Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengobatan Gangguan Jiwa, Butuh Keyakinan dan Kesabaran

5 November 2014   19:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:33 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_333136" align="aligncenter" width="604" caption="Ilustrasi : www.merdeka.com"][/caption]

Bahan tulisan ini saya kutif dari diskusi yang saya ikuti di situs jejaring sosial. Berawal dari komentar di status facebook seorang aktivis kesehatan jiwa, berlanjut menjadi diskusi yang menarik.

Diskusi mengenai pengobatan gangguan jiwa beberapa grup komunitas situs jejaring sosial selalu hangat dan menarik. Tak jarang terjadi perdebatan sengit diantara peserta diskusi.

Sampai saat ini, banyak hal yang sudah diketehui dan difahami dari masalah-masalah seputar gangguan jiwa, tapi jauh lebih banyak yang belum diketahui dan difahami. Seiring semakin banyaknya pengguna internet, media social seperti blog, facebook dan twitter cukup efektif membantu menyebarkan informasi tentang gangguan jiwa kepada publik melewati batas-batas negara.

Mendeteksi gangguan jiwa tak semudah seperti mendeteksi gangguan fisik. Bahkan dengan alat medis paling canggih sekalipun belum bisa dideteksi secara akurat. Mungkin karena letak gangguan jiwa yang berada di dimensi yang abstrak (pikiran dan perasaan), walaupun sebagian bisa dideteksi di salah satu organ tubuh manusia yang paling rumit dan komplek yaitu otak.

Jika ada teman penyandang gangguan jiwa (kami menyebutnya ODMK : Orang Dengan Masalah Kejiwaan) yang curhat soal gangguan jiwa yang dialaminya, saran pertama saya adalah, segera konsultasi ke psikiater untuk memastikan gejalanya, agar tak hanya menduga-duga, karena banyak kesamaan gejala gangguan jiwa yang satu dengan yang lainnya. Jika sudah konsultasi ke psikiater, ikuti anjurannya. Kalau dianjurkan dan perlu minum obat ya minum obat sesuai jenis dan dosis yang dianjurkan.

Mereka biasanya balik tanya, “Mas Tarjum sendiri kan gak pernah konsul ke psikiater dan gak pernah minum obat?”

[caption id="attachment_333137" align="aligncenter" width="659" caption="Ilustrasi : www.portalkbr.com"]

1415163237834827621
1415163237834827621
[/caption]

Saya jawab begini, “Jaman saya waktu itu jangankan istilah bipolar, skizofrenia atau jenis gangguan jiwa lainnya, istilah psikiater saja saya belum tahu, lha saya kan anak desa yang sehari-harinya cuma menggembala domba. Waktu itu istilah yang saya tahu hanya seputar stress, depresi, gangguan kecemasan dan psikolog.

Orang tua saya juga petani yang hanya lulusan sekolah rakyat (SR), yang tak tahu-menahu soal gangguan jiwa. Untuk konsul ke psikiater dan dan beli obat yang harganya tak murah, mana mampu keluarga saya waktu itu.”

Jadi saya nggak konsul ke psikiater dan nggak minum obat karena waktu itu belum tahu dan belum memungkinkan.

Tapi, walaupun saya tak pernah konsultasi ke psikiater, sebisa mungkin saya mencari informasi dari buku, majalah dan surat kabar untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan diri saya dan gangguan jiwa jenis apa yang saya alami, kok ada fase-fasenya.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami gangguan jiwa yang saya alami sendiri. Uniknya saya baru tahu istilah “ Gangguan Bipolar”, 12 tahun (2002) setelah saya merasakan gejalanya (1990). Jadi selama 12 tahun itu saya tidak tahu gangguan jiwa jenis apa yang saya alami.

Menanggung derita psikis sperti bipolar atau skizofrenia memang berat. Seorang psikiater bahkan menggambarkan seperti ini, “Sakit psikis 10 kali lebih berat dari sakit fisik yang paling berat sekalipun.” Kita seakan tak kuat lagi menanggung beban tekanan psikis itu dan sampai titik tertentu kita merasa akan menyerah. Saya dan teman-teman ODMK/penyandang gangguan jiwa yang lain juga pernah merasakan suasana hati seperti itu.

Mungkin sebagian orang menganggap, gangguan bipolar yang saya alami tergolong ringan, jadi tanpa dibantu obat pun saya bisa pulih. Ini pandangan yang keliru. Seringan apa pun gangguan jiwa, terasa sangat berat bagi orang yang merasakannya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari harus dijalani dengan suasana hati yang sangat tidak nyaman; tertekan, cemas, sedih, takut dan beragam perasan negatif lainnya yang sering tak bisa dikendalikan dan tak bisa diredakan.

Suasana hati dan pikiran yang sangat tak nyaman itu dirasakan dan dijalani selama bertahun-tahun lamanya, tanpa si penyandangnya tahu kapan derita jiwanya akan berakhir. Dengan gambaran suasana hati penyandang gangguan jiwa seperti yang saya jelaskan sekilas di atas, masihkah anda menganggap gangguan jiwa sebagai hal yang ringan, mudah dikendalikan dan mudah diatasi?

Bukan hanya itu, ketidaknyamanan psikis hanya satu dari sekian banyak ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ODMK. Gangguan fisik juga sering mengiringi gangguan mental. Ketidakfahaman orang-orang terdekat tentang gangguan jiwa menambah berat beban psikis ODMK. Belum lagi stigma negatif yang sampai saat ini masih melekat kuat kepada ODMK.

Bukan hal yang mudah untuk bisa mengendalikan sikap, suasana hati dan tindakan bagi seorang penyandang gangguan jiwa.

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, “Tapi kok mas Tarjum bisa pulih tanpa obat? Apakah itu sebuah keajaiban?”

Sebenarnya tak ada yang ajaib bagi Tuhan kalau Dia menghendaki. Tapi keajaiban Tuhan juga tidak turun dari langit begitu saja. Perlu ikhtiar terus menerus yang melelahkan dan sering membuat kita merasa ingin menyerah. Namun, waktu itu saya memutuskan untuk terus berusaha dan tak mau menyerah, karena saya punya harapan dan keyakinan saya bisa pulih dan bisa hidup normal.

Satu hal yang harus selalu kita ingat dan yakini adalah, ketika Tuhan memberi kita sebuah ujian, salah satunya dengan gangguan jiwa, Tuhan tahu betul sampai di mana batas kekuatan mental kita.

Buktinya sampai saat ini, saya dan teman-teman penyandang gangguan jiwa yang lain masih bisa bertahan, masih diberi kesadaran, kekuatan dan masih bisa mengendalikan diri. Itu artinya kita masih kuat dan memang harus kuat, sampai kita bisa benar-benar bisa mengelola suasana hati dan pikiran kita, lalu berdamai dengan diri-sendiri.

Sesuai pengetahuan yang saya dapat dari bahan bacaan, saya mencoba mengatasi derita jiwa saya sebisa mungkin. Saya berusaha mengubah pola pikir, sikap dan tindakan, walau itu tak mudah. Yang tadinya kurang gaul, mulai memberanikan diri bergaul, diantaranya; nonton acara hiburan, aktif berolahraga, aktif di organisasi kepemudaan, dll). Saya juga merubah penampilan saya yang culun jadi lebih trendi.

Selain itu, saya juga melatih dan mengasah bakat yang saya miliki yaitu melukis dan membuat patung. Jadi, sebisa mungkin saya menyibukan diri dengan sikap, pola pikir dan aktivitas-aktivitas yang positif.

Tak lupa, setiap saat terutama sehabis sholat saya membaca do’a khusus yang maknanya untuk menjernihkan pikiran dan perasaan. Saat berdoa, sambil bersimpuh dan bersujud hadapan-Nya, saya sering menangis memohon kesembuhan, menumpahkan segala beban psikis di hadapan-Nya.

Kadang muncul keraguan dalam hati, benarkah Tuhan mendengar do’a saya? Benarkah Tuhan akan mengabulkan do’a saya dan akan memberi saya kesembuhan? Namun saya berusaha menepis semua keraguan itu. Selalu terngiang di kepala saya, pesan seorang ustadz, “Jangan pernah berburuk sangka kepada Tuhan, berbaik sangkalah kepada-Nya. Karena Tuhan sebagaimana prasangka dan keyakinan kita kepada-Nya.”

Setelah ikhtiar panjang selama bertahun-tahun, diiringi do’a, berbekal harapan dan keyakinan, akhirnya Tuhan memberi saya kesembuhan. Proses pemulihan tidak seketika dan serta-merta begitu saja, namun perlahan dan bertahap. Butuh kesabaran dan keyakinan dalam proses pemulihan gangguan jiwa, baik dari penyandangnya maupun dari caregiver dan orang-orang terdekatnya.

Di sinilah letak masalahnya. Banyak teman-teman ODMK dan keluarganya yang tidak sabar menjalani proses panjang pengobatan dan pemulihan gangguan jiwa. Ini hal yang wajar sebenarnya, karena dalam banyak hal kita selalu ingin mendapatkan hasil dengan cepat dengan cara yang mudah, bahkan kalau bisa dengan cara instan. Itulah mungkin salah satu penyebab mengapa banyak penyandang gangguan jiwa yang mencari pengobatan alternatif.

Padahal untuk meraih sebuah tujuan dalam hal apa pun, ada proses yang harus dilalui dan tak bisa diraih dengan cara-cara instan. Sebagai contoh, berapa teman ODMK mengeluh karena setelah beberapa waktu lamanya menjalani terapi dan pengobatan, belum juga merasakan hasilnya, lalu menghentikan proses pengobatannya dan mencari alternatif pengobatan lain. Dia ingin cepat merasakan hasilnya dan segera pulih setelah menjalani pengobatan. Dia tidak sabar menjalani proses panjang yang harus dilalui untuk meraih kesembuhan.

Proses yang harus kita jalani untuk mengendalikan gejolak perasaan dan pikiran itulah yang tanpa kita sadari akan menempa jiwa kita menjadi lebih kuat. Seperti seorang atlet angkat besi yang terus melatih otot-otot tubuhnya setiap hari dengan mengangkat beban. Dengan kesabaran dan disiplin diri yang tinggi dia menjalani latihan beban setiap hari, menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat setiap hari. Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berlatih, dia mampu mengangkat beban yang jauh melebihi berat tubuhnya sendiri dan menjadi pemenang dalam kejuaraan.

Gangguan jiwa membuat saya bisa lebih memahami diri sendiri dan orang lain. gangguan jiwa mendorong saya untuk mencari dan menggali informasi sebanyak mungkin tentang bagaimana memahami gejalanya dan bagaimana mangatasinya.

Dengan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan itu pada akhirnya saya bisa mengendalikan gejolak jiwa, berdamai dengannya dan perlahan-lahan bisa melepaskan diri dari belenggunya. Bukan hanya itu, saya juga bisa berbagi pengalaman dan pemahaman kepada teman-teman ODMK yang lain.

Itulah sekilas yang saya maksud hikmah dari gangguan jiwa yang saya alami. Soal ini sudah saya jelaskan dengan gamblang di buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”.

[caption id="attachment_333141" align="aligncenter" width="520" caption="Psikomemoar Bipolar/Dok Pribadi"]

14151634991480908606
14151634991480908606
[/caption]

Kesimpulannya, Tak ada yang mustahil atau tak mungkin dalam proses pemulihan gangguan jiwa jika Tuhan menghendaki. Tapi kehendak Tuhan juga mengikuti hukum alam, hokum sebab akibat. Kita tetap kita harus ikhtiar dan berdo’a untuk meraih kesembuhan. Dalam menjalani proses pengobatan dan pemulihan itu, diri kita dan orang-orang terdekat kita dituntut untuk bersabar dan tak mudah menyerah.

Penjelasan istilah :

ODMK : Orang Dengan Masalah Kejiwaan

ODB : Orang Dengan Bipolar

ODS : Orang Dengan Skizofernia

Gangguan Bipolar : Gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya perubahan mood yang ekstrem antara dua kutub suasana hati, yaitu “manik” yang penuh semangat dan perasaan melambung dan “depresi” perasaan tertekan yang mendalam.

Barangkali mau baca artikel terkait :

Bagaimana Rasanya Menderita Gangguan Jiwa?

http://curhatkita.blogspot.com/2008/10/bagaimana-rasanya-menderita-gangguan.html

Kisah Bipolarku dalam Rangkaian Foto

http://curhatkita.blogspot.com/2009/11/kisah-bipolarku-dalam-rangkaian-foto.html

http://curhatkita.blogspot.com/2008/10/apa-itu-gangguan-bipolar-manik-depresif.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun