Mohon tunggu...
Tasya eka
Tasya eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

melukis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Si Jenius, Mengubah Sampah Jagung Jadi Pakan Ternak Berkualitas

12 November 2024   16:13 Diperbarui: 12 November 2024   16:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang membuat inovasi ini semakin menarik adalah kemudahannya. Peternak cukup menggunakan aplikasi di smartphone untuk mengontrol proses produksi. Aplikasi ini menyediakan panduan lengkap pembuatan pakan, memberitahu status fermentasi secara langsung, dan membantu menganalisis efisiensi produksi. Teknologi blockchain yang diterapkan juga memastikan kualitas dan asal-usul pakan dapat dilacak dengan mudah.

Hasil-hasil ini membuktikan bahwa SCWFS bukan sekadar inovasi teknologi, tapi solusi nyata untuk industri peternakan. Sistem ini tidak hanya menghasilkan pakan berkualitas tinggi, tapi juga membantu peternak menghemat biaya sambil meningkatkan produktivitas ternak mereka. Dengan manfaat yang begitu nyata, SCWFS layak menjadi pionir dalam revolusi pakan ternak di Indonesia.

Menurut studi lingkungan, System Closed-Loop Waste-Free Farming (SCWFS) memiliki keuntungan yang signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan pertanian di kawasan pemukiman. Dengan mengurangi setiap ton jagung, sistem ini dapat mengurangi emisi CO2 hingga 0,8 ton, yang biasanya dihasilkan dari pembakaran limbah. Selain itu, SCWFS juga menawarkan efisiensi penggunaan udara yang tinggi, yaitu dapat mencapai hingga 40% jika dibandingkan dengan metode tradisional yang lebih berbasis boros.  

Dari segi ekonomi, SCWFS mempunyai manfaat yang sangat menarik. Berdasarkan analisis keuangan, biaya produksi ternak melalui sistem ini 30--40% lebih rendah dibandingkan biaya produksi pakan komersial, sehingga memungkinkan peternak dan pemilik usaha mencapai efisiensi biaya yang signifikan. Pengembalian investasi yang disebut juga dengan Return on Investment (ROI) dapat dihitung dalam jangka waktu yang sangat singkat yaitu 8--12 bulan, dan didasarkan pada skala produksi yang dilakukan. Selain itu dengan permintaan pakan ternak yang terus meningkat di pasar domestik, SCWFS memiliki potensi pasar yang sangat luas, menjadikannya solusi ekonomi dan berkelanjutan bagi ketahanan pangan dan energi di Indonesia.

Untuk meningkatkan adopsi teknologi inovatif ini, dikembangkan model kemitraan yang menghubungkan kelompok petani jagung dengan peternak. Dalam kerja sama ini, petani mendapat nilai tambah dari limbah hasil pertaniannya yang seringkali terbuang, sedangkan peternak mendapatkan produk berkualitas tinggi dengan harga bersaing. Untuk memastikan transfer teknologi yang efektif, orang tua dan wali juga harus mendapatkan bantuan teknis dan pelatihan khusus.

Langkah selanjutnya dalam pengembangan Si Jenius Limbah atau yang lebih dikenal dengan SCWFS ini sangat menjanjikan. Tim pengembang tidak berhenti sampai di sini. Mereka terus menyempurnakan formula agar bisa dimanfaatkan untuk berbagai jenis ternak, mulai dari sapi, kambing, hingga unggas. Yang lebih menarik lagi, sistem ini akan diintegrasikan dengan konsep peternakan modern yang serba terukur dan efisien. Bahkan, kolaborasi dengan berbagai startup teknologi pertanian sedang dirintis untuk menciptakan pasar digital khusus bagi produk pakan fermentasi ini.

Kisah sukses SCWFS ini membuktikan bahwa teknologi sederhana namun tepat guna bisa menjadi solusi nyata bagi masalah pangan dan pakan di negeri kita. Sistem ini tidak hanya menghasilkan pakan berkualitas, tetapi juga mendukung pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dengan dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga pelaku usaha, inovasi ini siap mengubah wajah industri peternakan Indonesia menjadi lebih modern, efisien, dan tentunya lebih hijau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun