Seiring berjalannya waktu, teknologi baru menjadi kian berkembang dan pengadopsiannya juga semakin kompleks. Teknologi menurut Undang Undang No. 18 Tahun 2002 adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuian yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Adopsi teknologi adalah suatu proses penerimaan terhadap hal-hal baru, proses yang terjadi hanya dapat dilihat dari tingkah laku individu yang bersangkutan (Wiriatmadja, 1983).Â
Jika dikaitkan definisi keduanya, ketika teknologi ditemukan maka teknologi tersebut tidak dapat diaplikasikan secara langsung tetapi perlu dilakukan eksperimen, penyempurnaan, dan pengujian agar semakin realistis. Namun hal ini berbeda dengan kenyataan dimana banyak inovasi teknologi yang tidak sepenuhnya tersalurkan ke publik dan tidak dijual ke pasar. Penerapan sederhana dari proses komersialisasi teknologi adalah teknologi tersebut mampu dikembangkan oleh institusi (peneliti) kemudian dikomersialkan (Febrina and Djatna, 2016).Â
Menurut Cooper (2000), proses komersialisasi meliputi penemuan ide, pendefinisian produk, penyaringan konsep, evaluasi diagnosa, pemasaran awal, analisis keuangan, pengembangan produk, pengujian produk, dan simulasi atau pengujian pasar sesungguhnya.
Technology readiness level (TRL) merupakan dasar untuk mendeskripsikan kematangan teknologi yang berkaitan dengan siklus pengembangannya. Permenristekdikti No. 42 Tahun 2016 menyebutkan bahwa Technology Readiness Level (TRL) atau Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) adalah tingkat kondisi kematangan atau kesiapterapan suatu hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara sistematis dengan tujuan untuk dapat diadopsi oleh pengguna, baik oleh pemerintah, industri maupun masyarakat.
TRL dapat menunjukkan tahapan kesiapan teknologi dengan skala 1-9 dimana antara satu tingkat dengan tingkat yang lain saling terkait dan menjadi landasan bagi tingkatan berikutnya. Tujuan utama dari penggunaan Technology Readiness Level (TRL) yaitu untuk membantu manajemen dalam membuat keputusan berdasarkan perkembangan dan kematangan teknologi, sehingga dapat mencapai tujuan.
Gagasan mengenai technology readiness level (TRL) mulai ditemukan pada tahun 1969 dimana tujuan penemuan ini adalah untuk mengartikan sebuah status dari teknologi baru yang akan digunakan dalam sistem ruang angkasa di masa depan. Pada pertengahan tahun 1970, National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengenalkan konsep TRL untuk membuat penilaian yang efektif dan komunikasi mengenai kematangan teknologi.Â
Pada pertengahan tahun 1980, NASA menekankan bahwa TRL digunakan untuk menilai dan menginformasikan status seluruh teknologi baru agar diterima secara luas, sehingga penggunaan TRL berlanjut dan semakin luas. Pada tahun 1989, akibat kebutuhan akan komunikasi dan perkiraan kesiapan teknologi maka skala TRL diperpanjang dari 6-7 level menjadi 9 level.
Pemahaman mengenai kesiapan teknologi saat ini dinilai cukup penting. Hal ini akan mempengaruhi adanya proses transaksi teknologi yang saling menguntungkan kedua pihak (penyedia dan pengguna). Ketidaksiapan mengenai penilaian teknologi berpotensi memunculkan informasi yang tidak sesuai, persepsi risiko yang berlebihan sehingga mampu menghambat proses pengenalan teknologi baru. Meskipun TRL mulanya dicetuskan oleh lembaga pemerintah Amerika Serikat, namun TRL dapat digunakan untuk mengkaji kematangan dari sebuah teknologi yang berkembang sebelum diintegrasikan ke dalam suatu sistem atau subsistem.Â
Ketika teknologi baru dikonsepkan atau ditemukan, maka teknologi tersebut belum siap untuk segera diaplikasikan. Teknologi yang seperti itu biasanya masih memerlukan eksperimen, penyempurnaan, dan pengujian terus menerus supaya lebih realistis untuk diterapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan teknologi atau technology readiness sangat menentukan keberhasilkan program pemanfaatan teknologi dalam mengembangkan produk. Semakin siap sebuah teknologi pada awal program, maka semakin besar pula peluang keberhasilan program tersebut untuk mencapai tujuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H