Mohon tunggu...
Tasya Khairunisa
Tasya Khairunisa Mohon Tunggu... Novelis - pelajar

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel Orang-Orang Biasa

2 Maret 2023   21:40 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:44 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           - Penokohan

1. Handai, perilakunya suka mengadai atau mengkhayal 

2. Tohirin, wataknya cenderung aneh dan sedikit bodoh, namun mudah resah

3. Honorun, karakternya lugu, baik, lembut, santun

4. Sobri, cenderung keras kepala dan bebal, pendiam (namun jika sudah bicara nadanya sangat tinggi dan seperti toa)

5. Rusip, karakternya agak bodoh dan jorok, namun baik

6. Salud, wajahnya menyeramkan, mebakutkan, dan dingin

7. Mardinah/Dinah, wataknya baik dan selalu tersenyum

8. Nihe, cenderung modern, selalu update, suka lagu barat dan berdandan

9. Junilah, seperti Nide dan pengikut setia Nihe

10. Aini, master matematika, pintar, cerdik, namun pesimis


  • LATAR 
  • Latar Tempat 

    Latar tempat pada novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata terjadi di Kota Belantik. Kota Belantik merupakan kota yang naif, tempat tinggal sepuluh kawanan tersebut. Kota Belantik di sana dideskripsikan sebagai kota yang tertinggal dari kota-kota maju.

"Menelaah papan tulis artistik kejahatan itu, yang demikian minim angkanya sehingga tak bisa dijadikan diagram batang, diagram kue cucur atau diagram naik-naik ke puncak bukit, barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Suatu kota di pinggir laut yang penduduknya telah lupa cara berbuat jahat." (Orang-Orang Biasa, 2019: 5)

  • Latar Waktu

     Latar waktu yang terdapat dalam novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata pada masa reformasi sekitar tahun 2009. Hal ini diindikasi dari budaya SMS yang menjadi cara berkomunikasi yang diceritakan dalam novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata.

"Tiba-tiba hape Dinah berbunyi. Ada SMS dari Debut. Terbelalak Dinah melihat SMS itu. Debut sangat serius sebab dipakainya huruf besar." (Orang-Orang Biasa, 2019: 186)

  • SUDUT PANDANG 

     Sudut pandang yang digunakan dalam novel Orang-Orang Biasa ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu menggunakan nama orang.

  • AMANAT

     Amanat yang didapat dari novel karya Andrea Hirata, 'Orang-Orang Biasa' ialah sudah sepantasnya manusia saling menolong dalam kehidupan, seperti yang dilakukan oleh kesepuluhan kawan dalam novel ini. Mulianya pertemanan mereka dalam membantu Dinah agar dapat kuliah hingga harus melakukan perampokan. Novel ini menjunjung kebeneran yang mengingatkan kita bahwa kebenaran akan selalu terungkap meskipun kebohongan sudah ditutup rapat-rapat. Hal ini membuat kita tersadar akan pentingnya kejujuran dalam penerapan perilaku sehari-hari.

    Selain itu, novel ini juga mengajak pembaca agar tidak pendek dalam bermimpi. Hal ini dilihat dari usaha para tokoh untuk merealisasikan mimpi Dinah agar menjadi seorang dokter di universitas ternama. Oleh karena itu, bermimpilah setinggi langit dan coba wujudkan melalui usaha dan diserati doa agar dapat dikabulkan oleh Tuhan YME.

  • GAYA BAHASA 

    Diksi atau gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Meskipun terkesan terburu-buru dalam menyelesaikan novel ini, Andrea Hirata ini tetap dapat menyanjung pembaca dengan bahasa yang sangat apik. Novel ini dikemas dengan tidak banyak menggunakan majas dan umumnya majas yang digunakan adalah majas personifikasi dan majas repetisi.

 

                                                                 ANALISIS STRUKTUR NOVEL 'ORANG-ORANG BIASA'

  • Tahap Orientasi (pengenalan)

     Tahap penyituasian merupakan tahapan awal yang menggambarkan dan mengenalkan bagaimana situasi latar dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Sembilan sekawan yang terdiri atas Handai, Tohirin, Honorun, Sobri Rusip, Salud, Nihe, Dinah dan Junilah terkumpulkan secara alami oleh Ibu Desi Mal di deretan bangku paling belakang. (Orang-Orang Biasa, 2019: 6-7)

  • Tahap Komplikasi

     Tahap ini dimulai saat Aini mengejutkan ibunya dengan memberikan formulir bahwa dia telah lulus test masuk Fakultas Kedokteran di universitas negri ternama. Dinah ditemani Aini berusaha mencari pinjaman dari koperasi hingga bank tetapi tidak ada satupun yang mau memberikan pinjaman kepada mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

"Aini kembali kecewa melihat ibunya keluar dari ruko itu dengan wajah sembap sambil menggeleng-geleng. Ini adalah koperasi simpan pinjam kelima atau terakhir yang telah mereka datangi, dan semua menolak usulan pinjaman dari ibunya. Kemarin mereka mendatangi semua bank kecuali sebuah bank yang sangat megah, banyak kacanya, yang masuk ke dalamnya saja mereka sungkan apalagi meminjam uang. Seluruh bank itupun telah menolak usulan pinjaman Dinah." (Orang-Orang Biasa, 2019: 70)

  • Tahap Evaluasi

   Tahap ini terjadi saat Debut yang mengetahui bahwa Aini putri sulung Dinah lolos tes masuk Fakultas Kedokteran akan tetapi keadaan ekonomi Dinah yang tidak bisa membayar biaya pendaftaran serta telah ditolak banyak koperasi dan bank saat mengusulkan pinjaman membuat Debut yang idealis kecewa lantas terpikirkan untuk merampok bank.

  • Tahap Resolusi 

      Tahap puncak pada hari perampokan tiba, setelah merencanakan ini selama berbulan-bulan pada hari Jum'at pukul 15.55 mereka telah sampai di bank dan melancarkan aksi perampokan sesuai dengan alur yang telah direncanakan. Mereka terbagi atas dua tim, tim 1 Sobri, Dinah, Junilah, Handai dan Honorun, sedangkan Tim 2 terdiri dari Debut, Rusip, Nihe, Salud dan Tohirin. Tim 1 masuk ke bank seedangkan tim 2 berjaga di luar. Tim 1 yangg bergerak lambat dan hampir ketangkap, untungnya Debut segera mengirim SMS ke Dinah untuk segera keluar, lalu mereka segera keluar dari bank.  (Orang-Orang Biasa, 2019: 186-187)

  • Tahap Koda     

     Tahap akhir Aksi perampokan bank pada hari itu gagal, tetapi tidak untuk merampok Toko Batu Mulia Bastardin, mereka selamat dari kejaran sekuriti toko tersebut dan membawa dua tas besar berisi uang miliaran. Dua hari setelah merampok, mereka berkumpul untuk melihat tas berisi uang serta membicarakannya. Pada akhirnya, Dinah tidak mau memakai uang haram tersebut untuk biaya masuk kuliah Aini, sahabat-sahabatnya juga berpikiran sama denggan Aini, dan memutuskan untuk mencari cara lain guna mendapatkan biaya masuk Fakultas Kedokteran sbesar 80 juta tersebut. (Orang-Orang Biasa, 2019: 224)

Sekian artikel tentang analisis Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata, yang ditulis oleh kelompok 5. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca, Terima Kasih. 

KELOMPOK 5
1. Dini Khairunnisa (11)

2. Dinda Nabiilah Putri (12) 

3. Olivia Panjiani (29)

4. Tasya Khairunnisa (35)

5. Ringgo Jago Wario (31)


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun