Bahkan respons Presiden Iran terhadap kasus tersebut, semakin membuat masyarakat Iran geram terhadap rezimnya dan semakin melangkah maju untuk melakukan protes anti-pemerintah. Masyarakat Iran tidak hanya memprotes kematian Amini, tetapi juga menentang rezim yang semakin represif dan meneriakan agar berakhirnya rezim Ali Khamenei.
Dalam upaya untuk menahan gerakan protes masyarakat Iran, rezim telah mengancam untuk menahan para demonstran dan menutup platform media sosial. Pihak berwenang sering membatasi akses ke internet untuk mencegah pengunjuk rasa membagikan materi visual dan informasi di media sosial.
3. Pengaruh Revolusi Islam Iran (Aliran Syiah) di Indonesia
Pengaruh gerakan politik Syiah di Iran tersebut makin tersebar ke bermacam negara, termasuk negara yang memiliki penganut mayoritas Islam seperti Indonesia. Syiah mulai merebak di Indonesia, terutama di kalangan mahasiswa kampus. Hal itu berhubungan dengan pemerintahan otoriter oleh Suharto, membuat paham Syiah yang mencorakkan pemerintahan demokratis mudah diterima di kalangan mahasiswa. Penyebarannya tidak hanya melalui kalangan mahasiswa, tetapi juga melalui intelektual Islam Indonesia yang belajar di Iran dan juga adanya pendirian organisasi Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia.
Indonesia memperoleh sejumlah pengaruh dari adanya aliran ini. Hal ini dapat terlihat dari beberapa realitas sebagai berikut:
a. Peningkatan terhadap Jumlah Penganut
Terdapat empat tahap peningkatan jumlah pengikut Syiah di Indonesia, yaitu: Pertama, Syiah sudah ada di Indonesia sebelum terjadinya revolusi Islam Iran dan pertama kali datang di Aceh, tahap ini populasi Syiah masih kecil karena penyebarannya yang sembunyi-sembunyi. Kedua, setelah revolusi Islam Iran membuat popularitas Syiah naik di kalangan aktivis muda Islam. Ketiga, masyarakat Indonesia yang mempelajari Syiah di Iran dan membawanya ke Indonesia. Keempat, orang Syiah mulai mendirikan organisasi seperti Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia yang bertujuan mengumpulkan anggota dengan minat dan tujuan yang sama.
b. Pengembangan Kegiatan-Kegiatan di Bidang Pendidikan dan Media
Syiah telah mendirikan berbagai lembaga maupun organisasi terutama di bidang pendidikan yang sudah tersebar luas di berbagai kota. Terdapat beberapa pesantren, seperti YAPI di Bangil, Al-Hadi di Pekalongan, Dar al-Taqrib di Bangsri Jepara, Al-Mukarramah di Bandung, dan Nurul Tsaqalain di Leihitu, Maluku Tengah. Syiah juga mendirikan beberapa penerbit, seperti Mizan, Yayasan Penyiaran Islam, Pustaka Hidayah bertujuan menyebarkan tulisan-tulisan dan ide-idenya. Saat itu, tercatat terdapat 29 penerbit dan 65 yayasan Syiah yang tersebar di Indonesia.
c. Keterlibatan dalam Politik Praktis
Posisi Syiah semakin menguat dan mulai memberanikan diri tampil di depan khalayak menjelang masa Reformasi. Hal ini bisa dilihat dengan didirikannya IJABI. Organisasi ini banyak bergerak pada level lokal dan budaya masyarakat yang melengkapi logika rasional yang sudah berkembang di tengah sebagian ilmuwan Indonesia. Dalam hal ini, mereka mulai berani melakukan ritual-ritual Syiah secara terbuka seperti peringatan Asyura pada tahun 2010 di Bandung. Reformasi menurut kelompok Syiah merupakan “angin segar” bagi perkembangan mereka yang lebih besar lagi, bahkan mengarah pada kekuasaan politik sebagaimana mulai dilakukan oleh Jalaludin Rakhmat yang bergabung ke partai politik.