Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pengorbanan Cinta #1

20 Oktober 2013   17:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pendahuluan

Berawal dari curhat dan sharing di sebuah forum, seorang teman online bernama Tresya, menceritakan pengalamannya yang mengesankan saat berkunjung ke sebuah desa di lereng Merapi. Setelah saya baca cerita pengalamannya, saya tertarik dengan cara dan gaya bertuturnya yang detail namun mengalir lancar. Gaya bahasanya gaul khas anak muda dan tak membosankan.Saya katakan padanya bahwa dia punya bakat menulis

Selang beberapa hari dia menuliskan sebuah kisah cinta. Benar saja cara dia menceritakan kisah cintanya sangat menarik, tak bisa ditebak alurnya dan tak membosankan malah membuat orang penasaran untuk mengetahui lanjutan ceritanya.

Atas izin sang penulis saya posting cerita cinta Tresya secara bersambung di blog dengan judul “Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna”. Respon pengunjung sangat bagus, mereka juga dibuat penasaran dan selalu gak sabar untuk membaca bagian demi bagian ceritannya.

Berikut beberapa komentar pembaca cerbung di blog Curhatkita :

Anonim, “Bagus ceritanya, jangan lama-lama ya sambungannya, penasaran banget neh hehe..”

Anonim, “Mengharukan...ayo lanjutin ceritanya. .”

Viiselfii Widii, “Mana lanjutan ceritanya..jadi penasaran”

Embun Syurga, “Baru baca aja dah bikin penasaran. Lanjut lagi ahh. :D”

Citra Ghaniyya Maharani, “Saya mau baca lanjutannya dong kak..”

Anonim, “Lanjutannya kapan kak? gak sabar pingin baca..”

Anonim, “Lanjutannya mana nih? bikin penasaran. .”

Sukhoi Falcon, “Sambungannya kpn?”

Battery Diagnosis, “Aaaaa ceritanya baguss bgtttt....”

Heppy Riana, “Ahh, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, di tunggu ya smbungan ceritanya :)

kenapa gak dibikin novel aja, bagus bnget ceritanya,…kalau ini novel pasti udah aku beli :). ”Klo menurut aku pribadi klo cerbung ini di jadikan novel , pasti bakal best saler, soalnya ceritanya menarik, bahasanya pun gak rumit. Pasti banyak remaja yang tertarik membacanya, semoga cerbung ini bisa diterima oleh salah satu penerbit, dan cepat di terbitkan menjadi novel .. :)”

Liya Nimatulmaulla, “Semakin tambah seru dan mendebarkan, ditunggu part 37-nya.”

Herlilis, “Duuuh, sungguh romantis. Rasa cinta diantara mereka membuat saya iri krn kisah cinta kami tidak seindah mereka, namun saya bersyukur masih merasakan cinta sampai sekarang dgn suami yg cuek dan lebih sayang moge daripada istri...hehehe.
Jika saya baca cerbung ini tidak ada yang boleh mengganggu. Saya baca sampai habis baru lanjutkan pekerjaan. Bagus, tidak vulgar namun indah. Masih menjaga adat dan norma agama. Karena anak sekarang jika diberi kepercayaan malah disalahgunakan. Walau tidak semuanya seperti itu namun melihat berita di media bahwa anak usia SMP saja sudah melakukan hubungan sex. Dikisah ini adalah cinta yang penuh tanggung jawab.”

Anonim, “Setiap membaca tulisan ini, jujur saya terbawa seolah saya dalah Tresya. Terbawa oleh suasana hati. Pemaparan yang mudah dicerna dan sederhana namun memiliki makna yang luar biasa. Saluuut bangets. Saya setuju banget kalau dibuat dalam format ebook. Semangat!!!”

Karena sambutan yang luar biasa dari pembaca, akhirnya saya memutuskan untuk mereposting cerbung ini di Kompasiana. Berikut bagian pertama cerbung “Pengorbanan Cinta”.

Selamat membaca.

Pengorbanan Cinta #1

Oleh Tresya

Tiba-tiba saja aku teringat padanya.

Dia, seseorang yang pernah menjadi bagian hidupku.

Seseorang yang pernah mengisi hari-hariku.

Kisah cintaku, yang hampir SEMPURNA.

Aku, gadis belia yang masih duduk di bangku SMA. Senyum, keceriaan, kehangatan keluarga dan persahabatan semua aku miliki. Hingga dia datang, mengenalkanku akan sesuatu yang disebut “CINTA”.

Dia, saat itu masih menjadi seorang siswa di suatu Akademi Kemiliteran. Akademi yang cenderung mencetak anggotanya menjadi seorang yang khas dengan wibawa, kedisiplinan, ketegasan bahkan kadang kekerasan. Tapi dia berbeda, dia sosok yang penuh dengan kehangatan, ketenangan dan kelembutan. Meskipun dia juga sangat berwibawa.

Awal pertemuan kita cukup standar, bahkan bisa dibilang kuno, hehehe...

Aku punya seorang kakak perempuan, bersuami seorang anggota TNI juga. Kebetulan dia adalah pelatih dari “Dia” orang yang nantinya aku cintai. Kebetulan orang tuanya kenal dengan kakakku.

Suatu hari, mama dan kakaknya berkunjung kerumah kakakku. Cukup simpel, mereka membuka-buka album foto keluargaku dan mereka melihat fotoku.

Mamanya bertanya, “Foto siapa ini?”

Kakaku menjawab, “Adik semata wayangku.”

Kemudian kata kakakku, mamanya bilang “Adiknya cantik ya, manis sekali”.

Kakakku Cuma tersenyum sambil bercanda dia bilang, “Siapa dulu dong kakaknya.”

Kemudian mulailah, mamanya dan kakaknya menanyakan hal-hal tentang aku; namaku siapa, umurku berapa, sekolah di mana. Entah apa yang ada dipikiran mamanya, tiba-tiba dia bilang, “Gimana kalo adeknya saya kenalin sama anak lelaki semata wayang saya?”

Saat itu kakakku masih biasa aja, dia cuma bilang, “Okelah, nanti aku tanyain dulu sama adekku ya tante.”

Tiba di akhir pekan, kakaku berlibur kerumah. Waktu kita ngobrol-ngobrol bersama di ruang keluarga, kakakku bilang sama aku dan mamaku kalo ada temen arisannya yang pengen kenalin anak cowoknya sama aku. Mamaku sih terserah aku aja.

Jujur, awalnya aku kurang tertarik. Saat itu aku mikir gini, “Duh zaman sekarang, sampe orang tuanya nyari-nyariin kenalan, pasti ni cowok kalo ga udik, kuper, ya tampangnya pas-pasan,… hahahahaaa. harap maklum ya pemirsa, namanya juga anak umur 17 tahun, pikirannya masih suka yang geul-geul.

Beneran deh waktu itu aku males banget, tapi entah apa yg kakaku tau, dia coba buat ngeyakinin aku, “Dah deh coba aja dulu, gak bakal nyesel deh kamu dek!”

Hhhhmmmmm, aku yang cuma dua bersaudara, selama ini ya kakakku lah satu-satunya orang yang aku percaya. “Oke lah, coba aja dulu, tapi cuma temen kan kak? Aku gak mau lho kalo harus jadi Siti nurbaya, hahahahaaa…..

Sekitar sepekan kemudian, mamanya hubungi kakaKku, dia minta hari sabtu nanti, aku diajak kerumahnya.

“Whaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat……????? nggak salah ni? siapa yang mau kenalan? Kok aku yang disuruh ke rumahnya???? Enak aje luuuuu!!!!! Spontan aku langsung bilang, “NGGAK MAU !!!!“

Tapi sayang, kakakku udah terlanjur bilang “OKE!” Jadi mau nggak mau, demi kakakku, aku harus datang ke rumah cowok yang mau ngajak aku kenalan.

My god, mo taruh di mana ni gengsi, gile aje! Di sekolah aku termasuk cewek yang paling jaim ma cowok, eh sekarang malah aku mesti ngampirin cowok yang belum aku kenal dengan tujuan “Mao kenalaaan!!!!” Buset daaaah, kalo nggak demi kakakkku tercinta, ga bakalan aku mau berangkat!!!!

Datanglah hari sabtu itu.

Sabtu sore yang benar-benar kelabu. Diawali dengan gerimis rintik-rintik, aku dijemput kakakku. Kurang kerjaannya kakakku, di tengah jalan aku diampirin dulu ke salon sama kakakku. Ya ampun, kayak mau ketemu siapa aja siiiih! Udah cowok nggak sopan gitu, keluarganya juga sama gak sopannya (pikirku karna mereka nggak datang nyamperin aku, malah aku yang disuruh datang ke mereka, nggak sopan banget kan!). Mukaku makin jutek waktu aku keluar dari salon. Engga neko-neko juga sih, di salon aku cuma dirapiin rambutnya, yang tadinya dari rumah cuma aku iket pake karet gelang! hohoho.

Sampelah kita di rumah cowok yang mau kenalan ma aku. Ternyata eh ternyata, papannya anggota TNI juga. Rumahnya di asrama dan tahu sendiri lah, atsmosfer di asrama TNI, bikin jantung jadi deg-degan, serba tegang, ga enak body banget lah!

Aku datang disambut oleh mama dan kakaknya. Kakakku sih enak udah kenal, mereka ngobrol dengan riangnya. Untung aja mamanya baik, begitu aku berjabat tangan dengannya, dia langsung peluk aku dan bilang, “Eh anak manis, beneran cantik ya!”

Hahahaaaa…. Langsung deh, mood jutekku berubah jadi senyum yang super geulis J. Seneng laaaah, mana ada sih cewek yang ga seneng ketika dipuji manis, cantik, manusiawi kan?

Ada sekitar 20 menitan kita ber mpat, (aku, kakakku, mamanya dan kakaknya) ngobrol sambil minum secangkir teh hangat. Tapi mana ni cowok? Udah aku samperin juga masih nggak keluar. Melihat kegelisahanku, mamanya langsung menyapaku, dia cukup sopan, dia bilang, “Maaf ya nak, sore-sore, hujan lagi, harus menyempatkan waktu berkunjung ke rumah tante. Gini lho, kemarin itu tante main ke rumah kakak, liat foto kamu, tante suka dan tante punya niat buat kenalin kamu ke anak lelaki tante, namanya mas Doni.

Maaf ya, mungkin nak Tresya berfikir kalo kami nggak sopan (emang bener, hehehe…), kita yang pengen kenalan kok nak Tresya yang disuruh kesini. Tapi gini lho, mas Doni saat ini masih menjadi seorang siswa di Akademi Kemiliteran, jadi dia nggak bisa sembarangan keluar dan jalan sama seorang perempuan. Iintinya dengan segala peraturan yang ada di akademinya, dia nggak bisa sembarangan keluyuran, dan terlebih lagi, anak lelaki tante satu-satunya ini dari kecil memang punya bakat pemalu, apalagi sama cewek. Jadi ya gini ni, sampe dewasa pun, pengen punya temen cewek, harus mamanya yang nyariin.”

Hmmmm, lumayan lah, saat itu point ngga sopannya udah hilang dari pikiranku. Tapi dasar manusia ya, masih ada aja pikiran jelek dikepalaku. Ni orang pasti manja banget deh, anak mama bangeeet, masak udah segedhe gini masih aja tergantung sama mamanya, sampe-sampe urusan cewek aja musti mamanya yang nyariin!

Tiba-tiba disela-sela pikiran burukku, muncul sosok cowok dengan badan tinggi, tegap, berwibawa, santun dengan senyum diwajahnya penuh kehangatan.

Alamaaaaaaaaaaaak, ternyata ini yang namanya mas Doni, buset dah, gantengnya sampe-sampe genteng mau pada runtuuuh….!! Ya ampun, aku langsung jadi salting banget ni rambut dah rapi belum ya? Ni muka kucel gak ya? Bajuku? Senyumkuu? aaaaargh, nyesel banget deh tadi seharian aku ga nyamperin kaca di rumahku. Aaaah, lemes udah badan ini, serasa pengen pulang dulu, mandi susu, dandan yang rapi, pake parfum yang wangi… hiks hiks hiks. Sungguh kesan pertama yang “bad look” di hadapannya.

Nggak sadar aku menikmati pesonanya sambil meratapi kesemrawutanku. Tiba-tiba dengan suaranya yang lembut dia menyapaku, “Dek Tresya ya? Saya Doni, maaf ya sudah menunggu lama, terima kasih juga sudah mau menyempatkan kesini.”

Bersambung...

Berikutnya (#2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun