[caption id="attachment_289113" align="aligncenter" width="540" caption="Sawah di pinggir pedesaan (foto: dok pribadi)"][/caption]
Menikmati pemandangan di pesawahan, turun ke sawah atau mandi di sumur sawah, bisa menjernihkan pikiran, menenteramkan hati dan menyegarkan jiwa.
Jadi, klo ada waktu silakan berkunjung ke sawah di pedesaan. Kebiasaan para petani di desa kami, mungkin juga para petani di desa lain, setelah bekerja seharian bergumul dengan lumpur sawah, mereka biasanya mandi dan mencuci pakaian di sungai atau sumur yang dibuat di pinggir atau di tengah sawah.
[caption id="attachment_289114" align="aligncenter" width="500" caption="Kolam, selokan dan sawah di sebuah desa, yuk main ke desa"]
Mungkin kesannya vulgar atau apalah, tapi sebenarnya tidak. Oke saya jelaskan sekilas tentang kebiasaan mandi di sumur sawah ini biar gak salah persepsi. Dulu ketika saya kecil, belum ada kamar mandi dan toilet di dalam rumah, penduduk desa biasa mandi di sumur terbuka yang ada di sawah pinggir desa. Bukan hanya orang tua dan anak-anak, remaja putra dan putri pun biasa mandi dan mencuci pakaian di sumur sawah. Bahkan kami (laki-laki, perempuan, tua dan muda) biasa mandi bareng tanpa rasa canggung atau risi. Kami tak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tak sopan apalagi porno. Perlu anda ketahui, saat itu di desa kami pesawat televisi mungkin baru ada satu-dua orang saja yang punya.
[caption id="attachment_289115" align="aligncenter" width="560" caption="Dulu, di bagian pinggir sawah yang ada mata airnya suka dibuat sumur"]
Ketika saya sudah duduk di bangku SMP, saya masih suka mandi dan mencuci di sumur sawah bareng para gadis. Biasa saja, gak ada rasa risi atau canggung apalagi pikiran-pikiran negatif. Mungkin karena waktu itu kami belum mengenal video porno dan sejenisnya seperti sekarang. Jadi pikiran orang-orang desa belum terkontaminasi pengaruh buruk pornografi dan pornoaksi dari media cetak dan elektronik seperti saat ini. Sekarang kebiasaan mandi di sumur sawah sudah hampir punah. Yang masih suka mandi di sumur paling bapak dan ibu petani yang sudah tua-tua, itu pun sudah jarang. Jadi sekarang jangan harap bisa melihat gadis-gadis cantik mandi di sumur sawah di desa kami. Lagi pula seiring kemajuan jaman, orang-orang desa sekarang sudah memiliki kamar mandi dan toilet sendiri hampir di setiap rumah.
[caption id="attachment_289116" align="aligncenter" width="576" caption="Narsis dekat mata air, hiiyyy dingin..."]
Kembali soal mandi telanjang di tengah sawah. Saat ini, setiap hari libur Sabtu atau Minggu, saya suka turun ke sawah menjadi petani, membantu menggarap beberapa petak sawah milik keluarga. Sore hari sehabis bekerja di sawah, ya mau gak mau saya harus mandi di sumur sawah. Masak sih mau pulang dengan baju dan tubuh kotor penuh lumpur. Awalnya saya risi juga sih, maklum sudah lama sekali tak pernah mandi di tempat terbuka. Bisanya saya lihat-lihat dulu, kalau di sekitar sumur sudah nggak ada orang atau ada pun jauh di sebelah sana, baru saya berani mencuci dan mandi di sumur. Khawatir juga ada gadis cantik yang lewat di sekitar sumua..hehe. Malu juga rasanya mandi di tempat terbuka, telanjang bulat di sumur sawah.
[caption id="attachment_289117" align="aligncenter" width="582" caption="Air dari mata air sawah, perpaduan dingin dan hangat dengan aroma khas"]
Ada sensasi tersendiri saat mandi di sumur. Air sumur yang jernih, segar dan alami terasa beda saat mengguyur tubuh, perpaduan dingin dan hangat dengan aroma air yang khas. Pikiran saya teringat kembali ke masa-masa kecil dulu, suasana kehidupan di pedesaan yang belum terkontaminasi pengaruh negatif modernisasi.
Ada yang mau coba sensasi mandi di sumur sawah? silakan klo berani...he..he... Sekian dulu cerita tentang sumur sawah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H