"Kotak apa yang menyakitkan? Kotak sadar ku telah mencintaimu." Nah, kalo ini namanya nge-gombal.
Gombal yang tidak boleh dibuang sembarangan ya gombal beneran alias baju bekas dan kain yang sudah pada sobek tidak terpakai. Gombal biasanya dijadikan lap atau berakhir di tempat sampah.
Merujuk KBBI, kata "Gombal" diartikan sebagai kain yang sudah tua (sobek-sobek). Sedangkan tesaurus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, frase "Pakaian Gombal" dimaknai sebagai "pakaian bekas, pakaian compang-camping, pakaian gombal, pakaian loak, pakaian rombeng".
Coba diinget-inget, pakaian yang biasa dipakai - kemeja, kaos, kutang, daster, syal, boxer, celana, training, topi, pokoknya aneka macam fashion yang pernah dipake - gombalnya dibuang kemana? Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang membuang gombal sembarangan.
Foto di atas adalah foto ilustrasi sebuah berita yang dimuat kantor berita Antara tentang kondisi pantai Cibutun Sukabumi yang dipenuhi limbah kain (anatara.co.id). Tak hanya di Cibutun, 6.1 ton limbah tekstil juga ditemukan di Pantai Timur Ancol Jakarta (bbc.com).
Limbah tekstil dari industri fashion memang menjadi salah satu isu yang sering disorot di suluruh dunia. Bahan-bahan yang digunakan seperti polyester dan pewarna sintetik termasuk tidak ramah lingkungan dan sulit terurai secara alami.
Ongkos eklogis industri fashion ternyata cukup tinggi. Sebanyak 35% mikroplastik di laut berasal dari proses pencucian bahan tekstil sintetis dan polyster melepas 500.000 microfibers atau setara 50 miliar botol plastik ke laut per tahun
Budaya Fast Fashion
Sandang atau pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan pokok manusia. Pakaian dipergunakan sebagai alat untuk menutup aurat dan melindungi diri dari cuaca.
Selain fungsi dasar sebagai pelindung dan penutup aurat, pakaian juga digunakan sebagai identitas sosial dan penunjang gaya hidup. Model, bahan, corak, dan harga pakaian menjadi identitas sekaligus pembeda status pemakainya.Â