Lebaran tahun lalu begitu berkesan, karena keluarga papa datang berkumpul bersama. Melihat papa tersenyum itu menenangkan hati.
Hari itu sepulang aku kerja, tepatnya jam 9 malam. Aku baru sampai rumah, dan biasanya papa sedang asik nonton TV dikamarnya. Tapi malam itu terasa berbeda suasana rumah, aku jadi was-was. Dan benar perasaanku, ketika aku masuk ke kamar papa, papa tergeletak di lantai dan hanya terdiam tak bergerak. Begitu terkejutnya aku, aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Aku coba telpon rumah sakit, sampai beberapa waktu kemudian ambulan datang. Ya Alloh apa lagi yang akan Kau berikan kepada hambaMu ini? Aku tak tahu apakah aku masih kuat dengan apa yang akan Kau berikan.
Sehari berlalu, dan papa masih belum sadarkan diri. Hingga siang itu ketika aku terlelap tidur disamping tempat tidurnya tiba-tiba papa mengusap rambutku dan membuatku terbangun. Aku lihat papa menangis, dan aku lihat papa tak bisa menggerakkan tanganya seperti kemarin lagi. Sepertinya kelumpuhan mulai menyerang bagian tubuh papa yang lain. Aku menangis, aku benar-benar terjatuh. Belum aku harus berpikir bagaimana tetap bisa hidup dan membiayai perawatan papa.
Pagi itu setelah papa bisa pulang dari rumah sakit, aku lihat papa tertidur pulas di kamarnya. Aku pun bergegas ke kampus, bukan untuk kuliah seperti biasanya tapi aku memutuskan untuk keluar dari kuliah, aku putuskan untuk bekerja full time. Yah tentunya untuk bisa membiayai hidup dan membayar hutang biaya rumah sakit selama ini. Jadi sekarang aku seharian kerja, pulang sore aku bergegas kerumah dan nyiapin makanan buat papa, mencuci baju papa, dan kadang juga membersihkan kotoranya. Aku sendirian, dan seberat apa pun aku harus tetap tersenyum didepan papa. Even though at the night I always cried, oh God forgive me when I whine.
Esok minggu pagi, aku ajak jalan papa ke taman, biar papa menghirup udara bebas, melihat dunia luar yang tidak setiap hari papa bisa melihatnya. Aku senang kalau melihat papa tersenyum, walau aku selalu menahan air mataku ketika aku melihat keadaan papa. Rasanya terlalu bodoh jika aku bilang Tuhan tidak adil. Tuhan memberiku cobaan ini, semua masalah-masalah ini, aku yakin karena Tuhan tahu aku mampu melaluinya. Demikian juga dengan papa, Tuhan memberikan penyakit itu pasti karena Tuhan tahu papa kuat menerimanya.
Kini aku bukan gadis remaja lagi, aku sudah 24 tahun. Dan harusnya bulan ini aku di wisuda jika aku tak pernah memutuskan keluar dari kuliahku. Aku pun masih berkomunikasi sama teman-temanku selama kuliah dulu, kadang sekedar sms, chating atau sekedar say hello via facebook. Senang juga melihat mereka berhasil, ada yang sempat kerja di brunai. Ada yang sedang ngejar S2 di Korea. Dan, my best friend Ana goes to Japan, dia lagi ngejar pHd disana. Jadi tak terasa mereka sudah pergi 4 tahun lebih, mengejar cita-citanya. Cita-citaku juga dulunya, lanjut kuliah di luar negeri dan kemudian kerja. Yah kali ini Walt Disney tak berpihak padaku, its my dream and I can't do it. Karena aku tak pernah melanjutkan kuliahku, again.
Oiya beberapa kalimat diatas adalah kalimat yang pernah dikirim sahabatku di Jepang, dia care banget sama aku, cause she know a lot of me. "One thing that i always remember, Alloh SWT selalu memberi sesuatu sesuai kemampuan kita. Aku diberi kehidupan seperti ini karena mungkin Tuhan tahu aku mampu, dan mungkin aku tidak mampu kalau diberi masalah seperti kamu. So i'm just enjoying life. Life outside, i was not easy that i thought. But i must solve it by myself. If not me, who will be solving? If you're sure you can do it, insyaAlloh you can do it, according to Walt Disney, "we can dream it, we can do it"." Yah kurang lebih seperti itu salah satu pesan sahabatku. Itu sangat memotivasi banget buat aku. Hingga aku masih berdiri disini saat ini. Cause my father, cause my best friend, I though I'm sure I can do it. Hahahaaa.. Kadang aneh seperti mau nangis atau mau ketawa sepertinya aku sulit membedakannya. Maybe will be broke my feeling, oh God don't do this for me.
Eh papa ulang tahun hari ini, kami ngerayain nya berdua. Semalam sepulang kerja aku bikinin kue buat papa dan hari ini kita makan-makan, sengaja aku ijin libur kerja karena ingin seharian sama papa, di hari ulang tahunnya papa ku tercinta. Hari ini kami berdoa bersama, entah apa yang papa inginkan, tapi aku selalu ingin yang terbaik buat papa. Semoga papa diberikan kekuatan, demikian juga denganku agar aku tetap bisa merawatnya. Selesai berdoa tapi papa masih saja pada posisi yang sama, ntah papa sedang memohon apa. Aku pun hanya terdiam, ketika akhirnya aku berpikir lain. Setengah jam berlalu aku masih diam, satu jam berlalu aku hanya menatap wajah papa, dua jam berlalu aku tertunduk menangis tersedu, dan aku yakin papa tak mengerti itu, karena papa telah kembali, papa meninggal waktu itu dihari ulang tahunnya yang ke 45. Ya Tuhan semoga Engkau menerima papa ku, berikanlah dia tempat yang layak disampingMu.
Papa, aku selalu menyayangimu, sampai detik ini pun meski papa telah tiada. Aku yakin aku bisa mengejar mimpiku lagi, aku sekarang lanjut kuliah lagi pa, pasti papa senang kan? Sama seperti dulu aku kerja dan kuliah. Aku juga dapat beasiswa lho pa. Skripsiku juga hampir finish karena dosenku dulu mengerti keadaanku, jadi aku tak perlu mengulang kuliah dari awal, jadi bulan depan aku sudah wisuda. Aku juga sudah masukin data untuk beberapa beasiswa luar negeri, doain ya pa aku bisa. Papa you always in my heart. Tetap jagain aku ya pa. Aku cinta papa, selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H