Mohon tunggu...
Tasya Amelia Auranisa
Tasya Amelia Auranisa Mohon Tunggu... Insinyur - be an extraordinary is a must.

S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Jember NIM 191910501028

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Industri Singkong dan Keterkaitannya dengan Teori Lokasi Alfred Weber

22 Maret 2021   20:40 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:15 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup berpotensi unggul di dalam bidang pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, mayoritas penduduk Indonesia terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan memiliki profesi utama sebagai petani. 

Bidang pertanian di Indonesia telah memberikan perubahan dan perkembangan yang signifikan dalam tatanan ekonomi bahkan struktur pangan yang ada di Indonesia sendiri. Bidang pertanian yang erat kaitannya dengan pangan, menjadi salah satu potensi untuk dikembangan bersama dengan kegiatan industri. Sehingga kini, tidak dapat dibantahkan lagi bahwa kegiatan pertanian industri cukup menjadi perhatian utama atas kemampuannya unggul di dalam bidang industri terutama pada produk makanan.

Singkong adalah salah satu jenis tanaman rakyat yang mungkin menjadi bahan pangan utama masysarakat Indonesia setelah nasi, kentang dan jagung. Produksi singkong di Jawa Timur sendir telah mencapai ke angka sebesar 4,246,028 ton hingga 8,387,351 ton dan berhasil menjadi penghasil singkong terbesar di Indonesia setelah Provinsi Lampung.

Kabupaten Jember merupakan salah satu diantara kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur dengan mata pencaharian utama penduduknya adalah bidang pertanian. Salah satu produk pertanian yang memenuhi semua sub-sistem agribisnis di kabupaten Jember adalah singkong. Kabupaten Jember mencatatkan produksi singkong sebesar 47,803 ton pada tahun 2012 (BPS kabupaten Jember, 2012). Meskipun kabupaten Jember hanya menyumbang 1.1 % dari produksi singkong Jawa Timur tetapi Jember merupakan kabupaten yang terkenal sekali  dengan jajanan olahan singkongnya.

Kabupaten Jember memiliki beberapa industri kecil dengan berbagai jenis unit industri diantaranya industri yang bergerak di bidang produk makanan ringan olahan tape singkong. Tape singkong dapat diolah lebih lanjut menjadi prol tape, brownies tape dan suwar-suwir. Ketersediaan bahan baku singkong yang melimpah khususnya singkong kuning membuat perkembangan produk olahan tape singkong semakin pesat. Hal ini menyebabkan prol tape, brownies tape, dan suwar-suwir menjadi jajanan khas kabupaten Jember dan sangat berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat mempunya citra yang kuat seperti jajanan khas daerah lain yang telah terkenal di seluruh Indonesia.

Maka dari itu, tidak heran telah berdiri banyak sekali industri kecil atau home industri yang berbasis produk singkong di Kabupaten Jember. Produk olahan singkong tersebut biasanya diperjual belikan sebagai cinderamata atau buah tangan yang khas dari Kabupaten Jember.

Mengenai hal ini, jika dipandang dari perspektif perencana industri singkong di Kabupaten Jember telah menganut dan secara tidak sengaja melakukan teori perencanaan kota yang dikemukakakan oleh Alfred Weber. Prinsip teori Weber adalah penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location). Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu: Material, Konsumsi, dan Tenaga Kerja. Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh untuk mengangkutnya.

Sehingga jika dikaitkan dengan teori Weber, industri singkong di Kbaupaten Jember telah memenuhi aspek material, dilihat dari bahan yang cukup unggul dan melimpah. Selain itu, konsumsi. Konsumsi produk makanan yang dihasilkan dari industri cukup besar dan semakin melonjak setiap tahunnya, dikarenakan industri singkong ini menghasilkan produk makanan yang menjadi khas dari Kabupaten Jember. Selanjutnya, tenaga kerja. Sebagai industri yang cukup berkembang beberapa usaha dagang telah melibatkan dan membuka lapangan kerja yang besar bagi penduduk di Kabupaten setempat, sehingga ini akan berdampak pada kualitas kependudukan di Kabupaten Jember.

Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa industri yang ada di Kabupaten Jember yang berfokus pada industri singkong telah sesuai dengan teori Alfred Weber yang telah dijabarkan sebelumnya. Sehingga industri singkong di Kabupaten Jember dikatakan cukup strategis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun