Ia mengutip sebuah ayat, "Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an). Dia melindungi orang-orang salih" (QS Al-A'raf: 196). Lalu berkata, "Demi Allah, aku tidak akan memberi mereka harta baitul mal. Bisa jadi mereka saleh, sedangkan Allah pasti menjamin orang-orang saleh. Atau, sebaliknya, sehingga aku tidak ingin membantu kefasikan mereka sepeninggalku."
Setelah itu, ia memanggil mereka dan menyampaikan pesan di atas sebagai pesan terakhirnya. "Pergilah. Semoga Allah menjaga kalian dan memberikan ganti yang lebih baik," tutupnya.
Seseorang memberikan kesaksian, "Sungguh, kami menyaksikan anak Umar bin Abdul Aziz menyiapkan 80 ekor kuda untuk sabilillah, sedangkan anak Sulaiman bin Abdul Malik, yang dulu menerima warisan yang sangat melimpah, mengemis dan meminta-minta kepada anak Umar bin Abdul Aziz."
Ia menyimpulkan, "Itu karena Umar menyerahkan anak-anaknya kepada Allah Azza wa Jalla sedangkan Sulaiman dan yang lainnya menyerahkan anak-anak mereka kepada harta warisan mereka sehingga anak-anak itu pun terlunta-lunta ketika harta mereka habis oleh nafsu mereka sendiri" (Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9/210).Â
Syamsuddin Abu Al-Muzhaffar, dalam Mir'ah Az-Zaman, dan Jamaluddin Ibnu Al-Jauzi, dalam Shifat Ash-Shafwah, menukilkan beberapa kesaksian para tokoh terhadap keturunan Umar bin Abdul Aziz. Di antara mereka adalah Hisyam, yang ketika Umar dalam masa kritis, dijenguk oleh Maslamah bin Abdul Malik, iparnya.
"Wahai Amirul Mukminin, Anda kunci mulut anak-anak Anda dari harta ini sehingga Anda tinggalkan mereka dalam keadaan fakir tak berharta. Coba Anda tuliskan wasiat kepada saya untuk mengurusi mereka atau kepada para wali mereka dari keluarga Anda," katanya.
"Demi Allah," katanya, "Aku tidak menahan hak mereka dan tidak pula memberi mereka yang bukan hak mereka. Saranmu agar aku menitipkan mereka, maka sungguh Allah adalah sebaik-baik penjaga titipanku. 'Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an). Dia melindungi orang-orang saleh' (QS Al-A'raf: 196). Â Anak-anakku mungkin saja orang-orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga Dia akan memberikan jalan keluar bagi mereka. Mungkin juga mereka adalah orang-orang yang berkubang dalam maksiat, sehingga aku tidak sudi mendukung kemaksiatan mereka kepada Allah."
Ia lantas minta dipanggilkan mereka yang berjumlah belasan. Ia pandangi mereka, lalu mengalirlah air matanya. "Demi diriku, anak-anak yang akan kutinggal mati menjadi miskin tak berharta. Wahai anak-anakku, sungguh di hadapan ayah kalian ada dua pilihan: kujadikan kalian orang-orang kaya, tapi ayah kalian masuk neraka, atau kalian miskin, tapi ayah kalian masuk surga. Aku lebih memilih kalian hidup miskin, tapi ayah kalian masuk surga, daripada kalian kaya, tapi ayah kalian masuk neraka. Pergilah. Moga Allah menjaga kalian" (Shifat Ash-Shafwah, 1/371).
Ia juga memberikan kabar gembira kepada mereka, "Anak-Anakku, tidaklah kalian menjumpai seorang muslim atau ahlu dzimmah pun, melainkan akan memandang kalian memiliki keutamaan dibanding dirinya," tutur Hisyam.
 Az-Zuhri menuturkan, "Umar meninggalkan 17 dinar untuk anaknya dan masing-masing mendapatkan satu dinar, sedangkan Maslamah bin Abdul Malik meninggalkan satu juta dinar dan masing-masing mengambil jatahnya."
"Allah memberkahi harta yang ditinggalkan Umar," kata Raja' bin Haiwah, "dan menghilangkan keberkahan harta Maslamah. "Sungguh, aku pernah melihat anak Maslamah meminta kepada anak Umar," lanjutnya (Mir'ah Az-Zaman  fi Tawarikh Al-A'yan, 10/300).