Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - Tata Tambi sekarang tinggal di Bogor, Jawa Barat.

Penulis berminat mengikuti perkembangan mutakhir bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Judi Online, Bukan Judi Daring?

2 Juli 2024   11:40 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:17 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai hari ini, pemberitaan judi online atau judol masih menjadi berita aktual di media massa. Ada yang menarik dalam penulisan istilah judi online ini. Di dunia medsos, istilah yang lebih membumi adalah judi online atau disingkat menjadi judol. Padahal dalam bahasa Indonesia sudah ada padanan kata online yang cukup memasyarakat yakni daring (dalam jaringan). 

Inilah yang disebut dengan sikap bahasa. Bagaimana perasaan atau posisi mental seseorang terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Ketika seseorang memiliki perasaan bangga dan merasa perlu menggunakan bahasa sendiri, ia akan berusaha mengutamakan bahasa sendiri. Jika sebagian besar masyarakat lebih mengutamakan kosakata online alih-alih daring, bisa jadi ini menunjukkan sikap bahasa masyarakat kita sekarang terhadap bahasa Indonesia.

Membuminya sebuah kata atau istilah memang dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah penggunaan kosakata oleh media massa. 

Beruntunglah beberapa media arus-utama di Indonesia masih peka terhadap hal ini. Hasil penelusuran penulis terhadap judul berita di media massa tentang judi online ini, beberapa media massa daring seperti www.kompas.id, antaranews.com, dan mediaindonesia.com sudah menggunakan judul judi daring. Adapun media lainnya seperti www.tempo.co dan bbc.com masih menggunakan judul judi online.

Kita simak beberapa judul berita tersebut.

Setiap orang dalam kapasitas sebagai warga negara Indonesia sebenarnya memiliki peran agar kosakata atau istilah bahasa Indonesia lebih banyak digunakan dalam kegiatan berbahasa sehari-hari. Seorang guru, tentu tidak sedikit pengaruhnya bagi puluhan atau ratusan siswa yang diajarinya setiap hari. 

Demikian juga dosen di perguruan tinggi. Tentu saja para pesohor alias selebritas, pemengaruh atau influencer, dan para pejabat tidak kalah berpengaruhnya dalam memopulerkan satu kata atau istilah.

Demikian pula halnya dengan para jurnalis baik di media massa arus utama maupun di Kompasiana. Pengaruhnya cukup signifikan dengan basis massa pembacanya yang tidak terbatas ruang dan waktu.

Jadi, mari kita biasakan penggunaan kosakata atau istilah bahasa Indonesia. Kita dukung mantra Badan Bahasa, Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing. Jangan 'minder' menggunakan bahasa sendiri.

Referensi

https://balaibahasapapua.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/08/3.-Utamakan-Bahasa-Indonesia-Lestarikan-Bahasa-Daerah-dan-Kuasai-Bahasa-Asing.pdf diakses 02 Juli 2024.

KBBI VI Daring, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek RI

      

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun