Mohon tunggu...
Tarsisius Budi Harto
Tarsisius Budi Harto Mohon Tunggu... -

Pemuda dengan segudang kesalahan yang ingin berubah menjadi baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Serbuk Pahit

7 Januari 2013   00:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang tua bijak didatangi
seorang pemuda yg sedang
dirundung problem dan masalah.
Tanpa membuang waktu pemuda itu
langsung menceritakan semua
masalahnya.
Pak tua bijak hanya mendengarkan
dgn seksama, lalu ia mengambil
segenggam serbuk pahit & meminta
anak muda itu u/ mengambil segelas
air.
Ditaburkannya serbuk pahit itu ke
dalam gelas & di aduk perlahan,
“Coba minum ini & katakan
bagaimana rasanya?” ujar Pak tua
“Pahit sekali” jawab Pemuda itu
Pak tua itu tersenyum, lalu
mengajak pemuda itu utk berjalan
ke tepi telaga di belakang rumahnya.
Mereka berjalan berdampingan &
akhirnya sampai ke tepi telaga yang
tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu
kembali menaburkan serbuk pahit
ke telaga itu & dengan sepotong
kayu ia mengaduknya,
“Coba ambil air telaga ini &
minumlah”
Saat si pemuda mereguk air itu, Pak
tua bertanya lagi,
“Bagaimana rasanya?”
“Segar” sahut si Pemuda
“Apakah kamu merasakan pahit di
dalam air itu?” tanya Pak tua
“Tidak” sahut Pemuda
Pak tua tertawa terbahak-bahak
sambil berkata, “Anak muda
dengarkan baik-baik, pahitnya
kehidupan sama seperti segenggam
serbuk pahit ini, tak lebih tak
kurang” Jumlah & rasa pahitnya pun
sama & memang akan tetap sama.
Tapi kepahitan yang kita rasakan
sangat tergantung dari WADAH yang
kita miliki.
Kepahitan itu akan di dasarkan dari
perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat Anda merasakan kepahitan
& kegagalan dalam hidup, hanya ada
satu yang dapat Anda lakukan :
“Lapangkanlah dadamu menerima
semuanya itu,
Luaskanlah hatimu utk menampung
setiap kepahitan itu”
Saudaraku.. Hatimu adalah wadah
itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.
Kalbumu adalah tempat kamu
menampung segalanya.
“Jangan jadikan hatimu seperti gelas,
buatlah laksana telaga yg mampu
menampung setiap kepahitan itu &
merubahnya menjadi kesegaran &
kedamaian…”
SEMOGA BISA MENJADI RENUNGAN
PAGI INI…
Selamat Pagi Berkah Dalem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun