Mohon tunggu...
TASBITA NAJMA QAULAN SYAHIDA
TASBITA NAJMA QAULAN SYAHIDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya senang sekali menonton film, selain itu juga saya suka sekali belajar mengenai cara edukasi kepada anak

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengembangkan Pemahaman Gratitude pada Anak-anak: Pentingnya Mengajarkan Rasa Syukur

1 Juli 2023   11:01 Diperbarui: 1 Juli 2023   11:02 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

            Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan paling penting dalam kehidupan manusia, karena pada masa itu terdapat tahap keemasan bagi manusia. Terdapat 5 fase perkembangan pada masa kanak-kanak. Fase pertama dimulai sejak bayi baru lahir (0-3 bulan), fase kedua yaitu bayi pada usia 3-12 bulan, lalu fase ketiga yaitu pada batita berusia 1-3 tahun, fase keempat yaitu usia prasekolah (3-4 tahun), dan fase kelima pada usia sekolah (4-5). Pada masa kanak-kanak ini, orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang anaknya, selain itu juga pada tahap ini penting sekali memberikan edukasi-edukasi sederhana kepada anak untuk pembentukan karakter mereka seperti penanaman rasa syukur. Gratitude, yang dalam bahasa Inggris berarti rasa syukur, berasal dari kata Latin gratia, yang berarti kebaikan hati, kelembutan, dan terimakasih. Gratia juga bisa berarti mendapatkan sesuatu tanpa tujuan apa pun, serta kedermawanan, kebaikan, dan pemberian.

Rasa syukur dapat muncul sejak dini meskipun anak-anak pada usia yang sangat muda mungkin belum sepenuhnya memahami konsepnya dengan kata-kata yang kompleks. Namun, mereka dapat mengembangkan rasa syukur melalui pengalaman dan interaksi sehari-hari seperti mengajarkan anak-anak untuk mengucapkan terima kasih ketika mereka menerima sesuatu, baik berupa hadiah, bantuan, atau perhatian dari orang lain. Mendorong mereka untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus membantu mereka mengembangkan kesadaran akan pemberian dan bantuan yang mereka terima. Selain itu juga rasa syukur bisa dikembangkan dengan mendorong anak-anak untuk menghargai momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengajak mereka menyebutkan hal-hal yang membuat mereka senang atau berterima kasih atas kejadian positif yang mereka alami, seperti melihat bunga di taman atau bermain dengan teman. Sebagai orang dewasa, kita dapat menjadi teladan yang baik dengan menunjukkan rasa syukur dalam tindakan dan kata-kata kita sehari-hari. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka, jadi dengan menunjukkan rasa syukur, mereka akan belajar untuk melakukannya juga.

Mengajarkan rasa syukur membantu anak-anak mengembangkan sikap yang positif terhadap hidup. Mereka belajar untuk menghargai hal-hal kecil dan melihat sisi positif dari setiap situasi, bahkan dalam momen-momen sulit. Rasa syukur terbukti berhubungan dengan kesejahteraan mental dan emosional yang lebih tinggi. Anak-anak yang memiliki sikap yang bersyukur cenderung lebih bahagia, lebih optimis, dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Mengajarkan rasa syukur membantu anak-anak mengembangkan empati dan kedermawanan terhadap orang lain. Mereka akan belajar untuk menghargai bantuan dan dukungan yang mereka terima, serta merasa terinspirasi untuk membantu orang lain dengan sukacita.

Di era konsumerisme yang kuat ini, mengajarkan rasa syukur dapat membantu anak-anak melawan sifat konsumtif. Mereka akan belajar untuk menghargai apa yang mereka miliki daripada terus-menerus menginginkan lebih banyak, sehingga mengembangkan sikap puas dan berkelimpahan. Rasa syukur dapat memperkuat hubungan interpersonal. Anak-anak yang memiliki sikap yang bersyukur cenderung lebih menghargai orang lain, mengungkapkan terima kasih dengan tulus, dan menciptakan ikatan yang lebih baik dengan teman, keluarga, dan lingkungan sekitar mereka. Anak-anak yang memiliki rasa syukur yang kuat akan memiliki pondasi emosional yang lebih baik dalam menghadapi tantangan. Mereka akan lebih mampu mencari solusi kreatif, menjaga ketenangan dalam situasi sulit, dan memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Dengan mengajarkan rasa syukur sejak dini, kita memberikan anak-anak bekal yang berharga untuk menjalani hidup dengan sikap positif, menghargai apa yang mereka miliki, dan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Mengajarkan anak-anak tentang kerjasama dan berbagi membantu mereka memahami konsep memberi dan menerima. Mereka dapat merasakan rasa syukur ketika orang lain berbagi sesuatu dengan mereka, dan sebaliknya, mereka juga dapat merasakan rasa syukur ketika mereka berbagi dengan orang lain. Melibatkan anak-anak dalam aktivitas yang melibatkan rasa syukur, seperti membuat catatan terima kasih atau gambar-gambar yang menggambarkan hal-hal yang mereka hargai. Ini membantu mereka mengenali dan mengungkapkan rasa syukur secara konkret. Meskipun pemahaman anak-anak tentang rasa syukur mungkin berkembang seiring waktu, penting bagi kita untuk memperkenalkan konsep ini sejak dini.

 Dengan memberikan anak-anak pengalaman dan pembelajaran yang positif tentang rasa syukur, berarti kita membantu mereka membangun sikap yang bersyukur dan menghargai setiap hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi :

Aisyah, A., & Chisol, R. (2018). Rasa Syukur Kaitannya Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Guru Honorer Gratitude in Relation With Psychological Well Being Among Honorary. Proyeksi, 13(2), 109–122. http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/proyeksi/article/view/3953

Oktaviani, M., Hasanah, U., Rahmadina, A. D., & ... (2022). Optimalisasi Perkembangan Anak Di Masa Keemasan. Prosiding Seminar …, 2022, 26–38. https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/snppm/article/view/33653%0Ahttps://journal.unj.ac.id/unj/index.php/snppm/article/download/33653/14496

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun