Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Milenial, Antara Tuntutan Regenerasi Petani dan Ancaman Disrupsi

20 Mei 2019   17:28 Diperbarui: 20 Mei 2019   17:51 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Milenial (foto: Digi Asia Bios)

Tongkat estafet regenerasi petani sejatinya saat ini berada ditangan generasi Milenial atau generasi yang lahir rentang tahun 1980 - 2000. Mereka yang saat ini berusia antara 19-39 tahun ini, pada lima atau sepuluh tahun ke depan akan memegang peranan kunci dalam berbagai bidang termasuk pertanian.

Dengan kata lain generasi Milenial merupakan kunci keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan. 

Petani Milenial (foto: Digi Asia Bios)
Petani Milenial (foto: Digi Asia Bios)
Hal utama yang harus dilakukan untuk mengajak generasi Milenial menekuni dunia pertanian adalah meluruskan persepsi keliru tentang profesi petani. Salah satu kekeliruan itu adalah anggapan bahwa profesi petani merupakan profesi yang tidak menjanjikan secara ekonomi.

Dahulu mungkin ada benarnya. Ketika teknologi pertanian masih tradisional, cengkraman tengkulak dalam mengontrol pemasaran, renternir berkeliaran menebar jerat hutang, dan bertani hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumsi. Pada saat itu perekonomian petani memang memprihatinkan.

Sekarang kondisi telah berubah. Meski persoalan di atas masih ditemui, kemajuan teknologi memberi harapan baru dan peluang yang lebih besar kepada petani untuk menghasilkan lebih banyak uang.

Kenyataan bahwa industri pertanian adalah industri tertua dan tak akan mati adalah peluang lainnya untuk menambang uang dari sektor ini. Ya, industri pertanian tak akan mati karena manusia senantiasa membutuhkan pangan sepanjang hidupnya.

Ekosistem Pertanian Digital

Generasi Milenial adalah digital native atau generasi yang tidak bisa lepas dari teknologi digital. Mereka dilahirkan ditengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Mereka pun terbiasa dengan segala kepraktisan dan kecepatan yang ditawarkan oleh kecanggihan teknologi.

Mengajak generasi Milenial bertani tanpa melibatkan teknologi adalah mimpi. Konsep pertanian digital adalah kunci utama menggaet mereka untuk terjun dalam dunia pertanian.

Pemerintah tak menutup mata atas tuntutan digitalisasi sektor pertanian. Mengutip Trubus, Presiden Joko Widodo meresmikan pilot project kewirausahaan berbasis teknologi yang diberinama Mitra Badan Usaha Milik Desa Bersama (MBB) di desa Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat pada Juni 2018. Proyek percontohan ini mencoba menerapkan sistem digitalisasi pertanian dengan sebuah aplikasi Logistik Tani (LOGTAN)  

Secara umum konsep pertanian digital adalah pemanfaatan teknologi digital untuk menunjang aktivitas sektor pertanian dari hulu hingga hilir. Pemanfaatan dimulai dari perencanaan masa tanam, pengaturan kebutuhan air dan pupuk, pengendalian hama, periode panen, dan pemasaran produk pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun