memadukan unsur intrinsik yang menentramkan, keindahan berpadu dengan kemanfaatan sehingga menghadirkan dirinya sebagai perhiasan bagi suaminya dan menghiasi minimal lahan kecilnya. Sosoknya tergambar pada sabda Rasul, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah” (HR Muslim (1467).
Begitu besar kewajiban seorang istri terhadap suami, sampai-sampai Rasulullah pernah mengatakan, “Andai aku boleh menyuruh seseorang bersujud kepada selain Allah, niscaya kusuruh seorang istri bersujud kepada suaminya” (Ibnu Majah, 1853, Abu Dawud, 2140, At-Tirmidzi, 1159), dan yang lain. Dihukumi hasan oleh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil (7/56).