poster resmi film 'A Man Called Ahok'
Film A Man Called Ahok (2018). Film yang digarap oleh sutradara Putrama Tuta ini, memfokuskan jalan cerita mengenai hubungan Ahok dan keluarganya yang jarang diketahui oleh banyak orang.
Film yang diangkat dari buku milik Rudi Valinka, memperlihatkan karakter Kim Nam, ayah Ahok, yang keras tetapi dermawan. Dirinya memiliki prinsip hidup yang bertentangan dengan Ahok.
A Man Called Ahok menjadi salah satu film yang menunjukan strukturasi sangat kuat didalamnya, hal tersebut tampak setiap kali Kim Nam dan istirnya sedikit berargumen. Terlihat ketika sang istri mempermasalahkan sikap dermawan sang suami yang selalu memberikan uang, tetapi keluarga sendiri masih membutuhkan banyak uang pada akhirnya sang istri hanya bisa mengalah dengan respon yang diberikan oleh Kim Nam.
Hal ini menunjukan strukturasi bahwa suami memiliki peran yang lebih tinggi dibandingkan sang istri.
Strukturasi didalam film semakin terlihat ketika Ahok dan saudara-saudaranya saat kecil tidak ada yang berani membantah perkataan dari Kim Nam, mereka tampak takut untuk beradu argumen dengan Kim Nam yang keras.
Hal ini memperlihatkan strukturasi bahwa sosok ayah menjadi sosok yang memiliki kuasa paling tinggi dirumah sehingga apa yang di bicarakan oleh sosok ayah seperti tuntutan mutlak untuk anak-anaknya.
Meski Ahok sudah dewasa dan dirinya sudah berani untuk beradu argumen dengan Kim Nam. Nyatanya sosok Kim Nam masih terus mendominasi Ahok hingga keinginannya bisa dituruti oleh Ahok.
Hal ini menunjukan bahwa sosok ayah masih memegang kendali besar terhadap anaknya, sehingga anaknya masih terus mengikuti apa yang menjadi keinginan dari sang ayah.