PANDEMI Covid-19 yang memaksa  belajar dari rumah dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),sejak bulan Maret sampai dengan saat ini masih membuat para pelajar dilema. Banyak tantangan dalam proses adaptasi belajar dengan online,yang dirasakan semakin ke sini semakin terasa banyak siswa sekarang yang sudah mulai mengeluh.
Ditambah lagi ada virus varian baru yaitu Omicron yang menyebabkan mereka kembali belajar lagi dari rumah. Padahal tahun ini proses pembelajaran sudah mulai tatap muka, dengan adanya virus varian baru yang muncul di tahun 2022 ini membuat siswa kembali melaksanakan merasakan yang namanya online school. Banyak siswa yang pro kontra tentang online school ini. Sebagian dari mereka ada yang senang dan ada juga yang tidak senang. Sebanyak 76,7 persen dari total 1700 siswa responden kajian survei PJJ mengaku tidak senang dengan metode pembelajaran dari rumah. Hal itu didapat dari sebuah survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Hal itu dikarenakan mereka mulai jenuh dengan sistem belajar dari rumah,mereka mulai jenuh dengan mencari di berbagai sumber dengan media pembelajaran. Ditambah lagi mereka tidak bertemu dengan guru dan tidak bisa bertanya secara langsung kepada guru mereka. Karena biasanya kalau di sekolah siswa bebas bertanya kapan saja dengan gurunya. Dan sekolah tatap muka ini juga bisa membentuk karakter kepribadian seorang siswa yang mana disitu lah siswa bebas mengeluarkan pendapat yang mereka miliki.
Namun pada kenyataannya sekarang ini hal itu tidak bisa dilakukan karena memang peraturan pemerintah telah menetapkan bahwa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akan diberlakukan lagi mulai saat ini. Kebijakan tersebut dibuat agar mengurangi angka Covid-19 dan Omicron yang mulai meningkat di Indonesia.
Bahkan banyak dari siswa yang mendapatkan nilai yang rendah dikarenakan malas belajar. Ya tentu saja mereka merasakan itu,karena daring ini membuat siswa malas membuka buku,lebih sering bermain handphone, membuka video hiburan di handphone dan bahkan ada yang sudah absen setelah itu tidur lagi. Banyak juga siswa yang anggap remeh dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)ini. Karena mereka menilai bahwasanya guru tidak lah memeriksa tugas yang diberikan. Ditambah lagi siswa tidak dapat bertemu dengan teman teman nya sehingga menciptakan rasa jenuh yang bertambah.
Adalagi kendala yang sering sekali di alami para siswa yaitu kendala jaringan yang tidak memadai, kuota yang terbatas dan bahkan ada beberapa dari siswa yang tidak mempunyai handphone. Bahkan tidak hanya itu,guru yang biasanya menerangkan di papan tulis sekarang hanya bisa menyebarkan link YouTube yang mewajibkan siswa menulis dan menontonnya tanpa ada pembahasan yang diberikan. Hal tersebut membuat tingkat kemalasan siswa semakin tinggi. Metode belajar yang membosankan dan kurang efektif membuat siswa semakin dilema dan terus dilema.
Dan ketika tatap muka berlangsung banyak siswa yang sama sekali tidak paham materi yang dijelaskan. Mereka hanya bisa terdiam dan termenung. Karena apa? Ya karena ketika dirumah mereka tidak mendapatkan metode belajar yang efektif. Sehingga sulit bagi tenaga pengajar untuk menjelaskan materi di sekolah hingga membuat guru harus mengulangi materi tersebut dan menjelaskan nya lagi sampai siswa benar benar paham.
Jadi kesannya siswa harus mulai berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya dan mulai membiasakan diri dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Bahkan ada juga yang belum mengenal teman dan guru nya sendiri,itu semua karena kurang nya interaksi ketika belajar dari rumah. Contoh nya seperti siswa yang baru masuk sekolah tiba tiba sudah dihadapkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga sangat canggung bagi mereka untuk melakukan interaksi.
Alhasil menjadi tugas bersama guru/para pengajar dan orang tua untuk bersama sama membuat anak didik kita bahagia belajar dari rumah maupun di sekolah.
Jadi dengan semua ketentuan yang berlaku ini, apakah kalian suka Pembelajaran dari Rumah atau suka Pembelajaran dari Sekolah?
ditulis oleh:Tasya Aulia