Mohon tunggu...
Ridha Harwan
Ridha Harwan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Linguistik dan terjemahan, Bandung. https://tarjiem.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Hati-hati Penipuan dari Iklan yang Kita Pasang

1 Mei 2015   14:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14304654612016957152

Jadi ceritanya, persis kemarin malam saya memasang iklan gratis mengenai kos untuk rumah orang tua saya di Jambi. Saya memasang iklan indekos di beberapa situs yang memang menyediakan jasa pasang iklan gratis. Ada empat tempat saya pasang iklan mengenai kamar kos untuk disewakan. Di semua tempat iklan itu saya memasang nomor ponsel saya sebagai sarana komunikasi jika ada yang tertarik dengan iklan indekos saya. Situs pertama adalah situs yang paling terkenal dengan jasa pasang iklan gratis di Indonesia dan tiga lainnya merupakan situs yang memang khusus memasang iklan terkait properti atau informasi indekos.

[caption id="attachment_414128" align="aligncenter" width="520" caption="Peringatan Awas Banyak Penipu Sumber: rumahpengaduan.com"][/caption]

Lalu besok paginya sekitar pukul 10 pagi, saya mendapat telepon kalau ada yang tertarik dengan iklan indekos yang baru saya pasang malam harinya. Hanya saja saya tidak menanyakan dari mana ia mendapat informasinya. Memang saya biasanya jarang bertanya informasi kos dapat dari situs mana.

Setelah berbicara melalui telepon tampaknya ia tertarik dengan indekos saya. Hanya saja ia memiliki permintaan, apakah satu kamar itu bisa untuk dua orang dan berapa harganya. Berhubung ibu saya yang mengurus pengelolaan kos ini, akhirnya saya sarankan untuk menghubungi Ibu saya langsung. Apalagi ia akan mengambil dua kamar langsung, yang memang kebetulan ada sisa dua kamar (ac dan non-ac). Akhirnya saya pun memberikan nomor telepon ponsel Ibu saya.

Si Busuk Penipu Online

Namun begitu siang harinya saya mencoba menelepon Ibu saya, apakah ada yang menelepon dan menanyakan soal indekos. Ibu saya menjawab tidak ada. Akhirnya pada sore hari saya ditelepon oleh laki-laki ini (sebut saja namanya si “Busuk”). Si Busuk berkata, kalau ia sedang berada di proyek atau di luar, bisakah Ibu saya menelepon si Busuk. Soalnya nomor telepon Ibu saya menggunakan kartu penyedia layanan yang berbeda dengan yang digunakan oleh si Busuk.

Akhirnya saya pun mengiyakannya. Saya menelepon Ibu saya untuk menelepon si Busuk. Sekitar 15 menit kemudian, si Busuk menelepon saya kalau ia sudah berbicara dengan Ibu saya di Jambi, sedangkan posisi saya di Kota Bandung. Busuk bilang, Busuk akan ke Jambi tanggal 8 Mei nanti atau sekitar 1 minggu lagi. Maka Ibu saya meminta Busuk akan mengirimkan uang muka pembayaran untuk satu bulan pertama dua kamar kos yang ingin ditempati sebagai uang muka atau tanda jadi. Saya pun diminta untuk mengirimkan rekening bank saya kepada si Busuk.

Akhirnya saya menelepon Ibu saya terlebih dahulu untuk konfirmasi ulang. Ibu saya bilang, kalau si Busuk akan mengambil dua kamar, kamar ac ditempati dua orang dan kamar non ac ditempati satu orang. Ibu saya bilang kalau si Busuk juga kebetulan ada di Bandung. Berhubung Ibu saya tidak begitu familier dengan transaksi keuangan perbankan (yang pada akhirnya saya syukuri), seperti transaksi melalui kartu atm, maka Ibu saya meminta saya untuk menggunakan rekening bank saya terlebih dahulu untuk menerima uang muka. Saya pun mengirimkan nomor rekening Bank Mandiri saya kepada si Busuk, setelah sebelumnya saya menjelaskan kalau saya juga memiliki rekening di bank lain, di Bank Mandiri Syariah dan Bank Central Asia.

Sekitar pukul 18:45 wib tadi, saya menerima telepon kalau si Busuk sudah mengirim uangnya melalui layanan sms banking. Namun si Busuk bilang ia tidak mendapatkan pemberitahuan kalau transaksinya berhasil. Kemudian Busuk bilang, saat mengecek melalui atm, uangnya sudah terdebet atau berkurang. Saya pun diminta untuk oleh si Busuk untuk mengecek apakah uangnya sudah diterima, agar ia tidak bolak-balik dan saat itu si Busuk sedang menunggu di parkiran atm. Si Busuk juga bertanya kepada saya, apakah saya posisinya tidak jauh dari atm.

Kebetulan rekening bank Mandiri saya menggunakan produk Tabunganku. Produk ini tidak menyediakan fasilitas internet banking, sms banking, atau mobile banking. Produk ini hanya mengizinkan satu kali transaksi untuk satu hari pada kartu atm-nya. Akhirnya saya minta si Busuk menunggu selama 15 menit agar saya dapat menuju ke atm mandiri.

Begitu saya menarik uang saya dan mesin atm mengeluarkan kertas bukti transaksi, saya lihat uang saya tidak bertambah sesuai kesepakatan kami melalui telepon, yakni 2,4 juta rupiah. Sebagaimana pembayaran tanda jadi untuk dua kamar kos. Begitu saya memberitahu si Busuk melalui pesan singkat kalau uangnya belum masuk, ia pun langsung menelepon saya. Ia bilang ia akan menelepon call center Bank Mandiri. Saya diminta untuk tidak menutup telepon saya karena si Busuk akan langsung menelepon call center Bank Mandiri agar saya bisa berbicara langsung melalui sambungan telepon dari si Busuk. Jadi seperti berbicara ramai-ramai atau teleconference. Agar tidak bolak-balik, saya juga diminta untuk tetap di lokasi atm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun