Tassya Amallyah Putri, Universitas Muhammadiyah MalangÂ
tassyaaputri@gmail.com
Malang, 2 Desember 2024 -- Nyeri dismenore, atau nyeri menstruasi, adalah masalah kesehatan yang umum dialami oleh banyak wanita, terutama mereka yang berusia di bawah 20 tahun. Dismenore biasanya ditandai dengan kram perut bagian bawah yang menyakitkan, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Meskipun sering dianggap sebagai masalah yang wajar, nyeri dismenore yang intens dapat memengaruhi kualitas hidup wanita, termasuk mahasiswa yang harus fokus pada tugas akademik. Menanggapi masalah ini, Tri Lestari Handayani, dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (FIKES UMM), melakukan penelitian mengenai efektivitas latihan dismenore untuk menurunkan intensitas dan durasi nyeri dismenore pada mahasiswa FIKES UMM.
Dismenore terjadi akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi kontraksi otot rahim selama menstruasi. Bagi banyak wanita, ini adalah masalah yang berulang setiap bulan dan sering kali disertai dengan rasa sakit yang hebat. Namun, penelitian menunjukkan bahwa selain penggunaan obat-obatan, terapi non-farmakologi seperti latihan fisik atau senam dapat memberikan dampak positif dalam meredakan nyeri dismenore.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Tri Lestari Handayani melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah latihan dismenore dapat efektif dalam mengurangi nyeri dan durasi nyeri menstruasi pada mahasiswi FIKES UMM. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan alternatif non-farmakologi yang bisa digunakan oleh mahasiswi untuk mengatasi masalah nyeri dismenore tanpa ketergantungan pada obat-obatan.
Latihan dismenore yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari serangkaian gerakan senam yang dirancang khusus untuk membantu meredakan nyeri dismenore. Latihan ini berfokus pada penguatan otot-otot panggul dan perut, serta teknik relaksasi yang dapat mengurangi ketegangan otot rahim. Gerakan-gerakan ini, yang dapat dilakukan di rumah atau di tempat yang nyaman, diharapkan dapat membantu meredakan kram perut yang terjadi selama menstruasi.
Senam dismenore dipilih karena gerakan-gerakan ini telah terbukti dapat mengurangi kontraksi otot yang menyebabkan nyeri. Selain itu, senam ini tidak memerlukan alat khusus dan dapat dilakukan oleh siapa saja, menjadikannya pilihan yang mudah diakses oleh banyak wanita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan dismenore berpengaruh signifikan dalam mengurangi intensitas nyeri dismenore dan durasi nyeri pada mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Sebelum mengikuti latihan dismenore, sebagian besar peserta melaporkan tingkat nyeri yang cukup tinggi saat menstruasi. Namun, setelah mengikuti latihan dismenore secara rutin selama satu bulan, sebagian besar peserta melaporkan penurunan signifikan pada intensitas nyeri mereka.
Penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan dalam memberikan alternatif pengobatan non-farmakologi bagi wanita yang mengalami nyeri dismenore, khususnya bagi mahasiswi yang sering kali merasa kesulitan untuk melanjutkan aktivitas akademik saat menstruasi. Terapi senam dismenore dapat menjadi solusi yang efektif dan aman untuk meredakan nyeri tanpa harus mengandalkan obat-obatan.
Menurut Tri Lestari Handayani, temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswi atau remaja putri untuk mengatasi nyeri dismenore secara alami. "Melalui penelitian ini, kami berharap dapat memberikan pilihan terapi non-farmakologi yang lebih mudah diakses dan efektif untuk mengatasi nyeri dismenore. Dengan pendekatan ini, diharapkan mahasiswi dapat tetap aktif dan produktif tanpa terganggu oleh nyeri menstruasi," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H