Mohon tunggu...
Tasya Altamyra Fauzia
Tasya Altamyra Fauzia Mohon Tunggu... Guru - Warga negara Indonesia

Tasya Altamyra Fauzia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sama tapi Tak Serupa (Si Jampang dan Si Pitung)

3 Juni 2021   12:30 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:33 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Telaah ini berangkat dari asumsi bahwa suatu karya sastra tidak mungkin terlepas dari karya-karya yang telah ditulis sebelumnya. Mengapa karya sastra dikatakan demikian? Karena sangat aman memungkinkan karya-karya besar memberikan inspirasi kepada penulis-penulis selanjutkan. Tujuan karya sastra sendiri yakni lahir untuk memberi pandangan kepada masyarakat tentang seni. Sebelum jauh membandingkan keduanya, penulis ingin menceritakan secara singkat kedua cerita rakyat yang akan kita bandingkan.

Cerita rakyat I (Si Pitung)
Pada zaman dahulu hidup seorang pemuda bernama Pitung. Ia merupakan pemuda yang sholeh dan rajin mengaji. Selain itu Pitung juga rajin berlatih bela diri yaitu silat, berkat gigih latihan kemampuan Pitung untuk menguasai ilmu bela diri tersebut sangat luar biasa. Si Pitung hidup pada zaman penjajahan belanda, yang mana kita ketahui rakyat Indonesia sedang dijajah dengan keji oleh belanda. Pitung menyaksikan perampasan tanah dan harta benda milik warga oleh penjajah. Karena hal itu pada akhirnya Pitung merasa iba terhadap apa yang dialami masyarakat sekitarnya, kemudian Pitung merencanakan perampokan terhadap para penjajah dan hasil rampokannya dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan pada saat itu. Singkat cerita penduduk belanja mulai merasa tidak aman karena adanya banyak perampokan, dan para kompeni mengetahui bahwa perampok itu adalah Si Pitung dan dua temannya. Karena geram dengan hal itu, para kompeni mencari kesana kemari tapi tidak juga menemukan keberadaan si Pitung. Hingga suatu hari para kompeni berhasil mendapat informasi mengenai keberadaan orangtua dan guru yang mengajarkan si Pitung ilmu bela diri, maka didatangilah Haji Naipin selaku guru bela diri si Pitung. Dengan memberi ancaman sebuah tembakan para kompeni pun mengetahu rahasia kekebalan tubuh si Pitung. Para kompeni berhasil menyergap persembunyian si Pitung dan teman-temannya lalu dilempari mereka dengan telur busuk lalu ditembak. Tewaslah si Pitung seketika hingga masyarakat kehilangan pahlawannya.

Cerita rakyat II (Si Jampang)
Pada zaman dahulu hidup seorang pendekar pemberani bernama Si Jampang. Ia memiliki kehidupan rumah tangga yang bahagia, terlebih mereka mempunyai anak laki-laki yang diberi nama si Jampang Muda. Namun kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama karena ketika anaknya menginjak usia remaja istri si Jampang mengalami sakit keras dan meninggal dunia. Kematian istrinya pun membuat si Jampang merasakan kesedihan yang mendalam. Meski begitu ia harus berusaah kuat untuk merawat jampang muda. Singkat cerita si Jampang mengirim Jampang Muda untuk belajar di sebuah pondok pesantren. Hidup seorang diri membuat ia merasa kesepian. Kesepian itu akhirnya mempengaruhi kondisi psikologinya. Selain itu, ia juga merasa tentekan melihat orang-orang disekitarnya ditindak oleh orang-orang kaya. Untuk melampiaskan rasa sepinya akhirnya ia merampok orang kaya yang sombong dan membagikan hasil rampokannya kepada orang yang membutuhkan. Tindakan si Jampang kemudian menjadi buah bibir masyarakat. Berita tentang dirinya yang menjadi perampok pun sampai pada telinga anaknya. Hingga Jampang Muda meminta untuk pulang dan berhanti dari pesantren karena merasa malu akan tindakan yang ayahnya lakukan. Ia pun menyadari hal yang ia lakukan salah, tiba-tiba terbersit pikiran untuk memiliki istri baru untuk mengurus anak dan rumahnya. Singkat cerita ia bertemu perempuan bernama Mayangsari yang merupakan mantan istri mendiang temannya. Setelah berbagai obrolan akhirnya si Jampang berniat untuk menikahi Mayangsari. Sayangnya lamaran tersebut ditolak dengan kasar karena Mayangsari hanya menganggapnya sebagai teman, terlebih profesinya sebagai rampok juga menjadi hal yang dipertimbangkan oleh wanita tersebut. Si Jampang menjadi sakit hati atas penolakan tersebut dan berniat mengguna-gunanya. Akhirnya Jampang menemukan dukun yang paling ampuh menurut orang dikampungya, kemudia Mayangsari pun menjadi seperti orang gila yang suka tertawa sendiri dan menyebut-nyebut nama si Jampang. Hal tersebut membuat anak Mayangsaripun sedih, dicarilah dukun yang ampun untuk menyembuhkan ibunya. Kebetulan dukun yang disambangi Adbih adalah dukun yang sama dengan yang si Jampang meminta guna-guna. Akhrinya dengan mudahnya guna-guna tersebut dihilangkan dan Mayangsaripun kembali normal.

Dari sinopsis diatas kita tentunya dapat menentukan persamaan antara kedua cerita rakyat tersebut. Kedua cerita rakyat diatas memiliki konflik yang sama Keduanya memutuskan untuk menjadi perampok dengan tujuan agar dapat membagikan hasil rampokannya kepada warga yang membutuhkan karena merasa iba dengan melihat keadaan warga disekitarnya. Menurut saya yang membedakan kedua ceirta rakyat diatas yaitu latar waktu, pada cerita si Pitung disebutkan latar waktunya yaitu jaman penjajahan belanda sedangkan dalam cerita si Jampang tidak disebutkan latar waktunya. Penyelesaian konflik dari kedua cerita ini pun berbeda. Dalam cerita rakyat pertama, penyelesaian konfliknya yaitu si Pitung mati terbunuh karena telah diketahui kelemahannya. Sedangkan dalam cerita rakyat kedua, penyelesaian konfliknya yaitu si Jampang berhenti merampok karena merasa kasihan anaknya yang malu memiliki ayah seorang perampok.

Seperti yang penulis katakan di atas, sebuah karya sastra akan terikat satu sama lain. Selain cerita diatas masih banyak lagi cerita rakyat yang memiliki kemiripan konflik, latarbelakang maupun alurnya. Sekian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat menyampaikan perbandingan-perbandingan karya sastra lainnya dilain waktu. Terimakasih terlah membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun