Mohon tunggu...
Sarung ireng
Sarung ireng Mohon Tunggu... Penulis - Riil

🏰Pp. Al-amien Ngasinan Kediri IAIN KEDIRI, jurusan Hukum Keluarga Islam "Jika kau mengatakan wanita itu lemah maka aku mengatakan wanita adalah Raja bukan Ratu"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Cinta

19 Juni 2019   06:24 Diperbarui: 19 Juni 2019   06:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa ya?Menjadi manusia merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan. Bersyukur karena diberi akal dan hati sehingga mampu menjadikan insan yang Ulul Albab. 

Tidak hanya itu saja, manusia juga diberikan predikat sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainya. Seperti yang dijelaskan dalam Qs. At-Tien ayat 4: "Bahwasanya manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya". 

Diberikan akal pikiran dan hati sebagai pembeda daripada makhluk yang lainya. Ada sebagian manusia yang menggunakan dada keatas dan juga menggunakan dada kebawah. 

Sebagian manusia yang menggunakan dada keatas istilahnya menggunakan hati dan pikiranya dalam bertindak dan sedangkan dada kebawah dialah yang mengedepankan hawa nasunya.

Dalam diri manusia terdapat segumpal daging yang jika daging itu baik maka akan menjadi baik pula organ-organ yang lainya dan sebalknya jika segumpal daging itu buruk maka buruk pula organ-organ lainya. 

Sebutan yang mudah segumpal daging itu adalah hati, dengan hati manusia mamou mwngungguli makhluk-makhluk lainya. Dengan hati manusia mampu mengenal Allah, hatilah yang mengajak kepada Allah, berjalan menuju Allah dan mendekat kepada Allah. 

Sementara organ-organ tubuh yang lainya mengikuti sekaligus sebagai pembantu. Hati menjadi tuan yang memperkerjakan budak seperti budak sedang memperkerjakan gembalaanya.

Berbicara tentang hati pasti berkaitan dengan kelembutan, dalam bahasa arab disebut lathifah yang berarti halus atau lembut. Dalam kelembutan itu terdapat sebuah kelembutan yang paling lembut yaitu cinta yang mempunyai peran terbesar dalam kehidupan. 

Dengan cinta kita mampu menembus dinding kesukaran, kemalasan, kedinginan. Dengan cinta kita bisa mengubah segalanya,jika kata Maulana Jalaludin Rumi "Karena cinta mawar menjadi duri, karena cinta cuka menjadi anggur manis, karena cinta api yang menyala menjadi cahaya." '

Sungguh jika dalam dunia ini kita sikapi dengan dasar cinta maka yang terjadi tak ada lagi yang tidak baik dan semuanya akan menjadi indah. Bahkan semesta ini diciptakan karena atas dasar cinta yaiti cintanya Allah kepada Nabi Muhammad, kita semua lahir juga karena cinta. Pergerakan alam semesta ini juga karena cinta. 

Menjadi kedudukan tertinggi dalam kehidupan karena cinta murni dari hati suci tanpa akal-akalan dari akal yang terkadang maaih bisa berbohong dan dibohongi. Tapi jika hati mana mungkin berbohong.

Manis bukan? Ngomong-ngomong cinta tak lupa kan dengan tokoh yang dijadikan sebagai hujjah oleh sebagian ulama yaitu Laila Majnun, mereka merupakan dua sejoli yang saling mencinta.  

Mereka tenggelan dalam kemerduan simphoni cinta. Harmoni lembut yang dimainkan musik salam jiwa, kerap membuat manusia tidak waspada. Cinta yang telah membelenggu jiwa dan pikiran, membuat kedua insan itu hanya memikirkan diri sendiri, tidak memperdulikan orang lain, bahkan menganggap didunia ini tidak orang lain kecuali mereka. Keharuman cinta telah mengganggu ketenangan pikiranya. 

Sampai keduanya tidak menyadari jika kisah asmaranya mulai menjadi gunjingan orang lain. Namun cinta sudah mengakar dalam hati mereka berdua. Cinta bagaikan bunga mawar, yang setiap insan tidak berhati-hati maka akan tertusuk duri mawar. Dan dalam duri cinta sakitnya tak terkira. Siapa yang mampu menyembuhkan luka karena duri cinta jika tidak yang dicintainya.

Mereka mengatakan aku tersesat

Duhai, mana mungkin cinta akan menyesatkan

Jika mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari

Bagiku cinta aadalah keindahan yang membuatku tak bisa memjamkan mata.

Sebagian sya'ir cinta yang diucapkan Qais atau yang terkenal dengan sebutan Majnun tersebut diberikan kepada para penggunjing yang tidak mengerti cinta. Jika Qaia cintanya kepada madun hingga merasuk di tubuh hingga mengalir dalam darah. Maka tidak mustahil bagi kita untuk menanamkan cinta pada Allah sampai mengalir ke darah-darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun