Mohon tunggu...
tarjo akmal
tarjo akmal Mohon Tunggu... -

Teacher,Bloger,Father & Pranotocoro tarjoakmal.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghilangkan Kandungan Premium dalam Tubuh

21 Juli 2014   21:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:39 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penulis tidak bisa membayangkan manakala tubuh kita yang terdapat kandungan premium melintasi kobaran api! Premium adalah simbol dari dosa yang kita perbuat di dunia. Sedangkan kobaran api adalah simbol neraka yang sudah dijelaskan dalam kitab Tuhan.

Berbicara mengenai premium yang merupakan bahan atau sejenis cairan yang mudah sekali terbakar jika berdekatan dengan api. Kata pepatah manusia adalah mahluk yang tidak luput dari dosa. Artinya kemungkinan tubuh kita mempunyai kandungan premium itu ada. Semakin banyak dosa yang kita lakukan maka semakin tinggi pula kandungan dosa atau dalam bahasan ini kandungan premium semakin tinggi.

Cara yang dapat kita lakukan untuk tidak melakukan dosa adalah dengan selalu berbuat baik kepada sesama dan kepada Tuhan. Berikut ini kami ketengahkan sebuah cerita sufi yang bisa menjadi acuan kita ketika melakukan suatu perbuatan.

Ada seorang sufi yang sedang berjalan melewati kebun apel. Ditengah perjalanan ia menemukan sebuah apel yang jatuh menggelinding dan keluar dari kebun. Karena haus dan lapar tiba-tiba saja sang sufi memakannya. Selesai makan ia baru sadar dan berkata dalam hatinya.

“Astagfirullah!, Buah apel siapa ini yang saya makan. Bukankah buah ini bukan milik saya? Saya harus mendapat restu dulu dari pemiliknya.”

Akhirnya sang sufi berjalan dan mencari tahu sang pemilik kebun apel itu. Ia akan meminta restu walaupun buah itu telah termakan dan bukan miliknya.

Yups, waktu sudah berjalan dan tidak bisa berputar kembali. Masih ingat betul penulis ketika kecil suka mencari buah mangga yang jatuh karena hujan atau angin. Cerita ini kontras dengan keadaan di lingkungan penulis sekarang ini. Hanya pengharapan maaf yang dapat saya sampaikan. Mudah mudahan Tuhan mengampuni apa yang telah saya perbuat.

Kembali kepada cerita sufi di atas. Seorang yang sudah bersuci untuk tidak melakukan dosa seharusnya dengan sadar untuk tidak melakukan dosa. Apapun yang kita yang kita makan dan diserap dalam tubuh kita  seharusnya tidak ada dosa sedikitpun.  Dengan kata lain tidak ada sedikitpun kandungan premiun yang kita serap dalam tubuh kita. Semakin ada premium dalam tubuh kita akan banyak kemungkinan tubuh kita terjilat oleh kobaran api neraka.

Dibulan ramadhan ini merupakan waktu yang tepat untuk memohon pengampunan. Semoga dosa yang kita perbuat bisa diampuni Tuhan. Sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadan ini merupakan waktu ampunan yang setiap muslim melakukan perenungan tentang diri ini dan memohon ampunan. Semoga di akhir puasa nanti kita menjadi fitrah atau kembali suci seperti bayi yang baru lahir dan tidak mempunyai dosa sedikitpun. Amin 3X.

Pemalang, 21 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun