Yogyakarta - Suhu pada malam hari di Yogyakarta panas dan membuat gerah. Hal ini disebabkan oleh pola angin yang menyebar sehingga tak ada awan di angkasa. Yang seharusnya awal tahun menjadi musim penghujan kini menjadi seperti musim kemarau.
Semula Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati Yogyakarta menyatakan bahwa, fenomena ini disebabkan oleh hembusan muson Australia atau angin timuran yang mencapai Sulawesi dan Jawa.
Setelah melakukan pengamatan kembali, informasi tersebut di ralat oleh Staklim Mlati Yogyakarta.
"Cuaca cerah ini karena adanya pola angin yang menyebar sehingga potensi pembentukan awan kecil," Ujar Kepala Staklim Yogyakarta, Reni Kraningtyas.
Tidak terbentuknya awan mengakibatkan cuaca cerah dan radiasi matahari ke bumi lebih besar, sehingga suhu udara pun semakin lebih panas.
Stakim Mlati Yogyakarta memprediksikan kondisi ini akan normal kembali pada tanggal 22 Januari 2020.
Reni menghimbau agar masyarakat menjaga kesehatan di saat anomali cuaca ini. Ia juga menghimbau agar warga memperbanyak minum air putih.
"Diharapkan masyarakat bisa menjaga stamina. Selain itu berhati-hati bila terjadi dehidrasi yang diakibatkan oleh cuaca," jelas Reni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H