Mohon tunggu...
Tasya Aulia Fitri Ferry
Tasya Aulia Fitri Ferry Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Muda, Penggerak Utama Ekonomi Kreatif di Era Digital

7 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:13 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Generasi muda, khususnya generasi milenial dan Gen Z memainkan peran sentral sebagai penggerak utama ekonomi kreatif di era digital. Mereka tumbuh besar di tengah kemajuan teknologi dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang dunia digital, sehingga mampu memanfaatkan berbagai platform online untuk membangun bisnis dan menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan keterampilan teknologi yang tinggi dan akses mudah ke platform digital, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan, mendistribusikan, monetisasi karya kreatif dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Inovasi dalam bidang, seperti musik, desain grafis, film, animasi, hingga konten media sosial semakin berkembang pesat berkat kolaborasi dan partisipasi aktif anak muda. Generasi muda tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru melalui bisnis kreatif mereka. Dalam konteks ini, generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga kreator dan pengusaha yang mendefinisikan ulang batasan-batasan industri kreatif.

Generasi muda juga menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan ekonomi kreatif di era digital. Beberapa tantangan dalam mengembangkan ekonomi kreatif di era digital:
1. Persaingan yang Ketat di Pasar Digital, mereka harus menonjolkan diri di tengah banyaknya pelaku bisnis kreatif lainnya.
2. Akses Terhadap Modal dan Pendanaan, memulai bisnis kreatif membutuhkan modal yang cukup, baik untuk produksi, pengembangan produk, ataupun pemasaran. Kurangnya akses terhadap modal bisa menghambat mereka dalam mewujudkan ide-ide kreatif mereka.
3. Kurangnya Infrastruktur Digital yang Memadai di Beberapa Daerah, akses internet yang terbatas dan kecepatan internet yang rendah bisa menghambat mereka dalam menjalankan bisnis online. Terbatasnya infrastruktur digital juga menghambat mereka dalam mendapatkan informasi dan pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis mereka.
4. Peraturan dan Hambatan Pemerintah, proses perizinan yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit bisa menghambat mereka dalam memulai dan mengembangkan bisnis.
5. Persaingan Bisnis yang Tidak Sehat, mereka harus berjuang untuk mendapatkan tempat di pasar yang sudah dipenuhi oleh pemain-pemain besar.
6. Kurangnya Pengalaman dan Pengetahuan Dalam Bisnis, banyak generasi muda yang baru memulai bisnis tanpa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup. Hal ini bisa membuat mereka kesulitan dalam mengelola bisnis, mengembangkan produk mereka, dan menghadapi persaingan.

Meskipun menghadapi banyak tantangan, generasi muda tetap memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan dukungan dari komunitas kreatif, pemerintah, dan lembaga swasta, mereka dapat mengatasi tantangan dan membangun ekonomi kreatif yang kuat dan berkelanjutan.

Dalam ekosistem yang dinamis ini, peran generasi muda sebagai inovator, kreator, dan pengusaha sangat penting untuk memastikan ekonomi kreatif terus berkembang dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional maupun global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun