Mohon tunggu...
Tasya Afandi
Tasya Afandi Mohon Tunggu... Guru - A teacher

hello

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kampanye Sosmed untuk "Geng Millenials"

12 Oktober 2020   08:05 Diperbarui: 12 Oktober 2020   08:17 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terlalu banyak kebohongan di dalamnya. Karena jika sampai ada sedikit saja kebohongan yang terungkap, maka efeknya akan luar biasa. Karena dalam pemikiran Geng Millenials ini, gambar dan video adalah suatu hal yang emosional dan dapat mempengaruhi fikirannya. Jika sampai apa yang ia saksikan adalah suatu kebohongan, maka ia akan memberikan penilaian yang kejam sekalipun.

Kedua melalui Twitter. Di dalam platform sosial media ini banyak sekali berisi tulisan-tulisan yang ceritanya dapat menyentuh hati penggunanya. Biasanya para tim sukses kampanye menuliskan pengalaman serunya bersama sang kandidat, tak jarang juga menceritakan bagaimana kebaikan si calon pilihan. 

Alhasil, kisah tersebut dapat menarik masa untuk memilihnya. Selain tulisan, ada juga kisah dalam bentuk gambar maupun video. Tak hanya itu, ada juga fitur untuk mengirimkan pesan.

Sama halnya seperti Twitter, Facebook pun memiliki fitur yang sama. Mulai dari tulisan, gambar, maupun video juga ada di dalam aplikasi Facebook ini. Sedikit perbedaannya, mayoritas pengguna Facebook berusia sekitar 35 tahun ke atas. Sedangkan Twitter lebih banyak usia di bawah 35 tahun.

Lalu ada Youtube. Platform ini cukup berpengaruh untuk kampanye politik. Di dalam Youtube, banyak berisi video yang memiliki konten-konten menarik untuk ditonton. 

Melalui Youtube, para politikus bisa menggandeng Youtuber untuk membuat konten politik yang unik dan inspiratif. Setelah video ditayangkan, maka Youtuber tersebut akan menarik para pengikutnya untuk memilih pilihan yang sama. Karena itu kampanye melalui Youtube adalah cara yang sangat efektif.

Namun, dibalik kemudahan menyampaikan informasi politik melalui sosial media, ada juga dampat negatif di dalamnya. Penyebaran berita bohong atau yang akrab disebut “Hoax” seringkali menimbulkan masalah. Hoax ini kerap membuat kampanye berjalan ricuh. 

Banyak masalah yang timbul dari berita Hoax tersebut sebelum kebenarannya terungkap. Kejadian ini merupakan kesempatan bagi para oknum yang hanya mementingkan tujuan pribadi.

Ada juga persaingan yang membuat tim sukses dari calon kandidat saling serang dengan cara mengujar kebencian untuk saling menjatuhkan. Hal ini bisa memicu pertikaian yang sengit, bahkan bisa sampai ke meja hijau. 

Tak jarang juga menyebabkan permusuhan antar teman, saudara, bahkan keluarga inti. Karena terkadang, dengan menyampaikan pendapat tentang pilihannya, seseorang yang tidak sesuai dengan pemikiran yang lainnya, akan dicap tidak baik. Dan akhrinya merusak hubungan mereka.

Lalu dari segi bahasa yang digunakan di dalam sosial media ini dapat juga menimbulkan masalah. Tidak adanya penyaring terkait penggunaan bahasa yang baik dan benar, membuat konten-konten di dalamnya berisi kalimat yang tidak pantas sehingga bisa memicu pertikaian karena tersinggung. Penyalah gunaan data pribadi seseorang juga kerap terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun