"Ayah..doain aku ya, hari ini aku UTS" kata Ali sambil mencium tangan Pak Imran." Ayah selalu doain kalian di setiap detik dan di setiap sujud ketika ayah sedang sholat" kata ayah sambil mengelus-elus rambut Ali. Rasa bangga, haru, sedih dan bahagia menyatu dalam benak Pak Imran.
    Tidak terasa tetesan mutiaranya jatuh membasahi pipi Pak Imron yang sedikit keriput. " Makasih ayah.." kata Ali sambil memeluk ayahnya, Aliya pun ikut-ikutan memeluk ayahnya. Kemudian Pak Imran menasehati Ali dan Aliya" Tapi ada satu hal yang harus kalian ingat sampai kapanpun". Dengan spontan Ali langsung bertanya "Apa itu ayah? "kejujuran...kalian harus ingat di mana pun kapanpun kejujuran itu harus dijunjung tinggi, karena kejujuran akan membuat seseorang jauh lebih mulia dari segala aksesoris duniawi yang dimilikinya." Kata Pak Imran yang menyempatkan dirinya mendidik anak-anaknya di kala sakit." Iya ayah" kata Ali dan Aliya dengan serentak.
    Akhirnya mereka berdua pun berangkat sekolah dengan menggunakan sepeda mini, karena jarak yang ditempuh sangat jauh dari rumahnya. Rasa semangat mengayun sepeda selalu tertanam di dalam diri mereka, begitu juga dalam menuntut ilmu selalu menggebu-gebu. Karena mereka punya prinsip bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah bisa membahagiakan orang tuanya. Seperti biasanya Ali selalu memboncengkan Aliya dan mengantarkannya terlebih dahulu ke sekolahan SDN 5 Jontor, karena sekolahnya tidak jauh dari sekolahan Ali.
      Matahari tersenyum menyaksikan perjuangan Ali dan Aliya, cahayanya yang memancar menebarkan rayuan. pohon-pohon di sekeliling perjalanan nampak bersemangat dengan kedatangan sinar matahari. Nampaknya mereka bersahabat. tapi tetap saja, keringat dari badan Ali tidak bisa di bohongi, karena Ali harus mengayuh sepeda. "Alhamdulillah nyampe dek."
      "Assalamu'alaikum..." ucap Ali sambil membuka pintu rumahnya dan bergegas ke kamar ayahnya. Terlihat Pak Imram yang sedang berbaring lesu, wajahnya pucat namun diwajahnya masih tampak senyum keikhlasan. "Assalamu'alaikum ayah.." sahut Aliya sambil mendekati ayahnya, " walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh". Mereka pun langsung mencim tangan ayahnya."ayah kok badan ayah panas banget?" tanya Ali dengan nada kaget. "ayah cuma demam nak" kata Pak Imran menegaskan, ia tidak mau terlihat lemah di depan anak-anaknya, agar mereka tidak terlalu khawatir terhadapnya.
      Keesokan harinya keadaan Pak Imran semakin memburuk, badannya nambah panas dan menggigil. Melihat keadaan itu, Ali pun langsung meminta bantuan kepada Pak Karim yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Imran. Pak Karim adalah tetangga Pak Imran yang selalu membantunya di setiap ada permasalahan.
      "Assalamu'alaikum mang[1] Karim..." sahut Ali dengan nada ngos-ngosan, "  Waalaikumsalam..ada apa Ali ? " kata Pak Karim yang panik saat melihat Ali " Pak Karim...ayah sakit, badannya panas dan menggigil" Ali memberitahukan kepada Pak Karim. " Astagfirullah..terus sekarang di mana ? udah berobat belum Li?" tanya Pak Karim dengan suara paniknya. "di rumah pak, ayah belum di bawa berobat. "Dengan nada sedihnya Ali menundukan kepalanya. Ali sedih karena bingung tidak memiliki uang yang cukup untuk berobat ayahnya."Kamu jangan khawatir Li, insyaAllah bapak bantu, jangan mikirin uangnya dulu...kalau  masalah uang nanti bapak coba carikan, yang terpenting ayah kamu sehat kembali." kata Pak Karim sambil mengelus-elus pundaknya Ali. Sebenarnya pak Karim juga tidak punya apa-apa untuk membantu Pak Imran, tetapi ia berusaha untuk membuat Ali semangat dan bisa mengobati kesedihan Ali.
     Rasa panik, sedih, bingung menyelimuti pikiran Ali. Alunan angin yang berhembus ke wajah Ali seolah-olah ingin menenangkan pikirannya. Pohon -- pohon yang berdiri di jalan melambaikan tangannya ingin membantu Ali namun tidak bisa, karena kakinya harus mengabdi kepada tanah. Tanpa berpikir panjang, Ali dan Pak karim langsung membawa bapak Imram ke rumah sakit.
      "Pak Karim... Ali bingung banget, nanti gimana bayar rumah sakitnya, sedangkan Ali tidak punya duit?" kata Ali dengan pikiran dewasanya. "kamu tidak perlu mikirin apa-apa Li, insyaAllah nanti bapak nyari pinjaman ke orang lain, dan buat tambahannya bapak kan masih punya ternak itik, mudah-mudahan cukup buat biaya pengobatan. Kita berdo'a saja kepada Allah Li, mudah-mudahan ayahmu cepat sembuh." Kata pak Imran dengan ketulusan hatinya. "Aamiin..makasih banyak ya Pak." Kata Ali sambil mencium tangan pak Karim.
Tiba-tiba perut Aliya terdengar keroncongan, alarm yang otomatis mendeteksi terdengar nyaring di dalam perut Aliya, "Kak... Aliya lapar, Aliya belum makan dari siang." Kata Aliya mendekati Ali. "Astagfirullah, maaf ya de kakak sampai lupa. "kata Ali saking sibuk mengurus ayahnya. Mereka sampai lupa makan."yasudah kamu beli makan dulu gih, kasihan Aliya belum makan." Kata Pak Karim sambil mengasongkan duit kepada Ali. "Iya pak...makasih banyak ya pak". Sahut Ali. Ia pun langsung bergegas mencari makanan, sedangkan Aliya dan Pak Karim menunggu Pak Imran di Rumah Sakit.
     Suasana kali ini sangat mencengkam, angin siang nampaknya sudah tergantikan oleh angin malam yang kurang bersahabat dengan alam. Di sini bukanlah suara jangkrik yang terdengar, melainkan suara kendaraan bermotor yang sibuk dengan kegiatannya. Namun Ali tetap fokus pada tujuannya, yaitu mencari makanan. Tiba- tiba dari arah kejauhan  Ali melihat seorang laki-laki yang hendak masuk ke Apotik. Tanpa sadarkan diri dompet laki-laki itu jatuh ke  dekat  selokan. Tanpa pikir Panjang Ali langsung memanggil laki-laki itu " Pak..." sahut Ali sambil mengangkat tangannya. Tetapi laki-laki itu tidak menggubris Ali, dia langsung masuk ke dalam apotik.