Mohon tunggu...
Tarisha Azzahra
Tarisha Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program studi Ilmu Pengetahuan Soal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Menonton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa orang tua memilih untuk menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen untuk memenuhi kebutuhan keluarga?

13 Desember 2024   19:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   23:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk Jakarta, khususnya di kawasan Grogol, fenomena anak-anak yang menjadi pengamen semakin terlihat. Meskipun banyak dari kita merasa prihatin melihat anak-anak kecil yang seharusnya menikmati masa kanak-kanak mereka, kenyataannya adalah bahwa banyak orang tua di Grogol merasa terpaksa untuk menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen demi memenuhi kebutuhan keluarga. Keputusan ini tidak diambil dengan mudah, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling terkait.

Salah satu alasan utama mengapa orang tua di Grogol memilih untuk menjadikan anak- anak mereka sebagai pengamen adalah kondisi ekonomi yang sulit. Banyak keluarga di kawasan ini hidup dalam garis kemiskinan, dengan pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan. Dalam situasi seperti ini, orang tua merasa terdesak untuk mencari cara alternatif untuk mendapatkan uang. Bagi mereka, menjadikan anak-anak sebagai pengamen adalah salah satu solusi yang dianggap paling realistis. Dengan mengajak anak-anak mereka untuk bekerja, orang tua berharap dapat menambah penghasilan keluarga, meskipun dengan risiko yang tinggi terhadap masa depan anak-anak mereka.

Keterbatasan akses pendidikan juga menjadi faktor penting dalam keputusan ini. Di Grogol, akses terhadap pendidikan yang berkualitas sering kali terbatas, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Biaya pendidikan yang tinggi dan kualitas sekolah yang tidak memadai membuat banyak orang tua merasa bahwa pendidikan formal tidak memberikan nilai tambah yang cukup untuk anak-anak mereka. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk mengajak anak-anak mereka bekerja daripada bersekolah. Dalam pandangan mereka, waktu yang seharusnya dihabiskan untuk belajar lebih baik digunakan untuk mencari uang. Hal ini menciptakan siklus di mana anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak, yang pada gilirannya akan membatasi peluang mereka di masa depan.

Norma sosial di masyarakat Grogol juga berperan dalam keputusan orang tua untuk menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen. Dalam beberapa keluarga, menjadi pengamen sudah menjadi tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Anak-anak yang melihat orang tua atau kerabat mereka melakukan hal yang sama merasa bahwa itu adalah hal yang wajar dan dapat diterima. Masyarakat di Grogol cenderung tidak memandang negatif terhadap pekerjaan sebagai pengamen. Sebaliknya, mereka mungkin melihatnya sebagai cara yang sah untuk mencari nafkah. Hal ini menciptakan lingkungan di mana orang tua merasa tidak ada stigma sosial yang menghalangi mereka untuk menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen. Dampak psikologis dan sosial dari keputusan ini juga tidak bisa diabaikan.

Anak-anak yang terlibat dalam pekerjaan ini sering kali merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu keluarga. Ini dapat memberikan mereka rasa tujuan, tetapi juga dapat mengakibatkan kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya mereka nikmati. Kehidupan sebagai pengamen sering kali membawa anak-anak ke dalam situasi yang berisiko, seperti eksploitasi, kekerasan, dan paparan terhadap lingkungan yang tidak aman. Hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan sosial mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka di masa depan.

Keterbatasan pilihan juga menjadi salah satu alasan mengapa orang tua di Grogol merasa terpaksa menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen. Banyak orang tua yang tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dalam situasi ini, menjadikan anak sebagai pengamen menjadi salah satu cara untuk bertahan hidup. Mereka merasa bahwa tidak ada alternatif lain yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung pendidikan dan kesejahteraan anak. Program-program yang memberikan bantuan finansial kepada keluarga miskin dapat membantu mengurangi ketergantungan pada anak-anak sebagai pengamen. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah-daerah yang kurang mampu, sehingga anak-anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Masyarakat juga perlu lebih sadar akan pentingnya pendidikan anak. Dengan meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak dan pentingnya pendidikan, diharapkan orang tua akan lebih memilih untuk mengedukasi anak-anak mereka diharapkan orang tua akan lebih memilih untuk mengedukasi anak-anak mereka daripada menjadikan mereka sebagai pengamen. Kesadaran ini dapat dibangun melalui kampanye sosial, seminar, dan program-program yang melibatkan masyarakat secara langsung.

Fenomena orang tua di Grogol yang menjadikan anak-anak mereka sebagai pengamen untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah hasil dari berbagai faktor yang saling terkait, termasuk kondisi ekonomi, keterbatasan akses pendidikan, norma sosial, dan keterbatasan pilihan. Meskipun keputusan ini mungkin tampak sebagai solusi jangka pendek, dampaknya terhadap masa depan anak-anak sangatlah besar. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun