Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Bipolar, Apa dan Bagaimana?

14 Oktober 2013   16:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32 4592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1381743445641696380

[caption id="attachment_272085" align="aligncenter" width="627" caption="ilustrasi : www.tispskesehatankita.com"][/caption]

Mohon izin kepada admin Kompasiana, mulai hari ini saya akan posting serial artikel tentang “Gangguan Bipolar”. Banyak orang yang mungkin saja mengalami gejala-gejala gangguan bipolar tapi tidak tahu apa itu gangguan bipolar, seperti apa ciri-ciri gejalanya dan bagaimana langkah-langkah penanggulangannya. Karena itu saya akan memposting beberapa artkel secara bersambung agar informasinya tidak sepotong-sepotong, tapi lebih lengkap dan mendalam.

Saya bukan psikiater atau praktisi kesehatan jiwa, tapi saya pernah mengalami “Gangguan Bipolar” selama bertahun-tahun. Saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang gangguan bipolar. Semoga pengalaman saya dan apa yang saya tahu tentang bipolar bermanfaat untuk orang lain.

Bagian pertama artikel bipolar ini akan menjelaskan definisi gangguan bipolar.

Bagaimana Rasanya Menderita Gangguan Jiwa?

Tak mudah menjelaskan hal ini, bahkan bagi orang yang pernah mengalami pedihnya menderita gangguan jiwa sekalipun. Rasa sakitnya tak bisa diukur dan dirasakan secara fisik, karena memang tak melukai tubuh. Perasaan sakit dan pedih itu ada dalam pikiran dan perasaan.

Namun, Dr Andrew Slaby mencoba menjelaskan rasa sakit menderita gangguan jiwa (depresi) itu seperti ini, "Bayangkan nyeri fisik terhebat yang pernah anda rasakan—patah tulang, sakit gigi, atau sakit bersalin—lipat gandakan sepuluh kali dan bayangkan anda tidak tahu penyebabnya, barulah anda mungkin dapat mengira-ngira seberapa menyiksanya depresi itu."

Itulah gambaran bagaimana rasanya menderita gangguan jiwa. Betapa pedih dan beratnya menanggung beban derita jiwa. Belum lagi harus menanggung beban mental atas pandangan negatif dari lingkungan.

Apa itu Gangguan Bipolar?

Informasi pertama tentang ganggauan bipolar saya dapatkan pertengahan September 2001, dari majalah Awake!, majalah non komersial terbitan Watchtower Bible and Tract Society of New York Inc.. Edisi bahasa Indonesianya terbit di Malaysia bernama Sedarlah!. Artikel utamanya membahas tentang gangguan jiwa pada remaja, dengan judul Bantuan bagi Remaja yang Depresi”.

Berikut kutipan artikelnya.

Menurut Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain, gangguan bipolar (juga dikenal sebagai ganguan manik depresif) adalah "suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik".

Fase peningkatan ini disebut mania. Gejalanya mungkin mencakup berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Bahkan, sipenderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi.

Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat impulsif tanpa memikirkan konsekwensi. "Mania sering kali mempengaruhi cara berpikir, penilaian, dan prilaku sosial dengan cara yang menimbulkan problem serius dan hal-hal yang memalukan," kata laporan yang dibuat oleh Institut Kesehatan Mental Nasional AS.

Berapa lama fase mania ini berlangsung? Kadang-kadang hanya beberapa hari; dalam kasus lain, mania terus berlangsung selama beberapa bulan sebelum akhirnya digantikan oleh pasangannya, depresi.

Yang paling beresiko mengalami gangguan bipolar adalah orang-orang yang anggota keluarganya mengidap penyakit itu.

Kabar baiknya adalah bahwa ada harapan bagi para penderita. "Jika didiagnosis lebih awal, dan ditangani sepatutnya," kata buku The Bipolar Child," Anak-anak itu serta keluarga mereka dapat menjalani kehidupan yang jauh lebih stabil.

Penting untuk diperhatikan bahwa satu gejala saja tidak memperlihatkan adanya depresi atau gangguan bipolar. Seringkali diagnosis didapat dari serentetan gejala yang terlihat selama suatu jangka waktu Pikiran yang Tersiksa.

Di seluruh dunia, depresi dan gangguan bipolar menyerang jutaan pria dan wanita. Bagaimana mereka dapat dibantu?

Dalam tahun-tahun belakangan ini, gangguan bipolar telah mendapat lebih banyak perhatian publik. Gejala penyakit ini mencakup perubahan suasana hati yang parah, yang bolak-balik antara depresi dan mania. “Selama fase depresi," kata sebuah buku yang diterbitkan oleh Ikatan Dokter Amerika, "Anda mungkin dihantui oleh gagasan untuk bunuh diri. Selama fase mania penyakit Anda, penilaian Anda yang baik mungkin lenyap dan Anda mungkin tidak bisa melihat bahayanya tindakan Anda."

Gangguan Bipolar—Selalu berubah-ubah

"Kestabilan adalah tempat bertamu penderita bipolar. Tak seorang pun dari kami yang benar-benar tinggal disitu."—Gloria

Depresi klinis memang penuh tantangan. Namun, sewaktu ditambah lagi dengan mania, hasilnya disebut gangguan bipolar. "Satu-satunya hal yang konsisten tentang gangguan bipolar adalah bahwa itu tidak pernah konsisten." kata seorang penderita.

Kata The Harvard Mental Health Letter, “Pasien bipolar, selama mania dapat sangat suka ikut campur dan mendominasi.”

Apa penyebab gangguan bipolar?

Salah satunya adalah faktor genetis—yang lebih kuat dari pada faktor depresi. "Menurut beberapa kajian ilmiah," kata Ikatan Dokter Amerika, "Anggota keluarga dekat dari penderita depresi bipolar lebih cenderung mengalami penyakit ini 8 hingga 18 kali daripada anggota keluarga dekat dari orang yang sehat.

Kontras dengan depresi, gangguan bipolar tampaknya menyerang pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.

Meskipun demikian, menganalisis gejalanya dan menarik kesimpulan yang benar dapat sangat sulit bahkan bagi seorang pakar medis.

"Gangguan bipolar adalah bunglonnya gangguan kejiwaan, mengubah tampilan gejalanya dari satu pasien ke pasien lain, dan dari satu episode ke episode lain bahkan pada pasien yang sama," tulis dr. Francis Mark Mondimore dari Fakultas Kedokteran di Jhons Hopkins University.

"Ia bagaikan siluman yang dapat menyelinap mendatangi korbannya dengan berjubahkan gelapnya kesedihan tetapi kemudian menghilang selama bertahun-tahun—lantas datang kembali dengan berjubahkan mania yang terang-benderang tetapi berapi-api."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun