Belakangan ini resesi global menjadi perbincangan publik. Resesi global saat ini menjadi ketakukan semua negara dunia termasuk Indonesia. Presiden bank dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva memberi peringatan tentang meningkatnya resiko resesi global dan mengatakan bahwa inflasi tetap menjadi masalah yang berkelanjutan setelah perang Rusia-Ukraina.Â
Ia juga mengatakan perlambatan pertumbuhan di Negara-negara maju dan depresiasi mata uang di banyak Negara berkembang, serta kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani juga telah meramalkan ancaman resesi global di tahun depan. Resesi global beresiko membuat pertumbuhan global melambat dan meningkatnya harga kebutuhan.Â
Sri Mulyani mengatakan, banyak negara di dunia menaikkan suku bunga acuan secara ekstrim dan bersama-sama. Hal ini memicu terjadinya inflasi sampai resesi.
Apa itu resesi?
Resesi ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Resesi ekonomi ini sendiri disebabkan oleh beberapa faktor pendorong seperti terjadinya pandemic COVID-2019.Â
Resesi global ini juga merupakan masalah berkelanjutan karena perang Rusia-Ukraina. Disamping itu, jumlah utang berlebihan yang ditanggung individu dan bisnis dalam suatu negara juga menjadi penyebab terjadinya resesi. selain itu banyaknya inflasi dan deflasi pada suatu negara juga mendorong terjadinya resesi ekonomi. Naiknya suku bunga, krisis keuangan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang dapat memicu resesi 2023 bertahan lebih lama.
Â
Dampak Resesi 2023
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan bahwa resesi 2023 akan memperlambat ekonomi di tiga wilayah ekonomi utama yaitu Eropa, China dan Amerika Serikat.Â
Dalam data survey Bloomberg, Indonesia menjadi satu di antara sedikit negara Asia yang dianggap memiliki probabilitas sangat kecil untuk mengalami resesi. Probabilitas resesi untuk Indonesia pada survei Bloomberg sebesar 3%.Â
Tingkat probabilitas resesi Indonesia lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Filipina (8%), Thailand (10%), Vietnam (10%), dan Malaysia (13%). Indonesia juga jauh lebih resilien dibanding negara-negara sejawat di kawasan Asia pasifik dengan probabilitas resesi tertinggi yakni Sri Lanka (85%), Selandia Baru (33%), Korea Selatan (25%), Jepang (25%), dan Tiongkok (20%).
Berdasarkan dari data di atas Indonesia memang tidak akan terdampak resesi seberat itu, dilihat dari indikator ekonomi Indonesia yang masih cukup stabil dan nilai ekspor Indnesia yang relatif kecil dibandingkan negara-negara yang terdampak resesi secara langsung.Â
Kondisi Indonesia saat ini masih cukup optimis untuk bisa melewati potensi resesi dengan dampak yang minimal. Indikator makro masih cenderung tumbuh dan penurunan tingkat pengangguran pasca pandemi.
Meskipun peluang resesi Indonesia lebih kecil dari negara-negara sekitar, bukan berarti kita boleh merasa santai terhadap dampak dari potensi resesi. Dikutip dari sikapiuangmu.ojk.go.id, resesi ekonomi berdampak pada: