Mohon tunggu...
Ridha Harwan
Ridha Harwan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Linguistik dan terjemahan, Bandung. https://tarjiem.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Akhirnya Inilah Pilihan Saya dalam #Pilpres2014

9 Juli 2014   20:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim. Tidak berapa lama lagi, hasil perhitungan cepat atas pemimpin baru bangsa ini akan segera diketahui. Habis sudah masa, dimana kita saling mengedepankan pilihan kita. Awalnya saya ingin membuat judul "Selamat, atas tindakan kampanye kalian, akhirnya saya tidak memilih". Tapi biarlah judul tersebut menjadi tema dalam tulisan saya kali ini. Jujur saja, sampai pagi tadi, saya masih ragu siapa yang akan saya pilih dan saya percayakan untuk sebagai pemimpin bangsa ini. Beberapa hari yang lalu saya sudah berusaha berdoa, agar hati saya dikuatkan oleh Allah swt untuk memilih calon pemimpin ke-tujuh bangsa ini. Namun entah mengapa, sampai waktu pemilihan, malah tulisan inilah yang terpikirkan untuk saya buat. Akhirnya inilah tulisan saya yang tidak memilih atau tidak berpartisipasi dalam pemilihan umum calon presiden 2014-2019 kali ini. Latar belakang kenapa saya menulis tulisan ini sederhana, anggap saja saya termakan kampanye 'hitam' yang banyak beredar selama ini. Saya sedikit menyesal, kenapa saya mengenal facebook.com sebagai teman saya saat saya menghidupkan komputer. Luar biasa betul kejadian yang terjadi selama masa kampanye pilpres 2014 di facebook. Terlebih lagi di kompasiana ini. Dan di media sosial lainnya. Kesalahan saya adalah, mengapa saya rajin sekali mengikuti kiriman yang ada di media, baik itu di internet atau di tipi. Saya menyesal kenapa bukan al-quran yang menjadi sahabat saya. Melalui tulisan ini, saya tidak mungkin mengungkapkan soal pilpres 2014. Bisa jadi, saat tulisan ini belum jadi dimuat, hasil hitung cepat sudah diketahui. Hari ini saya agak sedikit enggan menampakkan jemari tangan saya apabila saya pergi salat berjamaah di masjid. Kita semua adalah satu bangsa. Untuk apa kita ribut memperjuangkan jagoan kita, sementara persahabatan, pertemanan, persaudaraan yang kita bangun dan kita mulai dengan cara yang mudah dan tidak mudah rusak lantaran apa yang kita yakini adalah benar dan yang tidak kita yakini itu adalah salah. Saya sangat menghargai apabila teman-teman semua sudah memilih siapa yang akan memimpin bangsa ini 5 tahun ke depan. Okelah jika pilihan teman-teman itu ternyata adalah benar. Lalu bagaimana dengan sebagian bangsa ini yang memilih berbeda. Apa berani kita menyalahkan mereka? Saya akan mencoba menulis tulisan kali ini dengan tidak mengebu-gebu. Namun, dikarenakan jiwa muda saya (28 tahun) bisa jadi saya keceplosan melakukan kesalahan. Mari kita kaji arti kampanye itu sendiri. Bagi saya, kata kunci dari kata kampanye itu sendiri adalah "mengajak". Walaupun saat saya melihat aplikasi kbbi luring 1.5.1 arti kampanye adalah:

kam·pa·nye n 1 gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dsb); 2 kegiatan yg dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yg bersaing memperebutkan kedudukan dl parlemen dsb untuk mendapat dukungan massa pemilih dl suatu pemungutan suara;

Ternyata jika merujuk arti di atas, sedikit lebih ekstrim dalam pandangan saya, karena ada kata kunci "politik, bersaing, berebut, kedudukan". Apa kita mau kegiatan yang selama ini kita lakukan diartikan sebagai kata kunci di atas? Bagi saya, apa yang teman-teman lakukan selama masa kampanye pilpres 2014 ini, khususnya di media sosial memiliki iktikad mengajak. Jika tidak, entahlah. Hal lain yang membuat saya ragu untuk memilih adalah, beberapa tokoh yang saya anggap orang-orang yang berilmu (ulama), memilih untuk memilih salah satu calon presiden. Saya sebagai orang yang 'mengikuti' mereka jadi ragu. Padahal, mereka-mereka ini adalah orang yang paham betul agama. Saya betul-betul jadi ragu jadinya. Mereka yang mengerti agama saja,  bisa berbeda menentukan pilihan, lalu bagaimana saya yang tidak memiliki pemahaman agama seluas mereka. Apakah saya akhirnya lalu menyalahkan pilihan mereka? Tentu saja tidak. Itu artinya, sama saja saya menyalahkan pilihan yang teman-teman yakini untuk dipilih hari ini. Adanya yang sesuai adalah mungkin 'menghargai'. Persoalannya, apakah selama masa kampanye itu teman-teman menghargai pilihan sendiri dan menghargai pilihan orang lain? Coba cek deh di kronologi facebook, twitter, bbm, dsb. teman-teman. Itulah yang membuat saya ragu untuk memilih. Persoalannya adalah, dalam masa kampanye itu seolah-olah pilihan kita yang paling wokeh, lalu mengenyampingkan pilihan orang lain. Saya sudah berusaha bersikap di antaranya, membaca masing-masing 2 opini. Kelebihan dan kekurangan 2 jagoan teman-teman. Namun akhir, hingga pukul 13:34 tulisan ini dibuat saya tidak memilih. Sedikit saya menyinggung soal 'golput itu haram'. Walaupun ini bukan ranah saya dan saya tidak pantas membahas ini, namun saya akan coba membahas dari sisi yang berbeda. Itulah mengapa saya menyembunyikan jemari 1-2 hari ke depan jika salat berjamaah di masjid. Saya khawatir, jika saya dicap sebagai 'orang tolol yang tidak memikirkan bangsa ini'. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini. Lakukan itu di medan perjuangan pilihanmu. Lalu, anggap saja jika memilih pemimpin itu adalah "harus", lalu anggap saja saya sudah melalaikan atau berdosa karena tidak mengerjakan kewajiban saya dan saya terima hal itu. Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang memiliki kesempatan memilih namun tidak bisa memilih atau mereka yang tidak berkesempatan memilih. Kalau saya pribadi adalah, saya memiliki kesempatan memilih namun memilih untuk tidak memilih karena alasan di atas. Di atas saya menyinggung soal kampanye dan mengajak. Khawatir tulisan ini terlalu panjang, soal mengajak itu, mungkin bisa dikaitkan dengan cara dan tujuan kita mengajak. Cukup sudah tulisan saya kali ini. Ini gambar sebagai penghias tulisan saya kali ini. [caption id="" align="alignnone" width="520" caption="Doa tutup pilpres 2014"][/caption] Hanya permohonan maaf saya kepada kalian, jika dalam tulisan ini ada kata-kata yang tidak pantas dan itu menyinggung perasaan teman-teman. Mari kita hadirkan para pemimpin kita dalam doa-doa ibadah kita, terlebih lagi ini adalah bulan ramadan, bulan dimana 69 tahun yang lalu bangsa ini merdeka di bulan yang sama. Perjuangan kampanye pilpres 2014 tidak lama lagi berakhir dan medan perjuangan yang lain sudah menunggu. [caption id="" align="alignright" width="215" caption="Salam (ms.wikipedia.org)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun