Mohon tunggu...
Taschiyatul Hikmiyah
Taschiyatul Hikmiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah kamu dengan versi terbaik dari dirimu sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Instagram: @taschiyaa

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Seni Fotografi: Pesan Pemotret dan Kacamata Penikmat

11 Maret 2022   09:36 Diperbarui: 11 Maret 2022   09:40 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi simbol fotografi (Sumber: Pinterest.com)

Seringkali orang beranggapan bahwa mengambil sebuah foto merupakan hal yang sangat mudah. Namun realitanya, masih banyak aspek yang perlu dipelajari sehingga dapat menghasilkan sebuah foto yang bagus dan memiliki nilai didalamnya. Khalayak sepakat bahwa setiap foto bersifat subjektif dan memiliki value yang beragam. Perlu diketahui bahwa dalam seni fotografi memiliki paradigma yang berbeda antara pesan yang disampaikan oleh seorang fotografer melalui karyanya, dengan perspektif penikmat foto saat menikmati karya tersebut.

Melansir Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fotografi diartikan sebagai seni dan penghasilan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Sedangkan menurut Wikipedia fotografi berasal dari Bahasa Inggris yaitu 'photography' yang mana berasal dari Bahasa Yunani yaitu 'photos' artinya cahaya dan 'Grafo' yang artinya menulis atau melukis. Sementara itu menurut Ansel Adams, fotografi adalah sebagai media berekspresi dan komunikasi yang kuat, menawarkan berbagai persepsi, interpretasi, dan ekseskusi yang tak terbatas.

Definisi menarik tentang fotografi digagas secara gamblang oleh fotografer muda berbakat kelahiran kota pahlawan. "Seni fotografi adalah sesuatu yang sangar, bagaimana tidak seorang pelukis bisa menghasilkan sebuah karya dengan coretan kuas dan cat yang menyatu. Sedangkan, seorang fotografer mampu melukis menggunakan cahaya dan menghasilkan perspektif yang beragam dari penikmat hasil foto tersebut," ujar peraih juara II film pendek Gerakan Masyarakat (GERMAS) tingkat kabupaten Jombang tahun 2019.

Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari kelebihan yang dimiliki tentunya menjadi suatu kebanggaan tersendiri, sedangkan cenderung fokus terhadap kekurangan diri sendiri juga dapat menjadi faktor penghambat dalam berkembang. Manusia dituntut untuk terus berkembang, mau belajar, dan siap berproses. "If you want to get something you haven't had, then do something you've never done." Mulai tertarik di bidang fotografi pada tahun 2017, membuat fotografer muda ini terus mengasah keahliannya dan menjadikan fotografi sebagai bagian dari passion dalam dirinya.

A picture is worth a thousand words. Ungkapan itu sudah sering kita dengar. Sebuah gambar dalam satu bidang karya dua dimensi seperti foto dapat mewakili rangkaian kata-kata yang bisa dijabarkan dengan sangat panjang. Setiap foto yang tercipta dari seorang fotografer pasti memiliki pesan dan cerita yang beragam. "Tentunya sebagai seorang fotografer, saya selalu memiliki maksud tertentu untuk menyampaikan pesan lewat foto yang saya ambil, dengan semua elemen di dalamnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga saya memberi kebebasan kepada para penikmat foto untuk berimajinasi sendiri sesuai dengan pemahaman mereka terhadap foto yang saya buat, bahkan mungkin saja seseorang akan punya beberapa tafsiran lain mengenai gambar tersebut. Dan itulah fotografi konseptual, bersifat multitafsir merupakan salah satu cirinya yang tidak dapat dipungkiri," terang Firman, fotografer muda kelahiran 24 Januari 2002, Kota Pahlawan itu.

Selanjutnya, dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya setiap fotografer berhak mengekspresikan cerita, ide, atau pesan melalui karya yang dihasilkan kepada khalayak, dengan tetap mematuhi norma yang berlaku, baik norma secara umum dalam agama maupun masyarakat. Tidak menutup kemungkinan bagi penikmat foto juga memiliki hak yang sama dalam mengapresiasi sebuah karya dengan tetap menjadikan hak kemanusiaan sebagai prinsip. Sehingga bentuk apresiasinya selalu bersifat manusiawi alias tidak menyudutkan, menjatuhkan, bahkan menyakiti hati pemilik karya tersebut. (tsya)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun