Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Belajar menulis. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lahan Mini di Rumah (Petani 2 Negeri #24 dari 60)

28 November 2024   05:17 Diperbarui: 28 November 2024   07:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://gallerytamanminimalis.blogspot.com/2015/08/taman-minimalis-di-lahan-sempit.html

"Setiap orang yang memasuki surga akan seperti rupa Adam dan panjangnya 60 hasta. Ukuran makhluk terus berkurang hingga sekarang," sabda Nabi (HR Al-Bukhari, 6227 dan Muslim, 2841).

"Setiap umat yang datang kemudian lebih pendek daripada umat sebelumnya," komentar Ibnu Hajar, "Penurunan tinggi badan ini terus berlangsung dan berakhir pada umat ini" (Fath Al-Bari, 6/367).

Makhluk-makhluk yang kian kecil ini telah membuat hunian makin sempit, sesak oleh mereka. Sayang, kebutuhan akan pangan tidak ikut-ikutan mengecil. Tidak mengherankan bila lahan pertanian berpindah tempat sehingga rumah pun mereka garap menjadi lahan produktif. Tidak ada lahan sisa di rumah kecuali ditanami. Yang terlihat kosong hanyalah akses jalan, plus sekadar parkir kendaraan kecil. Selebihnya, tanaman produktif. Tidak mengapa, yang penting terlihat permai, asri, dan menghasilkan.

Penemuan teknologi pertanian hidroponik, aquaponik, dan aeroponik mengubah paradigma eksistensi lahan konvensional. Lahan tidak lagi identik dengan panjang x lebar = sekian meter persegi atau hektar, alias horisontal. Dengan metode-metode mutakhir di atas, media tanam bisa dibuat secara vertikal atau menggantung, bahkan portabel, bisa dipindah-pindah.

Banyak hal ternyata yang bisa kita lakukan di petak sempit itu. Bahkan, dengan sebab itu, kita menjadi betah dan bangga menjadi penghuninya. Minimalis, praktis, eknonomis, eksotis, dan . . . . Silahkan tambahkan lagi, tidak harus berakhiran --is.

Sebesar hasrat kita menghijaukan hunian temporal kita, petak sempit bernama rumah, banyak tanaman yang bisa kita semai di lahan mini ini. Masjid, lahan besar untuk menyemai pahala salat dengan kelipatan-kelipatan pahala yang menggiurkan, ternyata bisa dialihkan pada lahan kecil kita. Beberapa bahkan, dianjurkan untuk dilakukan di sana. Artinya, untuk amalan tertentu, salat tertentu, rumah lebih subur daripada masjid itu sendiri. Rasulullah bersabda, "Wahai manusia sekalian, salatlah di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya salat terbaik adalah salat yang dikerjakan seseorang di rumahnya, kecuali salat wajib" (HR  Al-Bukhari, 731 dan Muslim, 781).

"Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan salat di masjidnya, hendaklah ia berikan jatah salatnya di rumahnya, karena sesungguhnya Allah jadikan kebaikan pada rumahnya yang dia kerjakan salat di dalamnya" (HR Muslim, 778).

Dalam hadis yang lemah, Rasulullah pernah bersabda, "Salat seseorang di rumahnya adalah cahaya, maka sinarilah rumah-rumah kalian" (HR Ibnu Majah, 1375, Ibnu Abi Syaibah, 6460. Dihukumi dha'if oleh Al-Albani dalam  Dha'if At-Targhib wa At-Tarhib, 237).

Lebih mudah daripada salat, membaca Al-Qur'an di rumah seharusnya juga menjadi aktivitas berkebun yang seyogyanya dirutinkan. Selain pahala berlipat kali dari setiap hurufnya, manfaat lain dari bacaan al-Qur'an adalah keberkahan dan keamanan dari setan. Bila sebelum ini Anda memiliki kebiasaan mendengar dan menyetel musik keras-keras di dalam rumah, gantilah tanaman Anda. Hijausegarkan dengan Kalamullah. Mulai baca, dengar, atau setel Al-Qur'an. Pesan Rasulullah, "Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan kabur dari rumah yang di sana dibacakan surat Al-Baqarah" (HR Muslim, 780).

Anda yang seorang guru yang menjadikan sekolah dan para murid sebagai lahan pertanian yang luas, apakah juga melewatkan ide cemerlang ini? Di samping Anda merawat lahan besar Anda di luar rumah, jangan lupa mencurahkan perhatian pada ladang mini di rumah Anda. Istri dan anak-anak Anda. Ingatlah bahwa Anda adalah tuan tanah kebun itu sekaligus mandor yang bertanggung jawab akan keberlangsungannya. Allah berfirman, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka" (QS An-Nisa: 34).

Dan, tugas Anda terhadap keluarga adalah, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;" (QS At-Tahrim: 6).

Sedang kepada istri Anda, "Dan bergaullah dengan mereka secara patut" (QS An-Nisa:19).

Adapun terhadap buah hati Anda adalah dengan menjaga fitrah mereka agar selalu berpegang pada Islam. Kata Nabi, "Tak seorang anak pun, kecuali terlahir sesuai fitrah. Lalu, kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR Al-Bukhari, 1358 dan Muslim, 2658).

Di antara penjabaran detail tugas utama itu adalah menjaga salat mereka. Nabi berpesan, "Perintahlah anak-anak kalian salat saat mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika umur mereka sepuluh tahun serta pisahkanlah ranjang mereka" (HR Abu Dawud, 495  dan yang lain. Dihukumi shahih oleh Al-Albani dalam Irwa' Al-Ghalil, 247).

Itulah sebagian pekerjaan Anda di lahan mini itu. Lahan mini yang justru dari situ terlihat kualitas Anda selaku hamba Allah. Tidak  sukar untuk mengukur nilai seseorang. Salah satu acuan penilaian yang distandarkan oleh Nabi adalah, "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku" (HR At-Tirmidzi, 3895, Ibnu Majah, 1977, Ibnu Hibban, 4177, dan yang lain. Dihukumi shahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 285).

Anak dan istri adalah komunitas yang paling patuh pada Anda. Mereka adalah media subur untuk segala tanaman yang Anda semai. Selamat merawat tanaman rumah Anda. Moga Anda dan keluarga menjadi para petani yang bahagia. Di kebun mini ini, dan kelak di padang akhirat. (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, # 24 dari 60)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun