Soe Hok Gie adalah aktivis mahasiswa sekaligus manusia biasa yang menjadi salah satu generasi pelopor 1969 yang aktif mengkritisi kebijakan dan perilaku dari pemerintahan Soekarno. Berbagai cara kritik sudah dilakukan oleh Soe Hok Gie, mulai dari menulis di media masa, terlibat demontrasi dan bahkan bertemu langsung dengan Presiden. Berbagai cara yang berbeda dilakukan untuk tetap menyuarakan hal yang sama, yaitu suara kejujuran yang berpihak pada rakyat kecil dan tertindas oleh sistem kebijakan pemerintah.
Berkembangnya hipokrisi menjadikan suara kejujuran seperti yang selalu digaungkan oleh Gie membutuhkan keberanian dengan resiko keterasingan. Perjuangan Gie selalu mendapatkan lawan dari orang yang bahkan dulu berada dalam barisan perjuangan bersama Gie. Dengan berbagai tantangan itu, Gie tidak pernah berpaling dari apa yang diperjuangkannya sejak awal. Suara dan tindakan Gie selalu selaras. Gie tidak pernah mengikat diri dalam fanatisme terhadap satu kelompok apapun, hal ini dapat membuat Gie dapat bersikap objektif dan jujur dalam menilai sesuatu
Dalam tulisan dan sikapnya dapat dikatakan bahwa Gie mempunyai idealisme realistis yang dipertahankan dengan batas paling jauh dalam kehidupannya. Dilihat dari kutipan kalimatnya "Saya harus menjadi idealis dengan batas sejauh-jauhnya". Kalimat ini menunjukan bagaimana Gie selalu melihat persoalan dengan kacamata realistis bahkan dalam beberapa hal Gie bersikap skeptis. Gie tidak pernah menunjukan sikap idealisme buta. Karena perubahan dalam menyesuaikan posisi terhadap keadaan itu adalah kepastian, akan tetapi landasan dalam perubahan harus didasarkan pada kesadaran bukan pada keuntungan pribadi semata.
Bukan hanya mengkritisi terhadap apa yang bersebrangan dengan kelompok yang sedang berjuang, tidak jarang Gie bahkan mengkritisi kelompok yang paling dekat dengannya. Karena landasan argumentasi Gie hanyalah pada kejujuran. Sikap yang membutuhkan keberanian lebih. Melawan musuh mungkin akan membutuhkan keberanian saja akan tetapi melawan teman atau kelompok sendiri membutuhkan berkali lipat dari keberanian. Bahkan Gie tidak takut kehilangan pekerjaan jika ditukarkan dengan kebenaran.
Sikap dan idealisme yang dimiliki oleh Gie selalu menjadi kiblat mahasiswa sampai era sekarang. Hal ini membuktikan bahwa sosok Gie belum tergantikan sebagai tokoh mahasiswa yang loyal terhadap perjuangan. Dalam kehidupannya Gie selalu menjaga apa yang diyakininya sebagai kebenaran dan mempertahankannya sampai batas sejauh-jauhnya. Banyak teman-teman seperjuangan Gie yang awalnya mempunyai idealisme yang sama akan tetapi nafsu untuk kepentingan pribadi tersimpan rapi dalam diri mereka.
Gie ini harusnya sudah cukup untuk menjadi contoh nyata dan antitesis dari keadaan mahasiswa yang saat ini lebih memilih mendapatkan penghasilan dengan cara apapun termasuk menjilat kekuasaan. Tapi mayoritas aktivis mahasiswa khususnya berakhir pada lubang yang sama. Mahasiswa semacam ini seakan mengkrtisi diri mereka sendiri di masa yang akan datang. Bersuara lantang dan bersikap paling idealis dan pada akhirnya menyerah atas dasar sikap yang katanya realistis tapi pada kenyataannya mereka semua adalah kaum pragmatis.
Betapa banyaknya aktivis mahasiswa yang menggelorakan slogan-slogan anti pemerintah dan menolak menjadi bagian dari pemerintah. Suara-suara seperti ini hanya bertahan seujung kuku dan dengan mudahnya aktivis-aktivis ini menjadi lupa dengan apa yang telah diucapkannya. Karena aktivis selalu memisahkan antara menjadi idealis dan realistis. Mereka tidak sadar dengan sosok Gie yang menjadi kiblat perjuangan mencontohkan sikap idealisme realistis untuk mempertahankan apa yang sudah mulai diperjuangan bahkan dengan keadaan dan posisi yang berbeda.
Semesta mengambil Gie dengan keadaan yang tetap mempertahankan idealismenya. Semesta ingin memberi contoh bahwa mempertahankan nilai kejujuran bisa dibawa sampai mati.
Kematian Gie dalam usia muda, yang masih mempertahankan nilai perjuangannya menjadikan sosok Gie adalah peninggalan semesta, bahwa manusia bisa mempertahankan idealismenya sampai nyawa sudah tidak ada dalam tubuhnya. Inilah yang membuat sosok dan pemikiran Gie tidak pernah karat oeh perubahan zaman. Semua suara-suara dari Gie mungkin tidak luput dari kesalahan akan tetapi suara-suara Gie selalu berlandaskan kejujuran.
Penting untuk mahasiswa pada umumnya untuk tidak hanya mempelajari sikap dan sosok Soe Hok Gie, akan tetapi harus mengikuti cara Gie mempertahankan idealismenya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H