Setelah 24 tahun (1992 – 2016) saya mencari-cari jawaban yang meyakinkan dari 3 pertanyaan atas apa yang terjadi pada diri saya sendiri, pikiran dan perasaan saya, akhirnya saya mendapatkan jawabannya dari seorang dokter spesialis penyakit dalam dan jantung yang percaya dan mendalami pengobatan timur (India dan China).
Diantara Anda, terutama teman-teman lama saya di dunia maya mungkin sudah banyak tahu tentang diri saya dan apa yang saya alami dari tulisan-tulisan saya di blog pribadi maupun blog komunitas dan dari media sosial. Sebagian yang lain, teman-teman baru saya di dunia maya, mungkin belum tahu banyak tentang diri saya dan tentang apa yang pernah saya alami.
Sejak lama saya sudah membuka diri soal ini. Dan sama sekali tidak malu atau ragu untuk menceritakan sesuatu yang bagi kebanyakan orang masih dianggap sebagai aib atau kelemahan diri. Seperti judul buku psikomemoar saya “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, saya ingin mengubah hal-hal buruk yang pernah terjadi pada diri saya menjadi hal-hal indah yang bisa saya bagi dengan sesama.
Sangat penjang jika saya ceritakan semua di sini. Saking panjangnya cerita saya ini sudah disusun menjadi satu buku dan dua ebook. Berikut ini akan saya ceritakan sekilas saja.
Saya pernah mengalami gangguan jiwa yang oleh sebagian orang disamakan dengan “gila”, istilah yang bahkan di dunia kedokteran dan psikologi tidak dipakai lagi. Semuanya bermula saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) saat saya berusia 15 tahun. Awalnya saya merasakan hal-hal yang aneh dengan perasaan saya: perasaan sedih, cemas, khawatir dan takut tanpa alasan yang jelas. Dunia psikologi menyebutnya “depresi terselubung”. Dari depresi terselubung meningkat menjadi depresi mayor yang lebih kronis dan puncaknya menjadi gangguan bipolar yang saya rasakan saat memasuki bangku kelas 1 SMA (Sekolah Menengah Atas).
Gangguan bipolar lebih berat dan menyiksa dibanding depresi, karena terjadi perubahan suasana hati yang ekstrem diantara dua kutub (bipolar) yaitu kutub manik atau mania yang ditandai dengan parasaan senang dan melambung yang berlebihan. Kutub yang satunya adalah depresi, ditandai dengan suasana hati sebaliknya, sedih, murung, tanpa gairah dan tertekan. Suasana hati seorang bipolar naik turun seperti roller coaster antara dua kutub tersebut dan nyaris tak pernah stabil di satu kutub atau keseimbangan diantara dua kutub. Perubahan mood itu bisa berlangsung dalam hitungan minggu, hari bahkan yang paling cepat dalam hitungan jam. Sungguh suasana hati dan pikiran yang sangat menyiksa.
Kondisi psikis yang labil ini saya alami selama lebih dari 5 tahun (dari kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMA). Tanda-tanda pemulihan mulai tampak di pertengahan kelas 3 SMA. Waktu itu saya sangat aktif dalam kegiatan olahraga, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Namun proses pemulihan gangguan jiwa tidak instan seperti pemulihan gangguan fisik, saya beru merasa benar-benar pulih 6 tahun setelah saya lulus SMA, tepatnya tahun 1998. Jadi jika dihitung dari awal munculnya gejala sampai benar-benar pulih, saya mengalami gangguan jiwa selama 11 tahun. Sejak itu gangguan bipolar saya tidak pernah kambuh lagi dan kondisi psikis saya sangat stabil sampai sekarang. Tahun 2000 saya menikah dan dikaruniai 2 orang puteri cantik yang sehat dan cerdas. Alhamdulillah saya sangat bersyukur untuk semua anugerah Tuhan yang tak ternilai ini. Itulah sekilas cerita masa lalu saya.
Oke, sekarang akan saya jelaskan apa saja pertanyaan yang selama 24 tahun tak pernah ditemukan jawaban yang meyakinkan dan baru sekarang saya temukan.
Pertanyaan itu adalah:
(1). Dari beberapa buku dan artikel yang pernah saya baca, salah satu penyebab depresi, gangguan bipolar dan gangguan jiwa lainnya yang diyakini secara ilmiah selama ini adalah ketidakseimbangan kiwiawi dalam otak, yaitu rendahnya kadar serotonin. Masalahnya, selama ini saya tidak mendapatkan penjelasan yang lengkap dan detail tentang bagaimana serotonin diproduksi di dalam tubuh? Di organ tubuh mana serotonin diproduksi? Apa saja penyebab menurunnya kadar serotonin? Dan bagaimana mengembalikan fungsi sistem tubuh untuk mengembalikan produksi serotonin?
Masalah serotonin jarang sekali dibahas mendalam, detail dan tuntas di grup-grup diskusi komunitas kesehatan jiwa, baik offline maupun online (grup facebook). Selama ini fokus pembahasan masalah gangguan kejiwaan lebih banyak pada bagaimana cara mengatasi akibat kekurangan serotonin ini ketimbang mengatasi akar masalahnya. Ini ibarat pohon yang daunnya rontok, batangnya layu dan tak berbuah, tapi hanya diobati batang pohon, ranting dan daunnya saja tanpa menyentuh akar pohon yang menjadi penyebab utamanya.