Kompasiana, bukan sekadar platform tempat menulis atau bercerita segala hal. Lebih dari itu, Kompasiana menjelma menjadi komunitas keluarga. Keluarga raksasa karena warganya sampai sejuta lebih.
Yakin banget, setiap kompasianer akan merasakan kedekatan sesama penulis, bahkan seperti menjadi keluarga sendiri. Ibarat pepatah, jauh di mata dekat di hati. Hal ini didukung oleh fasilitas rating dan komentar yang kemudian diinfokan melalui notifikasi pada akun masing-masing.
Saya juga baru menyadari, belum lama ini, sekitaran pukul 21.30 WIB, istri di rumah sempat nyeletuk, "Semangat banget menulis di Kompasiana, kenapa ya?" Pukul segitu memang biasanya kami sudah beranjak tidur malam.
Sempat bingung juga mau jawab apa. Akhirnya bilang, "Ya, ini tanggung sedikit lagi mau selesai artikelnya." Akhirnya saya menyadari, salah satu pendorong semangat menulis di Kompasiana adalah perasaan dekat dengan kompasianer lainnya.
Menulis di Kompasiana tentu tidak hanya tentang poin, debutan, taruna, penjelajah, fanatik, maestro, senior, K-Rewards, atau segudang program Kompasiana lainnya. Hal-hal yang disebutkan hanyalah dampak dari ketulusan dan kontinuitas kompasianer menulis di Kompasiana.
Pak Tjiptadinata sempat memosting artikel yang menceritakan bagaimana beliau terharu dan menangis mendapatkan banyak ucapan selamat dan kesan pesan sesama kompasianer yang begitu tulus. Ada juga kompasianer yang memosting tulisan akan menulis di Kompasiana sampai ajal tiba. Tentu hal-hal tersebut tidak muncul begitu saja. Ada karena sudah jatuh cinta dan merasa menjadi bagian dari keluarga Kompasiana. Â
Semoga saya diberi keistikamahan menulis di Kompasiana. Lebih penting lagi adalah bagaimana bisa mendulang berbagai keuntungan yang tidak terbatas di dunia saja. Lebih dari itu, benefit untuk kehidupan di akhirat kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H