Pada era digitalisasi ini pasti semua manusia di belahan bumi mungkin sudah mengenal yang namanya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Salah satu teknologi AI yang popular akhir-akhir ini adalah ChatGPT. ChatGPT adalah salah satu produk AI jenis chatbot yang cara kerjanya dengan format percakapan, salah satu produk AI ini dapat menjawab bermacam pertanyaan secara real-time. Selain ChatGPT masih banyak lagi produk AI lainnya yang memudahkan manusia misalnya seperti Copy.ai, Steve.ai, Uberduck, Grammarly, QuillBot, dan lainnya.
Selanjutnya untuk memahami lebih dalam apa itu Artificial Intelligence (AI), kecerdasan buatan didefinisikan sebagai kemampuan dalam mengambil keputusan secara instan berdasarkan metodologi yang didukung oleh teknologi komputasi yang berbasis analisis data serta telah disesuaikan secara otomatis dengan respons logis terhadap situasi aktual.Â
AI juga dirancang untuk menciptakan mesin berpikir layaknya manusia tetapi cara kerjanya bisa melampaui cara kerja manusia. Dalam memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) terlihat cukup signifikan di dalam kehidupan manusia karena teknologi Artificial Intelligence dapat memberikan solusi dari berbagai masalah yang dihadapi pada bidang ekonomi, industri, dan kesehatan.
Di zaman di mana AI lebih dimanfaatkan karena keunggulannya dalam berpikir cepat, tetapi apakah di masa depan manusia akan tergantikan oleh kecerdasan buatan? Pada pertanyaan ini mungkin saja sebagian orang berpikir bahwa manusia akan tergantikan oleh Artificial Intelligence, tetapi jika pertanyaan mengacu pada apakah sepenuhnya manusia tergantikan oleh kecerdasan buatan maka jawabannya tidak.Â
Teknologi Artificial Intelligence masih memiliki kekurangan. Manusia memiliki keunggulan yang mungkin tidak akan dimiliki oleh suatu sistem atau robot sekali pun, yaitu manusia memiliki keunggulan dalam beradaptasi mengenal lingkungan. Manusia mampu menyesuaikan dirinya dan mengubah perilaku sesuai kondisi lingkungan sekitarnya. Selain itu manusia juga memiliki sebuah perasaan atau emosi seperti empati dan simpati yang tidak dimiliki oleh kecerdasan buatan.
Dalam bidang pekerjaan ada beberapa yang sudah mengimplementasikan kecerdasan buatan ini, manusia dan AI bekerja berdampingan untuk menciptakan kinerja yang efisien dan efektif. Pada dasarnya AI diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia bukan untuk menggantikan posisi manusia sehingga dalam beberapa sektor, AI diperlukan agar pengerjaan suatu proyek dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan hemat biaya.
Walaupun AI memiliki potensi untuk melampaui kemampuan manusia, akan tetapi ada beberapa contoh bahwa manusia tidak dapat digantikan oleh AI, seperti saat penulisan tinjauan sistematis dalam mengotomatisasi tidak mungkin jika tidak adanya tanpa campur tangan manusia. Dalam melakukan suatu mesin tidak dapat otomatis sepenuhnya dalam melakukan tinjauan sistematis walaupun mesin dapat berpikir dengan kecepatan yang tinggi dibandingkan manusia. Kecerdasan buatan tidak mampu memahami aspek dasar dari kehidupan nyata.Â
Namun, Kecerdasan buatan dapat membantu dalam memfasilitasi tinjauan sistematis yang semi-otomatis. Dalam melakukan penulisan tinjauan sistematis ini peran AI dapat meningkatkan efisiensi yang terstruktur. Sedangkan peran manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI yaitu dalam memastikan keabsahan hasil, menerapkan hasil untuk situasi kehidupan nyata, dan memecahkan masalah, selain itu manusia juga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terutama dalam menghasilkan pertanyaan penelitian, menganalisis masalah, dan memecahkan masalah. Maka dari itu, dalam penulisan peninjauan sistematis pun AI tidak bisa jika tidak adanya campur tangan manusia.
Contoh lainnya dari tidak tergantinya manusia dengan Artificial Intelligence yaitu peran AI yang tidak dapat menggantikan peran dokter, melainkan AI dapat bekerjasama dengan dokter pada ruang lingkup kesehatan. Penggunaan umum dari AI dengan metode deep learning dalam perawatan kesehatan adalah untuk mendeteksi lesi yang berpotensi kanker pada gambar radiologi.
Saat ini, radiomik dan deep learning semakin diterapkan untuk mendeteksi fitur yang relevan secara klinis dalam data pencitraan yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Kombinasi radiomik dan deep learning paling sering digunakan dalam analisis gambar terkait onkologi. Kombinasi ini menjanjikan akurasi yang lebih baik dalam diagnosis daripada alat otomatis untuk analisis gambar sebelumnya, yaitu deteksi bantuan computer atau CAD. Dengan menggunakan kombinasi radiomik dan deep learning dapat memudahkan dokter untuk menangani pasien dengan cepat dan tepat.
Kesimpulannya, Artificial Intelligence merupakan suatu perangkat lunak yang berpikir secara cepat yang berbasis komputerisasi dengan analisis data, simpelnya AI adalah sebuah teknologi kecerdasan buatan yang mengacu pada kemampuan mesin untuk melaksanakan tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia.Â