Lingkungan yang merupakan tempat interaksi antar manusia dengan manusia,  maupun manusia dengan alam mencakup banyak komponen. Dalam hal ini, manusia memanfaatkan  seluruh lingkungan biosfer untuk menunjang kebutuhan hidupnya Namun seiring bertambahnya zaman, populasi manusia yang bertambah pun mengakibatkan degradasi pada alam. Masalah lingkungan tidak hanya mencakup ekologi dan biologi, namun juga berupa masalah sosial dimana permasalahan lingkungan dapat mempengaruhi pola dan tatanan organisasi sosial.
Permasalahan lingkungan hidup masih menjadi salah satu momok di Indonesia sebab melalui permasalahan hidup yang ada, dampak yang diakibatkan merambah ke aspek lain seperti aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan. Masalah lingkungan sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan hidup, yang mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Â Manusia dalam eksistensisnya selalu membutuhkan alam dan manusia lainnya. Hubungan diantara keduanya pun saling memiliki timbal balik, baik positif maupun negatif.
Semakin kompleks kepentingan dan kebutuhan manusia, lingkungan fisik juga gencar berubah. Dipandang dari teori marxisme dalam pandangan Sosiologi lingkungan, manusia terus melakukan eksploitasi dan kolonisasi lingkungan. Ekspliotasi alam yang dilakukan bermaksud untuk tujuan produkksi dan memperoleh keuntungan sebanyak banyaknya. Walau tidak semua permasalahan pada lingkungan fisik disebabkan oleh manusia, namun manusia turut andil bagaimanapun keadaan yang terjadi pada lingkungan fisik. Berikut beberapa permasalahan ekologi yang berdampak pada keadaan sosial di Indonesia :
1. AbrasiÂ
Abrasi merupakan terlepasnya material pantai akibat hantaman gelombang laut secara terus menerus yang merusak garis pantai, dimana hal ini dapat disebabkan oleh proses alami itu sendiri atau karena manusia (Munandar & Kusumawati, 2017). Proses alami ini dapat disebabkan oleh hidro-oseanografi seperti tekanan angin, pasang surut air laut, dan pola arus. Namun, pemanasan global dalam hal ini juga turut andil dalam memperparah kenaikan permukaan air laut. Sedangkan penyebab dari manusia sendiri dapat berupa pembangunan pemukiman sekitar pantai, penambangan, atau pembukaan tambak tanpa perhitungan. Abrasi ini, dapat mempengaruhi keadaan sosial masyarakat. Mata pencaharian masyarakat sekitar pantai biasanya adaah nelayan dan petani tambak. Dengan adanya abrasi ini, tambak milik warga tergerus air laut sehingga warga merugi karena ikan yang dipelihara di tambak akan tersapu ombak dan mengikuti arus menuju laut. Seperti kasus yang terjadi di daerah Gresik, dimana luas tambak yang semakin berkurang karena rusaknya tanggul penahan karena hempasan ombak. Masyarakat juga harus segera memanen ikan bandeng walaupun belum waktunya, untuk menghindari kerugian yang dapat semakin besar (Sumber : watchdoc documentary). Sejauh ini langkah yang dapat dilakukan warga adalah menanam pohon mangrove sebagai penahan laju abrasi. Â
2. BanjirÂ
Banjir yang terjadi di Indonesia ini seperti sudah menjadi suatu agenda dengan pemicu yang berbeda beda mulai dari pembuangan sampah sembarangan, kurangnya daerah serapan air, hingga kenaikan permukaan air laut sebagai dampak dari pemanasan global. Fenomena banjir ini amat sering terjadi pada daerah yang berdekatan dengan rawa atau laut seperti pada kawasan Penjaringan, Jakarta. Setiap sekitar 5-10 tahun sekali warga harus meninggikan permukaan rumahnya untuk menghindari luapan air laut yang dapat meneggelamkan rumah. Selain itu, fenomena ini mengakibatkan krisis air bersih pada masyarakat. Mereka harus membeli air bersih dari pengepul sekitar 12 jerigen setiap harinya untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, memasak, dan mandi.
3. Kebakaran hutan Â
Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla merupakan peristiwa terbakarnya lahan atau hutan yang menyebabkan rusaknya lingkungan dan membawa dampak rusaknya ekologi, serta kerugian sosial, budaya, politik, dan ekonomi (PermenLHK No 32 Tahun 2016). Kebakaran hutan ini marak terjadi karena sebab alamiah ataupun perbuatan manusia. Sebab alamiah kebakaran hutan berupa kemarau panjang akibat perubahan iklim yang tidak menentu. Sedangkan penyebab dari manusia sendiri seperti maraknya penebangan hutan, pembakaran lahan, dan peralihan lahan yang menyebabkan degradasi hutan dan lahan. Dampak dari kebakaran hutan ini sendiri lumayan besar, dampak ekologis yaitu berkurangnya luas wilayah hutan, hilangnya tempat tinggal bagi satwa hutan, hilangnya pengatur tata air, dan tidak tersedianya udara bersih, serta menyumbang penyebab terjadinya efek rumah kaca (Nurhayati, 2019). Fenomena penurunan udara bersih ini sangat krusial karena mengganggu aktivitas pada aspek kehidupan lain. Seperti fenomena kebakaran hutan di Pontianak yang menimbulkan asap pekat yang juga menimbulkan banyaknya masyarakat menderita ISPA karena kualitas udara yang amat buruk.
Dalam menanggapi berbagai permasalahan lingkungan hidup yang dapat menyebababkan permasalahan sosial ini, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang tegas. Pemerintah tidak boleh hanya mementingkan kelangsungan ekonomi dengan memihak korporasi-korporasi yang turut merusak lingkungan, namun harus adil dalam mengambil kebijakan. Dalam hal ini pemerintah harus sadar akan pentingnya kelangsungan lingkungan hidup untuk kehidupan yang berkelanjutan. Pemerintah juga harus bersinergi bersama masyarakat dalam menaggulangi permasalahan ekologi yang terus muncul. Sosialisasi dan mitigasi juga diperlukan pada daerah-daerah yang kerap mengalami permasalahan ekologi guna meminimalisir kerugian korban jiwa, ekologi, sosial, budaya, politik, dan ekonomi.