Mohon tunggu...
Vivi Nurwida
Vivi Nurwida Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis, ibu rumah tangga, mompreneur, aktivis dakwah

Menulis untuk mendakwahkan keindahan Islam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sistem Ekonomi Kapitalis, Lahirkan Nasib Buruk Pekerja Migran

10 Maret 2023   15:05 Diperbarui: 10 Maret 2023   15:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maraknya Pekerja Migran Indonesia (PMI), menggambarkan bahwa kemiskinan dan sempitnya lapangan pekerjaan tengah terjadi di dalam negeri. Terlebih, mereka diiming-imingi penghasilan yang besar dan syarat yang mudah untuk bisa bekerja ke luar negeri. Tak jarang, mereka berangkat hanya dengan modal nekat untuk merubah nasib guna dapat menafkahi anak istri atau membantu perekonomian keluarga.

Migrasi yang aman pun hanya isapan jempol belaka. Bahkan, selama sistem yang ada bernafaskan Kapitalisme, maka keamanan pekerja akan mustahil didapatkan. Terlebih, Kapitalisme mendorong perempuan untuk ikut bekerja menopang perekonomian keluarga, bahkan negara. Sedang, yang lebih diuntungkan adalah para kapital.

Pemerintah juga telah menghadiahi tanggal 1 Mei sebagai peringatan hari buruh Internasional. Namun, setiap tahun, butuh tetap menuntut kesejahteraan. Namun, faktanya tuntutan mereka tidak pernah terealisasi, justru nasib mereka masih saja memprihatikan.

Lebih dari itu, buruh perempuan juga mengalami nasib yang lebih memprihatinkan. Sebagaimana yang dialami oleh Meriance, seorang mantan pekerja migran Indonesia yang mengaku mengalami penyiksaan yang kejam oleh majikannya di negeri Jiran selam delapan bulan, delapan tahun lalu.

Ribuan kasus juga menimpa pekerja rumah tangga Indonesia di Malaysia, ratusan di antaranya mengalami kasus penganiayaan termasuk penyiksaan fisik (bbcindonesia.com, 3-3-2023).

 Tentu kasus di Malaysia, hanyalah sekelumit fakta yang ada. Sesungguhnya banyak  kasus-kasus serupa di belahan bumi lain.

Berbagai gerakan, organisasi juga dibentuk untuk melindungi para pekerja migran. Upaya demi upaya pun terus dilakukan. Namun, selama gerakan tersebut berdasarkan Kapitalisme, adalah wajar jikalau realitas ini sulit dihentikan. Sebab, tolak ukur gerakan ini adalah nilai-nilai Kapitalisme, di antaranya adalah kebebasan. Kapitalisme justru akan mengesampingkan keadilan dan lebih menenangkan asas kepentingan.

Selain itu, sistem ekonomi Kapitalisme telah merebut kekayaan sumber daya alam di negeri ini, dikuasai hanya oleh segelintir orang. Akibatnya, rakyat menderita padahal negerinya begitu kaya raya. Pengangguran dimana-mana, kemiskinan pun merajalela. Nyata, sistem ini telah melahirkan nasib buruk bagi masyarakat, termasuk pekerja migran.

***
Tentu, hal ini sangat berbeda dengan Islam. Islam menjamin keamanan bagi pekerja, baik laki-laki ataupun perempuan.  Allah menetapkan penganiayaan juga pembunuhan sebagai dosa besar. Al Qur'an telah menetapkan bahwa pembunuhan tanpa alasan yang telah dibenarkan oleh syarak, berarti telah membunuh seluruh manusia.  Islam memberi hukuman yang tegas dan keras berupa qishosh bagi pembunuh, tau membayar diyat 100 ekor unta jika pihak keluarga terbunuh mau memaafkan. Dengan sanksi hukum Islam, akan memberikan efek jera bagi pelaku, dan orang lain akan takut melakukan kejahatan yang sama.

Islam juga menjamin nafkah seorang perempuan juga anak-anak yang tidak memiliki wali yang bisa menanggung nafkahnya. Perempuan tidak perlu banting tulang, menjadi tulang punggung keluarga. Terlebih, harus migrasi meninggalkan kewajibannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga untuk sesuap nasi.

Sistem Islam juga akan mengelola sumber daya alam berdasarkan syariat Islam. Dengan pengelolaan sumber daya alam berdasar syariat Islam ini, negara mampu membuka lapangan pekerjaan yang banyak. Negara akan membantu para kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan dan papan, tanpa perlu bersusah payah memenuhi menjadi butuh ke negeri asing demi sesuap nasi. Selain itu, negara juga menjamin kebutuhan pokok publik, yaitu pendidikan, kesehatan dan keamanan secara berkualitas dan gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun