Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Belajar menulis. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Adzan Maghrib

26 Juni 2024   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:18 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan adzan maghrib saat ini masih sering kita baca atau kita dengar dalam kegiatan berbahasa. Apakah penulisan adzan maghrib, adzan menggunakan hurf dz dan maghrib menggunakan huruf gh, sudah sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia?

Kedua kata di atas, adzan dan maghrib berasal dari bahasa Arab. Kedua kata itu ketika diserap menjadi bahasa Indonesia harus tunduk kepada kaidah penyerapan bahasa asing seperti yang diatur dalam ejaan yang disempurnakan edisi kelima. Dalam EYD mutakhir tersebut diatur bahwa terdapat gabungan huruf dalam bahasa Indonesia yakni kh, ng, ny, dan sy melambangkan satu bunyi konsonan. 

Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia tidak dikenal gabungan huruf dz, gh, dh, sh, atau gabungan huruf konsonan lainnya. Hal ini menjadikan kata adzan dan maghrib yang menggunakan gabungan konsonan dz dan gh tidak memenuhi kaidah dalam EYD Kelima.

Lalu, bagaimana kita menyerap kedua kata tersebut dalam bahasa Indonesia? Di dalam kaidah ejaan bahasa Indonesia, huruf zal (ذ) dan (غ) yang ada dalam kata (أذان) dan (مغرب) diserap menjadi huruf z dan g.

Bila kita merujuk ke KBBI VI Daring, kita dapatkan kata azan dengan arti  seruan untuk mengajak orang melakukan salat berjemaah. Demikian pula kata Magrib (dengan huruf awal kapital) bisa kita dapatkan di KBBI VI Daring dengan arti salat wajib sebanyak tiga rakaat pada waktu menjelang matahari terbenam sampai lenyapnya sinar merah di ufuk barat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita simpulkan, frasa adzan maghrib merupakan bentuk tidak baku. Bentuk baku frasa tersebut adalah azan magrib.

Referensi

Sugono, Dendy. 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

KBBI VI Daring. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek RI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun