Kehidupan perkotaan menyediakan peluang ekonomi dan pendidikan yang besar, tetapi juga menghadirkan tantangan tersendiri, terutama bagi keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian dan dukungan ekstra karena perbedaan kondisi fisik, perkembangan, kognitif, atau emosional mereka. Dalam konteks ini, manajemen sumber daya keluarga menjadi kunci untuk menjaga kesejahteraan keluarga ini. Ini melibatkan pengelolaan waktu, finansial, dan dukungan sosial dengan bijak, serta koneksi dengan jaringan pendukung seperti profesional kesehatan dan pendidik.Â
Penting untuk menyadari bahwa manajemen sumber daya keluarga bukan sekadar alokasi dana atau perencanaan waktu, tetapi juga perencanaan jangka panjang untuk masa depan anak-anak berkebutuhan khusus. Ini mencakup pendidikan, karir, dan kehidupan sosial mereka. Keterampilan manajemen, advokasi untuk hak anak-anak, dan dukungan komunitas penting dalam membantu keluarga mengatasi tantangan perkotaan yang kompleks. Dengan manajemen sumber daya keluarga yang efektif, keluarga dengan anak berkebutuhan khusus dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak mereka di tengah keramaian perkotaan yang dinamis.
Secara garis besar, pengertian sumber daya manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya. Penelitian oleh Jiu dan Rungreangkulkij (2019) mengeksplorasi manajemen keluarga dengan anak autis dalam keluarga Melayu di Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Hasil penelitian mengidentifikasi tiga tema penting: pertama, perempuan memiliki peran utama sebagai pengasuh anak autis dan berusaha memenuhi kebutuhan dasar mereka. Kedua, laki-laki, terutama ayah, turut berperan dalam mengurus anak autis, terutama setelah pulang kerja atau di hari libur. Ketiga, keluarga berupaya mencari pertolongan, termasuk pengobatan tradisional, spiritual, dan medis, untuk mengatasi kondisi anak autis. Selain itu, beberapa keluarga menggunakan babysitter untuk membantu merawat anak. Rasa khawatir dan keamanan anak autis di rumah juga menjadi perhatian utama, dengan pintu selalu tertutup dan anak tidak boleh keluar tanpa pengawasan.
Keluarga adalah unsur penting dalam pengasuhan anak, dengan anggota inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Dalam konteks keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, peran setiap anggota keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak tersebut. Umumnya, ibu memiliki peran utama dalam membimbing, merawat, memberikan terapi, dan stimulasi anak berkebutuhan khusus. Ini adalah peran yang berat karena anak-anak ini sering memiliki tantangan unik, seperti autisme atau sindrom down. Bimbingan dan terapi biasanya dilakukan di rumah oleh ibu, karena kehadiran tenaga ahli terbatas. Ayah di keluarga ini sering menjadi tulang punggung finansial dan memberikan dukungan emosional. Peran ayah terbatas dalam interaksi langsung dengan anak karena keterbatasan waktu kerja. Adik dan kakak memiliki peran yang lebih kecil, sebagai pelajar, namun mereka membantu dengan mendampingi dan bermain dengan anak berkebutuhan khusus serta memberikan dukungan moral dan emosional. Beberapa keluarga tinggal bersama nenek yang membantu dalam pengawasan dan memberikan dukungan.Â
Peran keluarga besar juga terlihat dalam memberikan dukungan emosional dan membantu kebutuhan keluarga. Terlepas dari perbedaan dalam peran, keluarga ini menghadapi tekanan dan tanggung jawab ekstra karena kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang berbeda. Namun, mereka berupaya menerapkan manajemen sumber daya keluarga agar semua anggota keluarga sejahtera. Kesabaran, kepedulian, dan keikhlasan selalu diutamakan dalam menjalankan peran ini. Dengan dukungan dan peran yang baik dari keluarga, anak berkebutuhan khusus memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Mereka menghadapi tantangan ekstra, namun melalui kerjasama dan kasih sayang dalam keluarga, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak dengan kebutuhan khusus.
Proses pengambilan keputusan pada setiap keluarga pastinya akan berbeda, terutama pada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Sebagaimana pernyataan George dan Siagian, pengambilan keputusan dilakukan untuk memilih dari beberapa alternatif yang ada. Pada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus, dari banyaknya alternatif yang ada mereka harus memperhatikan hal-hal penting saat ingin mengambil sebuah keputusan. Dari hasil penelitian kami, para orang tua akan memperhatikan kenyamanan dan keamanan anak berkebutuhan khusus dalam mengambil keputusan. Selain itu, orang tua juga akan  mengambil keputusan yang dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan dan kemandirian anak berkebutuhan khusus. Pada proses pengambilan keputusan orang tua berusaha melibatkan seluruh anggota keluarga termasuk juga anak berkebutuhan khusus.
Proses manajemen keluarga melibatkan empat tahap utama: input, proses, output, dan feedback. Input merujuk pada tuntutan dan sumber daya dalam keluarga. Dalam penelitian ini, ibu umumnya memiliki peran utama dalam mengurus dan mendidik anak, dengan fokus pada perkembangan anak yang baik, kemandirian, dan kemampuan berinteraksi sosial. Sumber daya keluarga meliputi ibu yang memberikan dukungan dan pendidikan kepada anak-anak serta ayah yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga secara finansial.
Tahap proses melibatkan peran yang sudah diatur bagi tiap anggota keluarga, seperti ayah sebagai kepala keluarga, ibu yang membimbing anak, dan anak yang membantu pekerjaan rumah. Tujuannya adalah mencapai output yang mencerminkan kesejahteraan keluarga dan perkembangan anak yang positif.Â
Setelah melalui tahap proses, manajemen keluarga menghasilkan feedback yang menjadi masukan untuk perbaikan. Contohnya adalah peningkatan program pendidikan anak berkebutuhan khusus, pendampingan orang tua yang lebih intensif, atau penyesuaian terapi untuk anak. Tahap ini membantu keluarga dalam mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mencapai tujuan kesejahteraan keluarga dan perkembangan anak yang optimal.
Keluarga berperan penting dalam pengasuhan anak, terutama di keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Peran orang tua sangat sentral dalam mendidik dan membimbing anak, memerlukan perhatian khusus, terapi, dan stimulasi sesuai kebutuhan anak. Peran anggota keluarga bisa berbeda dibanding keluarga biasa, dengan ibu berperan utama dalam membimbing anak, ayah mendukung secara finansial, adik dan kakak memberikan dukungan moral. Manajemen sumber daya keluarga termasuk pengelolaan waktu, finansial, dan dukungan sosial yang bijak. Pengambilan keputusan mempertimbangkan kenyamanan, keamanan, dan perkembangan anak dengan melibatkan seluruh keluarga. Dalam keseluruhan proses manajemen keluarga, peran orang tua sangat penting untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus.
Penulis: Arsyilla Sayidina Sulistio (K1401211134), Yasmin Amira Sandra (K1401211145), Tarisya Milfyani (K1401211150), Zahra Narulita Agustina (K1401211154), Shaquille Yogi Adyatma (K1401211191), Kahla Haya Isni Adzri (K1401211203)