Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah menjadi salah satu permasalahan besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan perbuatan yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam lingkup rumah tangga yang mana akan berakibat pada timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik maupun mental bagi para korban kekerasan tersebut.
KDRT terhadap anak umumnya yang berbentuk penganiayaan baik secara fisik maupun mental tentunya akan menimbulkan pengaruh negatif bagi anak. serangan terhadap psikologis anak akan membuat anak merasakan ketidakseimbangan dalam mengendalikan emosi. selain itu, kegiatan sosial anak yang seharusnya aktif dan produktif pun jadi tidak seimbang karena mengalami kesulitan dalam berbahasa dan komunikasi yang disebabkan oleh perkembangan otak yang lambat. Pada tahun 2016 diperkirakan sekitar 250 juta anak (43%) di negara berkembang tidak dapat mengetahui potensi perkembangan mereka sepenuhnya (WHO, 2016).Â
kekerasan ini juga tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada kesehatan anak. Adanya kemungkinan peningkatan risiko penyakit kronis seperti tekanan darat tinggi, obesitas, penyakit hati, penyakit jantung hingga kanker (WHO, 2018).  Selain kedua kemungkinan tersebut hal paling mendasar tetapi memiliki pengaruh yang besar bagi anak adalah Trauma. Dengan adanya kondisi demikian, perasaan takut akan muncul pada anak. tetapi, di satu sisi akan muncul juga sifat memberontak atau protes dari anak tersebut terhadap orang tua mereka.  seperti berbohong, mencuri, berkelahi hingga aksi bullying yang kemungkinan besar terjadi  karena pola interaksi sosialnya yang buruk. Dikutip dari Domestic Violance Prevention Centre Gold Coast Inc, anak-anak yang melihat ibunya diancam, direndahkan atau diserang secara fisik dan seksual akan merespon otomatis terhadap kekerasan dengan memanipulasi pelaku yang ingin melukai ibunya.
oleh karena itu, dalam rumah tangga sangat di perlukan edukasi bagaimana membangun kehangatan, keharmonisan dan kasih sayang di dalam rumah tangga. Hingga hal-hal seperti kekerasan yang menyerang baik secara fisik maupun mental tidak akan terjadi. selain itu, jika pun ada suatu masalah di dalam rumah tangga sebaiknya orang tua yang sedang beradu argumentasi tidak melibatkan anak ataupun bertengkar di depan anak. agar anak tidak perlu merasakan trauma ataupun depresi yang akibatnya juga akan mempengaruhi kehidupan mereka kedepannya.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H