Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

4 Pelajaran Penting dari Kisah Isra Miraj yang Jarang Diketahui

3 April 2019   16:02 Diperbarui: 21 Maret 2020   14:33 15838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Ken Scicluna / Getty Images

Bismillahirrahmanirrahim.

Batin Baginda Rasulullah SAW merana durja saat menyaksikan dua orang yang paling beliau cintai, paman tersayang yang sudah dianggap sebagai ayah, Abu Thalib, dan istri tercinta Khadijah Binti Khuwaylid meninggal di dalam waktu yang sangat berdekatan di tahun ke 10 Kenabian.

Hal yang membuat Rasullah semakin sedih karena Abu Thalib meninggal sebelum mengucapkan syahadat sebagai saksi atas pembenaran dakwah beliau dan pengesaan kepada Allah SWT.

Selama beliau berdakwah, Abu Thalib adalah orang yang memberikan beliau ketenangan selama berada di luar rumah. Kaum musyrikin tidak ada yang mengganggu kehidupannya. Bahkan untuk sekadar menyentuh Nabi pun orang Qurays tidak berani karena hal itu akan membuat Abu Thalib marah dan tidak segan-segan membunuh orang yang menyentuh Nabi Muhammad tersebut.

Setelah kepergian Abu Thalib, Rasulullah dan pengikutnya mulai kembali diteror dan diganggu oleh kaum Musyrikin Makkah. Batin beliau pun semakin terpuruk tatkala melihat siksaan kaum Qurasy semakin menjadi-jadi.

Belum hilang kesedihan atas kepergian paman tersayang, 3 hari setelahnya Rasulullah kembali diuji oleh Allah dengan kepergian istri tercinta, Khadijah Binti Khuwaylid, cinta pertama Rasulullah dan ibu dari anak-anak beliau ke pangkuan Allah SWT.

Jiwa Rasulullah terguncang dengan cobaan yang datang bertubi-tubi ini. Khadijah adalah orang yang memberikan beliau ketenangan di dalam rumah di saat beliau mengemban misi dakwah, di tengah cobaan dan tekanan Kaum Qurays. 

Bahkan Khadijah adalah orang yang menghibur Rasulullah saat beliau menerima wahyu pertama dari Jibril yang membuat Nabi Muhammad sangat ketakutan.

Kepergian Khadijah membuat Rasulullah tidak memiliki sandaran dan ketenangan, baik didalam rumah dan di luar rumah dengan kepergian dua orang tercinta ini.

Rasulullah yang sedang bersedih ini pun masih memikirkan keadaan umatnya dan mulai berpikir untuk mencari tempat dakwah yang baru, demi menyelamatkan pengikutnya dari siksaan kaum Qurays.

Beliau kemudian pergi ke Thaif dengan segunung harapan agar kaum Thaif mau menerima beliau. 

Namun nahas, setibanya di sana beliau malah disoraki bahkan dilempari dengan batu oleh anak-anak kaum Thaif sehingga membuat beliau terluka. Batin beliau pun semakin sedih, belum hilang gelombang cobaan ini, sekarang umat beliau pun terancam di Mekkah.

Di tengah kesedihan itu beliau berpikir bahwa Allah murka kepadanya sehingga memberikan cobaan yang tiada hentinya ini. Beliau pun senantiasa melantukan untaian doa dan memohon ampun. Beliau bahkan rela menerima takdir dan cobaan ini dengan lapang dada, sehingga beliau berdoa:

"Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua (musibah) itu tidak aku hiraukan"

Rasulullah tidak mempedulikan perasaannya sendiri, berikanlah sebanyak apapun cobaan, Rasul rela asalkan Allah tidak murka kepadanya.

Setelah itu, saat Rasulullah berada di puncak ketidakberdayaan, Allah memberikan "undangan" Isra Miraj kepada beliau sebagai bukti bahwa Allah tidak murka kepada beliau, dan juga sebagai hadiah atas ketabahan beliau dalam menerima takdir Allah.

Peristiwa Isra Miraj
Isra Miraj adalah mujizat perjalanan Rasulullah ke langit dalam satu malam. Isra merupakan perjalanan dari Mekkah ke Baitul Maqdis lalu Miraj adalah perjalanan dari Baitul Maqdis menuju Sidratul Muntaha, tempat beliau bertemu dengan Rabb pencipta alam semesta sekaligus menerima perintah sholat, langsung tanpa perantara Jibril.

Saat melakukan Isra, Rasulullah diberangkatkan oleh Allah dari Mekkah ke Baitu Maqdis dengan menunggangi Buroq, sejenis hewan langit seperti kuda bersayap yang ukurannya tidak terlalu besar. Bersama malaikat Jibril, buroq adalah kendaraan yang dipakai para nabi terdahulu. (referensi; Kitab Miraj)

Sesampainya di Baitul Maqdis, beliau dijamu oleh Jibril dengan Susu dan Khamar (alkohol) lalu nabi Muhammad memilih susu. Maka ketika itu Jibril mengatakan:

 "Engkau telah mengambil Fitrah (Kesucian)"

Setelah itu Rasul Melakukan Miraj, ke Sidratul Muntaha, yaitu alam yang terletak di langit ke 7 bersama Jibril dan Mikail. Jibril yang memegang pelana sedangkan Mikail memegang tali kail dan menuntun Buroq.

Di setiap tingkatan langit, nabi Muhammad bertemu dengan para nabi terdahulu. Di langit pertama ada Nabi Adam yang menyambut beliau. Di langit kedua ada Nabi Isa dan Yahya. 

Selanjutnya di langit ketiga ada Nabi Yusuf, di langit ke empat ada Nabi Idris, di langit ke lima ada Nabi Harun, di langit keenam ada Nabi Musa, dan terakhir di langit ke tujuh ada Nabi Ibrahim.

Setelah itu Rasul masuk ke Sidratul Muntaha seorang diri. Jibril tidak ikut serta bersama beliau. Di sanalah Nabi Muhammad bertemu dengan Allah. Ada 2 pendapat mengenai pertemuan Allah dengan Rasulullah  ini.

Pertama Ibnu Abbas meyakini bahwa Rasul memang bertemu dengan Allah, dan pendapat kedua dari Siti Aisyah yang mengatakan bahwa Rasul tidak bertemu secara langsung dengan Allah melainkan hanya melihat cahaya saja. (Referensi: Kitab Fathul 'Allam Syarah Aqidatul Awwam)

Disanalah Rasul mendapat perintah Sholat, yang awalnya 50 kali namun saat turun ke Bumi beliau diminta oleh Nabi Musa agar meminta keringanan kepada Allah hingga akhirnya perintah sholat berkurang menjadi 5 kali sehari namun pahala yang didapat setara dengan 50 sholat.

Ketika sampai di Bumi, Rasulullah pun menceritakan hal ini kepada penduduk Mekkah hingga banyak yang mendustakan beliau. Bahkan banyak kaum muslimin yang kembali murtad karena mengira Rasulullah sudah gila karena ditinggalkan oleh Paman dan Istrinya.

Itulah sekelumit kisah Isra dan Miraj yang barangkali sudah diketahui secara umum oleh kaum muslimin di dunia. 

Namun banyak pelajaran dan hikmah yang luput dari perhatian umat Islam sekarang mengenai Isra dan Miraj, sehingga peristiwa ini hanya sekadar diketahui saja tanpa meninggalkan kesan dan pembelajaran yang seharusnya bisa menambah keyakinan kita akan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Berikut akan saya paparkan 4 pelajaran penting yang jarang diketahui dari kisah Isra Miraj tersebut.

Isra Miraj Merupakan Penghormatan terhadap Rasulullah  yang Belum Pernah Allah Berikan kepada Siapapun.
Saya sebut titik balik, karena sebelum Isra Miraj,  Rasulullah menghadapi berbagai peristiwa yang sangat membuat beliau sedih.

Tidak hanya itu, penindasan terhadap pengikut beliau juga semakin menjadi-jadi dengan wafatnya Abu Thalib itu. Ditambah lagi dengan lemparan batu dan olok-olokan masyarakat Thaif ketika itu yang semakin menambah dalam kesedihan beliau.

Di puncak kesedihan itulah beliau berdoa kepada Allah dan berikrar bahwa apapun macam cobaan yang datang akan beliau terima dengan lapang dada asalkan cobaan itu bisa menghindarkan beliau dari Murka-Nya.

Di saat itulah Allah berikan undangan Isra Miraj  yang mana belum pernah ada satu nabi pun yang mendapat kemuliaan seperti beliau ini, dan di sinilah beliau mendapat perintah sholat yang secara langsung diterima dari Allah SWT.

Rasulullah masuk ke Sidratul Muntaha yang belum pernah dimasuki oleh makhluk apapun, termasuk Jibril. Inilah yang menunjukkan betapa mulianya Nabi Muhammad di hadapan Allah.

Bukti Kemuliaan Baitul Maqdis.
Perjalanan beliau dari Makkah lalu singgah di Madinah, Jordan, Sinai (Mesir) lalu terakhir berhenti di Baitul Maqdis. Sesampainya di sana, Rasulullah sholat di gundukan tanah yang terletak di sebelah gereja di Kota Baitul Maqdis. 

Gundukan tanah itulah yang kini kita kenal dengan Masjidil Aqsha yang dibangun oleh Kekhalifahan Bani Umayyah.

Baitul Maqdis merupakan tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah yang dulunya adalah kiblat sholat umat Islam. Peristiwa ini menegaskan kembali kepada kita bahwa Baitul Maqdis merupakan tempat yang sangat mulia yang menjadi tanah bumi terakhir yang beliau pijak sebelum berangkat menuju langit saat Miraj.

Kemuliaan inilah yang diyakini oleh Umar bin Khattab sehingga memotivasi beliau membebaskan Baitul Maqdis dari jajahan Romawi ketika itu.

Tidak hanya itu, kemuliaan Al-Quds di peristiwa Isra Miraj juga yang barangkali membuat Shalahuddin Al-Ayyubi mati-matian mengerahkan puluhan ribu tentara untuk membebaskan tanah suci ini dari tentara salib! Itulah bukti betapa dahsyatnya umat Islam terdahulu meyakini kemuliaan Baitul Maqdis ini.

Namun miris sekali jika kita melihat zaman sekarang, di mana banyak umat muslim yang acuh tak acuh dengan penjajahan Israel terhadap Palestina yang mana di dalamnya terdapat Baitul Maqdis ini. Israel melarang kaum muslimin untuk sholat di Tanah Suci ini dan mengklaim bahwa ini merupakan tanah suci mereka.

Bisa jadi sebab bisunya negara-negara Islam saat ini di tengah penjajahan Israel adalah efek dari tidak meyakini kemuliaan Baitul Maqdis yang ditorehkan dalam tinta emas kisah Isra Miraj.

Sehingga tugas kita adalah menyampaikan dan mengajarkan arti dan hakikat Isra Miraj kepada  generasi penerus agar mereka memiliki keyakinan akan kemuliaan baitul maqdis ini dan membebaskannya kelak, insya Allah.

Penanugrahan Gelar "Ash- Shiddiq" kepada Abu Bakar.
Pada saat sebagian besar kaum muslimin goyah dan ragu dengan keimanan mereka, bahkan sebagian orang Islam kala itu murtad dari Islam, Abu Bakar seorang diri tetap yakin dan percaya sepenuhnya kepada nabi Muhammad SAW tanpa sedikitpun keraguan.

Bahkan jika Nabi Muhammad pergi lebih cepat daripada itu pun beliau akan tetap percaya. Di sinilah Rasulullah sangat berbahagia dan terhibur dengan kesetiaan Abu Bakar. Maka beliau menganugrahi Abu bakar dengan gelar Ash-Shiddiq yang artinya membenarkan.

Kejadian ini juga merupakan filterisasi terhadap keimanan kaum muslimin kala itu, untuk membedakan antara mereka yang benar-benar beriman dan mereka yang beriman karena hanya ingin mendapat perlindungan dari Nabi Muhammad. 

Sehingga mereka yang tidak ikhlas beriman menjadi murtad karena menganggap nabi Muhammad sudah gila, sedangkan mereka yang ikhas beriman kepada Allah akan tetap dalam keimanannya.

Rasulullah Pergi dengan Jasad dan Ruh.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Ramadhan Al-Buuthy di dalam kitabnya yang berjudul "Fiqh Siirah" Bahwasanya ulama sepakat Rasulullah melakukan Isra dan Miraj ini dengan jasad dan ruh. 

Hal ini perlu ditegaskan kembali banyak kalangan yang menganggap bahwa peristiwa tersebut hanya mimpi Rasulullah belaka.

Hal ini tentu saja mengerdilkan keistimewaan Isra Miraj yang luar biasa, sehingga bisa saja orang kembali meragukan keabsahan mukjizat yang ada ini, sehingga Imam An-Nawawi menegaskan bahwa Rasulullah pergi dengan jasad dan ruh secara pasti.

Pembelahan Dada Rasulullah yang Terakhir

Hal ini yang jarang diketahui oleh umat Islam, bahwasanya Rasulullah mengalami pembelahan dada sebanyak 3 kali. Namun wawasan yang sampai kepada umat Islam bahwa Rasul hanya mengalami pembelahan dada sekali pada saat kecil saja.

Pembelahan dada pertama dialami Rasulullah saat masih kecil, sebagaimana yang telah kita ketahui. Lalu yang kedua terjadi pada saat Rasulullah menerima wahyu untuk pertama kalinya, dada beliau kembali dibelah dan disucikan.

Pembelahan dada yang terakhir terjadi pada saat Isra Miraj di mana pada saat itu Allah menghilangkan kesedihan dan kecemasan di dalam jiwa rasulullah atas kematian dua orang yang dicintainya, sehingga pada saat kembali dari Isra Miraj, Rasulullah kembali ceria dan bersemangat untuk berdakwah dan menyebarkan risalah kenabiannya.

Itulah 4 Hal penting seputar Isra Miraj yang jarang diketahui selama ini. Semoga kedepannya kaum muslimin bisa menghayati dan merenungi setiap pelajaran yang datang di dalam peristiwa Isra Miraj ini, sehingga bisa menambah keyakinan dan keteguhan dalam memperjuangkan agama Islam di setiap tempat dan zaman. Amiin 

Referensi:

1. Kitab Fiqhus Shirah, Karangan Syekh Ramadhan Al-Buuthy
2. Kitab Qishah Mi'raaj Karangan Syekh Ahmad Najmuddin Al-Ghaity
3. Kitab Fathul Allam Bi Syarhil Aqidatul Awwam Karangan Syekh Hisyam Kamil
4. Kitab Al-Qoulul Asy-Syadid karangan Mahmud Abu Daqiiqah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun