"Setiap orang yang memasuki surga akan seperti rupa Adam dan panjangnya 60 hasta. Ukuran makhluk terus berkurang hingga sekarang," sabda Nabi (HR Al-Bukhari, 6227 dan Muslim, 2841).
"Setiap umat yang datang kemudian lebih pendek daripada umat sebelumnya," komentar Ibnu Hajar, "Penurunan tinggi badan ini terus berlangsung dan berakhir pada umat ini" (Fath Al-Bari, 6/367).
Makhluk-makhluk yang kian kecil ini telah membuat hunian makin sempit, sesak oleh mereka. Sayang, kebutuhan akan pangan tidak ikut-ikutan mengecil. Tidak mengherankan bila lahan pertanian berpindah tempat sehingga rumah pun mereka garap menjadi lahan produktif. Tidak ada lahan sisa di rumah kecuali ditanami. Yang terlihat kosong hanyalah akses jalan, plus sekadar parkir kendaraan kecil. Selebihnya, tanaman produktif. Tidak mengapa, yang penting terlihat permai, asri, dan menghasilkan.
Penemuan teknologi pertanian hidroponik, aquaponik, dan aeroponik mengubah paradigma eksistensi lahan konvensional. Lahan tidak lagi identik dengan panjang x lebar = sekian meter persegi atau hektar, alias horisontal. Dengan metode-metode mutakhir di atas, media tanam bisa dibuat secara vertikal atau menggantung, bahkan portabel, bisa dipindah-pindah.
Banyak hal ternyata yang bisa kita lakukan di petak sempit itu. Bahkan, dengan sebab itu, kita menjadi betah dan bangga menjadi penghuninya. Minimalis, praktis, eknonomis, eksotis, dan . . . . Silahkan tambahkan lagi, tidak harus berakhiran --is.
Sebesar hasrat kita menghijaukan hunian temporal kita, petak sempit bernama rumah, banyak tanaman yang bisa kita semai di lahan mini ini. Masjid, lahan besar untuk menyemai pahala salat dengan kelipatan-kelipatan pahala yang menggiurkan, ternyata bisa dialihkan pada lahan kecil kita. Beberapa bahkan, dianjurkan untuk dilakukan di sana. Artinya, untuk amalan tertentu, salat tertentu, rumah lebih subur daripada masjid itu sendiri. Rasulullah bersabda, "Wahai manusia sekalian, salatlah di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya salat terbaik adalah salat yang dikerjakan seseorang di rumahnya, kecuali salat wajib" (HR Â Al-Bukhari, 731 dan Muslim, 781).
"Jika salah seorang di antara kalian telah menunaikan salat di masjidnya, hendaklah ia berikan jatah salatnya di rumahnya, karena sesungguhnya Allah jadikan kebaikan pada rumahnya yang dia kerjakan salat di dalamnya" (HR Muslim, 778).
Dalam hadis yang lemah, Rasulullah pernah bersabda, "Salat seseorang di rumahnya adalah cahaya, maka sinarilah rumah-rumah kalian" (HR Ibnu Majah, 1375, Ibnu Abi Syaibah, 6460. Dihukumi dha'if oleh Al-Albani dalam  Dha'if At-Targhib wa At-Tarhib, 237).
Lebih mudah daripada salat, membaca Al-Qur'an di rumah seharusnya juga menjadi aktivitas berkebun yang seyogyanya dirutinkan. Selain pahala berlipat kali dari setiap hurufnya, manfaat lain dari bacaan al-Qur'an adalah keberkahan dan keamanan dari setan. Bila sebelum ini Anda memiliki kebiasaan mendengar dan menyetel musik keras-keras di dalam rumah, gantilah tanaman Anda. Hijausegarkan dengan Kalamullah. Mulai baca, dengar, atau setel Al-Qur'an. Pesan Rasulullah, "Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan kabur dari rumah yang di sana dibacakan surat Al-Baqarah" (HR Muslim, 780).
Anda yang seorang guru yang menjadikan sekolah dan para murid sebagai lahan pertanian yang luas, apakah juga melewatkan ide cemerlang ini? Di samping Anda merawat lahan besar Anda di luar rumah, jangan lupa mencurahkan perhatian pada ladang mini di rumah Anda. Istri dan anak-anak Anda. Ingatlah bahwa Anda adalah tuan tanah kebun itu sekaligus mandor yang bertanggung jawab akan keberlangsungannya. Allah berfirman, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka" (QS An-Nisa: 34).