Mohon tunggu...
Tasya Nathania
Tasya Nathania Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

belajar adalah sebuah proses :)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Alasan Mengapa Bisnis Pertanian Masih Menjanjikan

22 September 2019   04:00 Diperbarui: 22 September 2019   06:48 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Singkirkan pikiran buruk Anda jika pertanian identik dengan memacul di sawah atau bahkan pakaian penuh kotoran ternak. Dewasa ini muncul ungkapan petani berdasi yang cukup popular di kalangan anak muda. Ini bukan hanya lelucon semata. Bisnis pertanian memang benar-benar menjanjikan apabila Anda dapat memanfaatkan peluang yang ada.

        Bayangkan saja, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB memperkirakan, jumlah penduduk bumi akan melonjak menjadi 9,8 miliar pada tahun 2050. Bisa Anda tebak berapa banyak makanan yang diperlukan untuk satu hari? Jika di Indonesia pertanian tidak digarap serius, jangan kaget kalau kita tertinggal jauh bahkan tergilas dengan negara lain. Saat ini memang Indonesia identik dengan pertanian konvensional, berbeda dengan negara-negara maju yang sudah menerapkan konsep pertanian modern. Dampaknya terlihat pada hasil produktivitas dan kualitas produk yang berbeda.  Menghadapi era revolusi industri 4.0, konsep pertanian berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi pertanian masa depan menjadi solusi yang efektif untuk menangani masalah ini.

  • The Future of Farming Technology

        Yang di maksud disini adalah bagaimana kita menyatukan konsep pertanian dengan kemajuan teknologi yang ada (alat input). Di negara-negara maju, konsep pertanian sudah berubah dari pertanian non organik menjadi pertanian organik berkelanjutan. Dalam buku Pertanian Masa Depan, hasil kerja organisasi pertanian (ILEA) di Belanda, pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Jika diimbangi dengan SDM yang mumpuni, alat input yang canggih, bibit unggul, dan startup sebagai media pendukungnya, maka swasembada bahan pangan bukanlah suatu kemustahilan. Saat ini teknologi drone mulai diaplikasikan untuk tujuan lain, misalnya analisis lahan, analisis populasi tanaman, dan penyebar benih. Beberapa petani mulai memiliki traktor autonomous dan alat pencacah dengan sistem remote control. Tak ketinggalan puluhan startup dirilis untuk tujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan pemasaran produknya. Misalnya, Eragano, iGrow, SayurBox, Pantau Harga, Habibi Garden, dsb. Peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan ini.

  • Tantangan Teknologi Pertanian di Masa Depan

          Tantangan dapat berubah menjadi peluang bagi orang yang cerdik memanfaatkannya. Berikut 5 tantangan besar yang di alami, tidak hanya di Indonesia tetapi juga hampir seluruh dunia :

  1. Jumlah penduduk meningkat, kebutuhan bahan pangan meningkat. Namun, laju urbanisasi justru semakin tinggi. 

      Lebih dari 70% bahan pangan dihasilkan oleh petani di pedesaan. Bagi sebagian orang, pertanian belum dianggap penting, bahkan punya citra yang buruk. Dampaknya berbondong-bondong orang berpindah ke kota. Lalu yang menggarap pertanian siapa ?

       2. Kualitas sumber daya pertanian menurun.

      Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida berlebihan tentu punya dampak buruk bagi kesuburan tanah. Selain itu, pada setiap lahan juga perlu dilakukan sistem rotasi tanaman untuk menghindari ledakan hama dan mempertahankan kesuburan tanah.

3.  Kurangnya pengetahuan petani.

      Petani memiliki kemampuan yang hebat, tidak ada yang paham kondisi lahan sebaik petani itu sendiri. Tantangan untuk mencapai pertanian modern bukan pada mampu tidaknya kita menciptakan dan mengadopsi teknologi maju, tapi kita harus meningkatkan pengetahuan petani.  Oleh karena itu, diperlukan penyuluh pertanian untuk menghasilkan petani-petani berpengetahuan baik.

4.  Perubahan iklim

      Untuk menghasilkan produk bagus, perlu kondisi iklim dan tanah yang sesuai. Masalahnya, perubahan iklim yang signifikan berdampak pula pada tanaman. Tanaman yang stress akan menurunkan jumlah produksi.

5.  Banyak bahan pangan yang terbuang.

      Entah sudah menjadi tren atau gaya hidup, lebih dari 30% produk pangan di dunia "tidak termakan atau terbuang". Misalkan saja, setiap orang di Indonesia menyisakan 1 butir nasi setelah makan. 

Penduduk Indonesia pada tahun 2019 mencapai  276 juta jiwa. Bayangkan, 276 juta butir nasi tersebut bisa memberi makan berapa ribu orang. Apabila tantangan ini tidak terjawab, dampaknya orang kelaparan, gizi buruk, dan kemiskinan akan terus meningkat. Jadi mulai sekarang, usahakan Anda tidak membuang-buang makanan !

          Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut ada banyak cara yang dapat di tempuh. Salah satunya, generasi muda yang "melek teknologi" dapat terjun di bidang pertanian. 

Prospek ke depan sangat menjanjikan dan Anda dapat meraup untung yang lumayan. Bidang pekerjaan lain juga masih dibutuhkan, misalnya penyuluh pertanian, ilmuwan pertanian, teknisi alat pertanian, penyedia alat input pertanian, dan masih banyak lagi. 

Sebagai penutup, semoga pertanian Indonesia semakin maju. Indonesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai negara agraris, dan semakin banyak inovasi-inovasi di bidang pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun