Mohon tunggu...
Sutarno
Sutarno Mohon Tunggu... Pendidik -

Sedang belajar mencerdaskan anak bangsa | SMK Negeri 1 Miri Sragen | Alamat Sekolah : Jeruk, Miri, Sragen | Alamat Rumah : Harjosari RT. 02, Majenang, Sukodono, Sragen Jateng | E-mail : tarn2007@yahoo.com | Blog : tarn2007.blogspot.com | Facebook : Soetarno Prawiro | Twitter : @sutarno_rahmat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harus Mengemis untuk Menjadi Pengurus Osis

12 Juli 2012   16:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1342110680876503715

[caption id="attachment_200179" align="aligncenter" width="680" caption="Siswa Harus Meminta-minta untuk Menjadi Pengurus Osis "][/caption] SUTARNO. Sungguh memprihatinkan ketika saya melihat berita di stasiun televisi tentang sekolah di Semarang yang satu ini. Menanamkan suatu pendidikan yang tidak semestinya diberikan kepada anak-anak kita oleh sebuah lembaga yang notabene nya sebagai tempat mendidik. Sekolah mengharuskan siswa untuk meminta-minta di lampu merah hanya sekedar untuk menjadi pengurus osis. Fenomena yang aneh, aneh karena hanya sekerdil itu untuk mendidik siswanya menjadi generasi unggul penerus bangsa. Pola-pola ortodok yang mengesampingkan nilai-nilai pendidikan karakter ternyata masih dipegang kuat oleh sekolah ini. Haruskan dengan syarat-syarat meminta hanya sebatas untuk melatih mental peserta didik tersebut menjadi pengurus di organisasi sekolah tersebut ? Sungguh ironi, pada saat pemerintah gencar-gencarnya mengkampanyekan pentingnya penanaman pendidikan karakter pada generasi-generasi penerus bangsa ini. Inikah yang dinamakan pendidikan karakter tersebut ? Rupanya sekolah ini merasa 18 pendidikan karakter yang dikampanyekan pemerintah belum cukup untuk membentuk jiwa bermental baja bagi siswanya. Maka sekolah inipun harus mencari jalan lain yang lebih “sensasional” demi mencapai tujuan sekolah. Bahkan sekolah inipun tidak hanya mensyaratkan siswanya untuk meminta-minta kepada pengendara di lampu merah di kota Semarang. Siswa-siswa tersebut juga harus memenuhi target yang telah ditetapkan. Siswa harus berupaya sedemikian rupa, peras otak, banting tulang untuk memenuhi target tersebut. Tidak hanya cukup disitu, selain meminta-minta, ada juga siswa siswa yang diharuskan mengesot layaknya orang cacat di lampu merah maupun menjadi loper koran. Inikah benih yang harus ditanamkan pada diri anak-anak generasi bangsa yang akan menjadi pemimpin negeri ini 10 / 20 tahun yang akan datang. Sungguh ironi. Bisa saja sekolah berdalih bahwa kegiatan tersebut tanpa sepengetahuan sekolah. Tetapi bukankah sekolah mempunyai tangan-tangan panjang. Apapun alas an yang akan dilontarkan sekolah, kegiatan ini akan melalui pimpinan sekolah bidang kesiswaan. Jika kesiswaan masih berdalih dengan hal yang sama, apakah pekerjaan kesiswaan dengan gaji yang telah di penuhi oleh pemerintah setiap bulannya ? Dan kalaupun kesiswaan mengetahui hal ini dan menyetujui kegiatan tersebut, seperti apakah mutu dari sekolah tersebut, yang memiliki kesiswaan yang tidak mampu berfikir dewasa dan hanya mengalir layaknya kotoran mengikuti arus. Minimal mestinya kesiswaan sebagai tangan panjang sekolah harus mampu memilah, manakah yang lebih baik sebagai bentuk pendidikan bagi putra-putrinya. Dengan melihat kegiatan tersebut, sekolah mestinya berfikir tentang apakah dampak yang nantinya akan membekas dan tertanah dalam diri peserta didik. Sekolah tidak menyadari bahwa meminta-minta sama halnya mengajarkan sebuah kemalasan kepada anak. Begitu juga dengan mengesot layaknya orang cacat di lampu merah, sama halnya memberikan pendidikan kebohongan kepada siswa untuk mengambil jalan pintas memperoleh penghasilan nantinya selepas sekolah. Selain hal itu secara tidak langsung sekolah telah mengajarkan kepada peserta didik bahwa kedua hal tersebut dibenarkan. Tidakkah sekolah berfikir yang lebih realistis dengan menempuh jalan-jalan yang lebih mendidik kepada siswa calon pengurus osis ? Misalkan calon pengurus digembleng dengan outbound untuk menumbuhkan karakter building nya ? Bakti social untuk menumbuhkan rasa empati kepada sesama ? ataupun dengan cara-cara lain yang lebih postif sesuai dengan pendidikan karakter. Terlepas dari hal itu semua, saya yakin bahwa tujuan sekolah menyurus siswanya untuk meminta-minta tersebut diharapkan untuk menggembleng mental anak menjadi seorang yang bermental baja, tangguh, tahan banting dan tidak mengenal putus asa. Untuk mencapai sebuah tujuan, kita mestinya tidak boleh menutup mata, bagaimanakah jalan yang akan kita laluinya. Karena sesungguhnya jalan inilah yang akan menujukkan kita menuju pada tujuan akhir tersebut. (Maaf demi privasi siswa, gambar disamarkan). ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun