Mohon tunggu...
Tarsy Asmat
Tarsy Asmat Mohon Tunggu... lainnya -

Suka membaca buku, olahraga. perhatian pada kerarifan lokal dan filosofi dalam budaya masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Mereka: Nakal, Nalar, Hebat dan Berbakat

11 Maret 2016   15:42 Diperbarui: 11 Maret 2016   16:01 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak salah menyatakan orang hebat adalah orang yang berpikir unik dan nekat. Mereka dikatakan genius, specialis dan kadang menjadi musuh banyak orang. Para filsuf kuno seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Archimedes, Phitagoras, Hipokrates, selalu dikenang dan nama mereka tidak mungkin dihapus dari handbook dan buku kuliah para sarjana. Siapa yang menghapus nama mereka, orang itu biadap dan tidak tahu diri. Begitu cemerlang mereka karena mereka adalah orang-orang yang memikirkan bahwa mereka bukan berpikir untuk diri sendiri. Inilah orang genius.

Orang Nakal dan Sains : Berkat dan Masalah

Galileo sang ayah sains modern tidak gampang melawan cara berpikir kebanyakan orang yang diwakili oleh Gereja pada jamannya, mengubah pandangan geosentris menjadi heleonesentris. Meskipun, konsekuensi logis dari perubahan paradigma ini dirasakan sekarang yaitu bencana ekologi. Bumi yang diberi makna rohani sebagai pusat kehidupan disirnakan oleh hipotesa ilmiah Galileo. Dalam kaca mata sains, Galileo adalah benar.Namun ketika bumi tidak menjadi pusat, akibatnya, lihatlah bencana ekologi sekarang, hutan-hutan rusak. Tetapi Galileo adalah pejuang sains dan dia genius.

Revolusi ilmiah yang dicetuskan oleh Copernicus dan Galileo ini menjadi lebih radikal ditangan Newton. Fisika Newton lebih dingin dan frigit. Ia menyatakan bumi adalah jam dinding. Kita bisa menguasai alam ini dengan rumusan-rumusan matematis diatas kertas. Hebat, kan? Hem, orang Indonesia,lagi ngapain waktu itu? Tetapi kita mempunyai candiborubudur, arsitek yang hebat.

Menurut Newton lagi, Tuhan mencipta bumi seperti tukang jam mencipta jam dinding, setelah diciptakan, ia pergi. Bukan hanya melawan para teolog, tetapi paradigma Newton ialah bahwa bumi adalah benda mati dan siap diperkosa, diperlakukan semena-mena oleh manusia. Hanya jam dinding, kok! Sejak perubahan radikal dalam ilmu pengetahuan, abad pencerahan, perkembangan industri manusia berkembang significant. Sekelompok orang (borjuis) menjadi primadona ekonomi. Nah, kalau ekonominya maju, biasanya orang seperti itu mengingini pendidikan yang bagus pula. Maka, perkembangan iptek moncer, hingga terciptalah mesin-mesin ekonomi dan mesin-mesin pembunuh.

Mesin pembunuh diciptakan oleh kekuasaan demi rasa nyaman dan kehormatan. Kehormatan sosial tradisional berdasarkan tuan tanah dan adat istiadat diganti dengan kehormatan karena uang dan pendidikan. Demi keselamatan ekonomi dan kenyamanan, maka self mechanism defend (pertahanan diri) mesti ada. Libido-libodo ekonomi dan kekuasaan beriringan, hingga pecahlah konflik. Nazi, fasis, Pol Poth, Komunisme, genosida diberbagai negara lahir dari penyembahan terhadap prestasi nalar manusia. Hemm, sampai hari ini, ada yang tahu, berapa anggaran-anggaran masing-masing negara di dunia ini untuk arsenal kemiliteran? Negara-negara menganggarkan banyak uang untuk membeli senjata pembunuh manusia dari pada untuk pendidikan dan perumahan orang miskin. Sampai disini, kita sedikit harus termenung bahwa budaya kematian yang diinginkan oleh manusia.

Einstain menemukan teori relativisme hingga merumuskan kecepatan cahaya dan rumusan fisikanya hanya berdasarkan intuisi. Gila, E=mc². Teorinya sangat berguna bagi perkembangan dirgantara dan astronomi. Perkembangan-perkembangan itu ditopang oleh nuklir. Hirosima dan Nagasakipun harus menelan pihit kedigdayaan nalar ini. Ya, pembunuhan massal, bom nuklir dan hidrogen menjadi tantangan besar bagi manusia. Maka, hanya dengan memaafkan negara yang telah menggunakan nuklir pada perang-perang sebelumnya dan melarang jangan sampai menggunakan nuklir untuk kejahatan dan perang dewasa ini. Itu sebabnya, saya juga ikut mengutuki Korea Utara yang lebih suka membangun nuklir daripada mensejahterakan rakyatnya.

Sekarang, pada abad kita, teknologi informasi dan robot menguasai dunia. Penulis sendiri adalah orang bodoh berhadapan dengan alat-alat canggih ini. Kadang menyesal juga, kenapa tidak ikut bermain dalam kemajuan seperti itu. Haha, nasip apes anak kampung. Yang penting nasi cukup dan tidur tenang. Ya, teknologi tidak hanya diciptakan oleh manusia, kini kebalikannya, pengaruh teknologi cendrung mendehumanisasikan manusia. Saya pernah melihat orang canti sangat marah, padahal ia sendirian ditepi jalan, dengan telpon ditangannya. Ia berteriak pada benda bodoh itu. Tetapi, teknologi informasi cukup banyak memberikan keuntungan dan tepat guna menurut perhitungan ekonomis.

Efisensi dan efektif, itulah kata yang selalu dipakai. Namun, manusia teknos tercipta, egois dan autis. Anak-anak dihibur dengan game. Para mahasiswa dari plosok bisa menghabiskan siang dan malam dengan joy stick di rumah game. Inilah jaman edan, mama minta pulsa, dan penipuan-penipuan terjadi lewat teknologi. Seorang biarawati, diceritakan ia sangat gembira karena ia mendapat sms bahwa ia mendapat bonus mobil, tetapi dengan syarat ia harus kirim 10 juta ke nomor itu. Sempat tergoda, untung saja ada yang menasehatinya untuk menolak bonus itu. Haha, teater kehidupan baru tercipta. Kadang tertawa dan lucu, ngeri juga menangis dan sakit hati oleh ulah-ulah dari korban-korban tak berdaya dari teknologi.

Kalau dideretkan tokoh-tokoh yang berprestasi dibidang sains akan sangat banyak. Tulisan ini bukan untuk memuja mereka. Prestasi nalar melalui kemajuan-kemajuan teknologi dan ilmu semacam itu, sampai saat ini, 3/4 penduduk dunia adalah orang miskin. Coba dibayangkan, antara kemajuan teknologi dan kemiskinan tidak mempunyai titik temu. Sesuatu yang melenceng dari apa yang dipikirkan oleh para kreator-kreator sains.

Orang-orang Nakal di Bidang Ekonomi dan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun